Bab 2

Sementara itu, di ruang OSIS SMA Trisakti.

"Baik teman- teman OSIS semuanya, kita akan mulai agenda rapat hari ini."

"Mohon dengan hormat, Ketua OSIS SMA Trisakti saudara Erlangga Bramasta, agar memberikan salam pembuka dan sekaligus memulai rapat pada hari ini, waktu dan tempat saya persilahkan", ucap Agni.

"Terima kasih banyak, Agni sebagai pembawa acara rapat dan selamat siang teman-teman OSIS sekalian, puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan, agar agenda rapat pada hari ini bisa berjalan dengan lancar tanpa hambatan, selamat siang teman-teman OSIS, hari ini saya akan mulai agenda rapat mengenai Pertandingan Basket antar SMA."

"Sebagai mana yang kita semua bahas pada, rapat kemarin. Saya Erlangga selaku ketua OSIS, Juan selaku wakil ketua OSIS, Hendra selaku Bendahara OSIS, serta Agni selalu sekretaris OSIS, Bapak pembina OSIS serta Bapak Kepala Sekolah."

"Sudah menyepakati beberapa hal untuk Persiapan Pertandingan antar SMA, hasilnya adalah bahwa diantara Sekolah SMA yang akan ikut dalam pertandingan basket , sekolah kita ditunjuk sebagai tempat diadakannya pertandingan tahap pertama, jadi saya harapkan kalian para anggota OSIS, yang sudah dibagi menjadi 8 sie agar melakukan job disk dan tugasnya masing-masing."

"Jika ada yang mau ditanyakan saya persilahkan."

"Ijin ketua, saya Dodik dari sie acara, saya sudah menghubungi Ketua Tim Basket sekolah kita, tapi mereka kekurangan anggota, karena Niko dari kelas X IPS 1 mengalami cedera 3 hari lalu, untuk itu, saya harap ada calon anggota basket tambahan untuk perbantuan, bisa juga dicalonkan dari tiap kelas yang memang punya bakat di bidang basket."

"Dik begini saja, umumkan ke seluruh kelas di semua jurusan bahwa Tim basket kita kekurangan anggota! dalam waktu 7 hari saya harap, sudah terima nama anggota yang baru yang ingin bergabung, hubungi juga Ketua Tim basket kita Krisna agar bertemu dengan saya langsung!"

"Siap Ketua laksanakan!"

"Dari sie yang lain apakah ada lagi?"

Selama 2 jam berlalu akhirnya rapat OSIS pun selesai.

"Agni, kamu sudah catat kan semuanya hasil rapat hari ini?"

"Lapor, sudah pak Ketua."

"Oke lah untuk semua anggota OSIS, rapat hari ini saya tutup, jika ada yang kurang bisa menghubungi wakil ketua OSIS, silahkan kembali ke kelas kalian masing-masing!"

"Kak Erlangga tunggu!"

"Ya ada apa?" jawab Erlangga.

"Hmmm ... begini kak, ini ada bekal lebih kebetulan ibuku masak banyak, jadi tadi aku lihat kakak belum sempat istirahat."

"Maaf ya Agni, saya tidak bisa menerima bekal dari kamu."

"Kok gitu kak? salahnya dimana?"

"Juan kesini dulu, cepat gak pakai lama!"

"Ya ampun bos Erlangga, kenapa sih teriak-teriak aku gak tuli bro?"

"Nih ada bekal dari Agni, lo saja yang makan, gue sudah kenyang."

"Wah ... dedek Agni cantik ada acara apaan nih, bawa bekal segala, sini bekalnya biar kakak Juan yang baik hati dan tidak sombong ini, yang menerima dengan senang hati."

"Oke semua saya permisi dulu mau pulang!"

"Eh Erlangga tunggu dong bro, kok buru-buru pulang!"

"Gue ada urusan keluarga."

"Ya sudah sana lo pulang", ucap Hendra.

"Kak Erlangga tunggu kak!"

"Agni berhenti!"

" Ih, kak Juan jangan nahan gue dong."

"Lo ini gak capek apa ngejar Erlangga segitunya? asal lo tau ya, sampai ke ujung dunia pun Erlangga gak akan nerima lo, jadi hargailah martabat lo sebagai seorang cewek, paham kan!"

"Tapi kak gue ... "

"Sudahlah, mana bekalnya kebetulan kakak lapar lebih baik gue saja yang makan kan, daripada teronggok di tempat sampah."

