Namun melihat jerit histeris Suer, Lin Dong dapat menyimpulkan bila Suer belum siap dan mungkin Suer salah masuk tandu. Namun saat pertama mereka saling bertatap-an jelas bila Suer tidak memberikan penolakan jadi asumsinya bila Suer salah masuk tandu itu agaknya kurang tepat.
Lin Dong mengambil selimut yang semula teronggok di atas tempat tidur dan menutupi tubuh Suer.
Suer terkejut menatap pria itu matanya yang masih berkaca seakan merasa menemukan kolam keabadian dan terasa begitu nyaman. Suer dengan bahasa mandarin yang sudah faseh dan luar biasa baik berucap.
"Tolong.." rintihnya seakan merasa pilu yang sama Lin Dong langsung memeluk Suer dan mengusap rambut gadis itu.
" Tidak apa apa. Aku tidak akan memaksamu" kata kata itu meluncur begitu saja dari mulut Lin Dong membuat Suer kian nyaman menenggelamkan wajahnya pada dada pria di hadapannya begitu terasa nyaman dan damai dan begitu terasa sangat hangat.
Suer sangat lama menangis membuat baju Lin Dong basah dan masih dalam pelukan pria itu dengan setia Lin Dong terus memberikan kenyamanan mengusap kepala Suer dengan penuh kelembutan. Suer terbuai dan merasa dirinya berada di rumah.
Lin Dong berusaha kembali menatap mata Suer dengan hati hati Lin Dong bertanya dengan suara yang terdengar begitu lembut di telinga Suer.
"Apakah salah masuk tandu?" Pertanyaan itu sontak membuat Suer terkejut namun dengan hati hati Suer kembali menggeleng. Ukiran itu membawanya kemari mempertemukannya dengan Lin Dong pasti ada maksud tertentu.
Lin Dong tersenyum dan lagi lagi hati Suer berdebar amat cepat bila saat itu siang pasti akan terlihat jelas rona di pipinya. Dengan cekatan Lin Dong mengangkat tubuh Suer ke atas ranjang dan mendudukkannya. Lin Dong nampak mengambil sebuah pisau Suer amat terkejut mungkinkah pria itu psikopat dan akan membunuh dirinya namun agaknya keterkejutan Suer belum berakhir saat begitu saja Lin Dong menggoreskan pisau itu di lengannya sendiri hingga darah mengalir dan menetes di atas kasur tersebut. Suer melotot namun dengan cekatan pula Lin Dong membungkus lukanya dan senyum di bibirnya merekah seperti pagi hari.
"Ke..kenapa?" Pertanyaan itu akhirnya lolos dari bibir Suer. Lin Dong masih dengan senyumnya mengusap kepala Suer.
" Tidak apa apa. Aku hanya ingin memberi tahu semua orang bila kamu tidak salah masuk tandu." Suer tertegun saat mendengar untaian kata yang terdengar amat lirih dan syahdu itu.
Suer berpikir hingga ujung dari pemikirannya berakhir dan menemukan sebuah jawaban yang begitu cerdas. Dimana Lin Dong melakukan itu agar orang orang bisa mengira bila dirinya dan Suer telah melakukan hubungan suami isteri.
Agaknya permainan Lin Dong bukanlah si bodoh yang sama seperti yang mereka cap. Melainkan Lin Dong adalah pria cerdas dan bijaksana yang bisa mempermainkan setiap asumsi dan pandangan orang orang. Suer faham sekarang, dengan hati hati Suer menatap Lin Dong dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak ada yang kurang atau cacat satupun bila di zamannya mungkin serendah rendahnya Lin Dong akan menjadi seorang model atau setinggi tingginya mungkin Lin Dong akan menjadi seorang Bos sombong.
Lin Dong salah tingkah saat tatapan mata itu mengarah padanya. Lin Dong menggaruk kepalanya membuat sebuah senyuman lembut terukir di wajah Suer.
"Hmmm.. Anu, saya Lin Dong" Lin Dong menyodorkan tangannya dengan senyum manisnya Suer menjabat tangan itu.
"Aku Suer, Xiau Suer" kedua orang yang resmi berkenalan itupun tertawa seakan kerabat yang sudah terpisah sangat lama.
Pagi itu Suer tidur di kamar di atas ranjang sedangkan Lin Dong yang semula tidur di bawah jendela kamar di atas sebuah kursi nampak sudah tidak ada. Suer menatap sekeliling tempat tidur yang kini dirinya duduki saja mendapat gelar baru dari Suer yaitu RSSSSSSS Ranjang Sangat Sederhana Sekali Sehingga Selonjor Saja Susah. Suer terkekeh dengan apa yang ada di pikirannya kala itu.