"Nih ... silahkan ambil semuanya!"

"Dasar adik kelas", seru Juan.

"Ada apa bro?" tanya Hendra.

"Ah ... gue kira siapa ternyata lo Hen."

"Ya ini gue emangnya lo kira gue hantu?"

"Ya gak begitu juga kali."

"Lah terus kenapa?"

"Biasalah bro urusan para siswi disini yang sering ngejar si Erlangga."

"Padahal kita juga gak jauh ganteng dan terkenal kayak Erlangga."

"Ya iyalah", jawab Hendra sambil menganggukkan kepalanya.

"Gue gak habis pikir sama si Agni, sudah ditolak mentah-mentah sama si Erlangga, nah tadi lo liat kan yang terjadi, tetep aja dikejar."

"Erlangga sudah punya, makanya dia menjaga hati dan memberi jarak pada cewek lain yang ingin dekatin dia."

"What? sambil melongo, lo gak salah makan kan bro, kok gue sebagai sohibnya gak tau, dari kapan lo tau bro?"

"Jangan bilang sama siapapun, lo harus janji sama gue, sebagai teman dekatnya Erlangga! gue maklumi itu privasi dia, entah mau ngasih tau kita atau gak ya terserah dia, asal kita tetap mendukung yang terbaik buatnya."

"Terus ceweknya Erlangga siapa bro? anak sini gak?" tanya Hendra.

"Nama ceweknya sih gue gak tau, tapi tu cewek bukan anak SMA kita tapi anak SMA Tunas Bangsa."

"Jadi, penasaran gue sama Erlangga, diam-diam bisa duluan dia dari pada kita yang nikah, hahaha."

"Jangan ngomong sembarangan lo Hen, kayak lo gak tau sifatnya Erlangga saja."

"Iya sih, ayo kita pulang! ada banyak tugas menanti kita."

Di Rumah Besar Bramasta.

"Sore bunda", ucap Erlangga yang baru pulang dari sekolah.

"Sore nak, kok kusut gitu muka gantengnya anak bunda, ada masalah di sekolah nak?" tanya Bunda Anisa.

"Biasa Bun, banyak kegiatan yang harus aku handel disekolah, apalagi aku ketua OSIS, tanggung jawabku banyak."

"Ya sudah, cepat naik ke atas, mandi sana habis itu kita makan! Bunda sudah menyiapkan makanan ke sukaan mu."

"Baik Bun"

Di meja makan.

"Bunda, daddy kapan pulang?"

"Kemarin Daddy mu telpon bunda, katanya besok sudah pulang, kenapa kamu rindu Daddy?"

"Hmmm ..."

"Erlangga kok diam, bunda tau kamu rindu sama Daddy yang akhir-akhir ini, jarang kumpul sama kita, apalagi perusahaan kita sekarang semakin berkembang, dan tentu saja kelak kamu yang akan mewarisinya, karena kamu anak kami satu-satunya."

"Jangan kesepian nak, disini masih ada bunda lagian besok Daddy mu pulang, sabar ya!"

"Baik bunda"

Sementara di kamar Erlangga.

"Hah ... mending gue tidur deh, besok Daddy juga pulang! sambil dengar musik, dimana ya headset handphone, perasaan kemarin ada di dalam laci.".

Tiba-tiba tak sengaja Erlangga melihat album kenangan waktu kecil.

" Apa ini, kenapa dengan jantungku? siapa gadis ini, Tuhan kepalaku kok mendadak sakit?"

"Argh ... Bunda!" teriak Langga dari dalam kamar.

"Ya Tuhan, kamu kenapa nak? dimana yang sakit nak, apa kepalamu sakit lagi?" tanya bunda Anisa.

Hiks ... hiks ... hiks

"Ya Bun, tadi aku melihat sekelebat bayangan gadis, apa dia gadis yang Erlangga kenal?"

" Kenapa kamu bertanya begitu nak?"

"Coba Bunda lihat album ini, semua foto ini, memperlihatkan kebersamaan Erlangga dengannya? siapa dia Bun? argh sakit."

"Sudah nak suatu saat kamu akan tau, sekarang kamu tidur dan minum obatnya, jangan banyak pikiran. Bunda sayang sama Erlangga, seperti yang bunda bilang dari dulu sama kamu, dia gadis yang cantik, manis dan pintar dan dia bersekolah di SMA Tunas Bangsa."