Lin Dong tiba tiba masuk membawa semangkuk bubur dengan telur dan beberapa sayuran, Suer mengangkat alisnya menatap bagaimana baik pria itu. Bila dalam dunianya dan dirinya harus menikah dengan Lin Dong mungkin Suer tidak akan menolak.
"Waaaah... Bubur hangat. I'm coming.." Lin Dong mengangkat alisnya mendengar sebuah kata yang begitu asing baginya Suer yang mengerti keingin tahuan Lin Dong kembali buka suara.
"Itu artinya aku datang" jelas Suer hingga akhirnya Lin Dong mengangguk faham. Dengan lahap Suer menikmati maha karya dari Lin Dong yang begitu sangat luar biasa nikmatnya.
"Suer, hari ini aku akan berburu dan mungkin akan pulang sangat larut. Bisakah saat aku keluar nanti kamu diam di rumah dan jangan keluar kamar ini?" Suer terkejut mendapati pertanyaan itu dirinya menyudahi sarapannya dan menatap raut muka Lin Dong yang terlihat dipenuhi rasa bersalah dan takut.
"Tidak apa apa. Aku akan diam di sini dan ingat kembali dengan baik ya" raut wajah Lin Dong seketika berubah nampak berseri dan bahagia dirinya mengangguk mengiyakan.
Siang itu setelah mencuci dan beres beres Lin Dong pergi berburu di temani dua orang pria yang usianya di atasnya nampak dari rambut mereka yang memutih.
"Hai Kak? Aku San" seorang laki laki mungkin sekitar usia 18 tahunan menyapanya. Suer tersenyum menatap seorang wanita tua yang ikut bersama pria itu yang di ketahui adalah isteri dari pria yang ikut berburu bersama Lin Dong.
"Hai juga. Aku Suer" jawab Suer sepanjang siang mereka berbincang tentang lingkungan tersebut baju Suer yang sedikit sobek menjadi objek perhatian dari wanita tua yang dirinya panggil Ibu itu.
"Apa Lin Dong semalam begitu kasar?" Suer terkekeh mendengar pertanyaan itu dan kemudian menggeleng.
"Tidak bu. Lin Dong sangat baik" jawab Suer membuat Ibu menjadi lebih tenang. Ibu juga memperhatikan setiap gerak gerik Suer yang nampak sangat lembut dan baik namun tidak bisa Ibu sangkal bila sifat bangsawan pada diri Suer nampak begitu jelas.
Dan saat Ibu bertanya mengenai keluarga Suer. Suer hanya menjawab seadanya saja dan tidak terlalu bertele tele.
Siang itu berakhir dengan baik dan sore hari tiba. Suer masuk ke kamarnya dan diam saja di sana tidak ada hal yang dia kerjakan dia hanya melamun di depan jendela menatap matahari yang sebentar lagi akan tenggelam meninggalkan dunia.
Suer mulai mengorek ingatannya tentang pelajaran sejarah kampusnya. Setahu Suer Dinasty yang kini di sebut dengan Kerajaan Xu itu akan segera berakhir dan sebuah perang besar akan segera berkobar.
Suer menghembuskan nafasnya kasar mungkinkah kedatangannya ke tempat itu untuk menghentikan perang besar itu. Tapi bagaimana bisa? Sedangkan dirinya saja saat itu berada di sebuah desa terpencil yang mungkin perang itu tidak akan berefek cukup besar baginya.
Kekaisaran Xu akan berganti menjadi Kekaisaran Lin saat perang itu berakhir karena kaisar Xu akan mati di tangan seorang pangeran dengan marga Lin, yang tidak lain dulunya pangeran itu adalah seorang pangeran dari sebuah Kekaisaran kecil dimana seluruh keluarganya di bantai oleh Kaisar Xu.
Dari sudut pandang Suer dirinya tidak menemukan sedikitpun kesalahan dari sejarah itu karena di tangan Kaisar Lin akan tiba masa keemasan Kekaisaran.
Suer kian bingung. Selain dirinya harus mencari pangeran yang malang itu dirinya dihadapkan dengan kondisi ekonomi Lin Dong yang tidak baik. Untuk kesekian kalinya Suer menghembuskan nafas kasar berharap beban di dadanya bisa ikut berkurang bersamaan dengan tiupan udara dari mulutnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
TIMOTHY
inspirasi baru nih buat novel
2023-06-12
4