"Plis Bun kasih tau Erlangga namanya? Bunda gitu deh sama Erlangga, suka sekali main rahasia."

"Hahaha ... bunda doakan kamu segera ingat dan bertemu dengan dia."

Setelah keluar dari kamar Erlangga, bunda Anisa langsung masuk ke kamarnya dan menelepon seseorang.

" Halo hani, apa kabar?"

"Iya saya Hani, anda siapa ya?"

"Ih ... kau ini temanmu saja kau tak ingat, ini aku Anisa."

"Ya Tuhan Anisa, kemana saja selama ini, 3 tahun kalian sekeluarga menghilang tanpa kabar hiks ... hiks."

"Jangan menangis Han, nanti akan aku ceritakan semuanya pada mu, kabar kami semua baik disini, bagaimana dengan Yura Han? pasti dia tumbuh jadi gadis yang cantik."

"Iya dia semakin hari semakin cantik Nis."

"Jelas calon mantuku itu."

" Ngomong-ngomong Nis, kamu dapat no. hp ku darimana?"

"Itu masalah gampang Han, anak buah suamiku yang ngasih tau."

"Maaf aku tak mengabari mu sebelumnya."

"Gapapa Nis, pasti kamu punya alasan dibalik semua ini."

"Besok apa kau sibuk? kalau tidak, bisa kita bertemu berdua, sekalian kita have fun."

"Kamu bisa aja Nis, iya sih sudah lama banget kita gak ketemu, mau bertemu dimana?"

"Bagaimana di kafe Bintang, sejak aku tiba disini, aku dengar, kafe itu bagus cocok bagi ibu-ibu yang mau arisan, lagi pula menu makanannya enak."

"Oke boleh juga, sampai jumpa besok Nis, aku tutup dulu telponnya."

Klik ...

"Akhirnya kami akan bertemu, kejadian yang pahit telah berlalu, aku harap masa indah segera hadir dan menanti untuk digapai", batin Bunda Anisa.

"Erlangga, Yura, bunda dan ibu akan selalu mendoakan agar kalian terus bersama selamanya."

Di Rumah Besar Pradipta.

"Bu kok tumben lama telponan, sama siapa?" tanya ayah Kevin.

"Haduh ... ayah ini main masuk kamar tanpa ketok pintu dulu, kan bunda terkejut ini untung Hpnya gak jatuh!"

"Orang pintunya dari luar terbuka, ya jangan salahkan ayah dong kalau langsung masuk."

"Benarkah yah? kok bunda gak ingat?"

" Mana bisa ingat telponan aja lama banget, seru amat!".

"Hehehe ... sini yah duduk dulu!"

"Ya sabar yang, aku taruh tas kerja dulu, jadi mau cerita apa?"

" Ayah tadi Anisa telpon , aku bahagia sekali, akhirnya mereka sudah kembali kesini."

"Syukurlah, jadi apa kalian akan bertemu?"

"Tentu, kami rencananya besok bertemu di kafe , tapi jangan bilang Yura sama Rangga dulu yah?"

"Kok gitu yang, ini kabar baik loh, apalagi buat Yura."

"Bukan begitu yah, kita harus tau alasan mereka tiba-tiba hilang tanpa kabar dan juga apa yang sebenarnya terjadi, setelah kita tau yang sebenarnya, baru kita kasih tau Yura dan Rangga sebagai kejutan yang manis."

"Itu ide bagus yang, mulai sudah sikap jahil kayak dulu, suka sekali main rahasia, hahaha."

"Kok ayah ketawa."

"Bagiku kamu lucu sayang, demi kebahagiaan anak kita, kamu sampai bertindak sejauh ini."

"Ayah tau kan selama 3 tahun putri kita, Yura masih setia menunggu Erlangga, dulu Anisa pernah ingin menjodohkan Yura sama Erlangga, tapi aku hanya menjawab jika memang mereka berdua berjodoh, siapapun tidak bisa menghalangi jalan Tuhan."

" Ya kamu benar sayang, kita hanya bisa berdoa dan pasrahkan semua pada Tuhan."

"Jangan menangis lagi, aku mandi dulu, ini sudah malam, anak-anak pasti menunggu kita di ruang makan."

"Bibi kok ayah dan ibu belum tiba?"

" Eh non Yura bikin bibi kaget aja, untuk piringnya gak jatuh."

"Maafin Yura ya bik."

"Gapapa non mungkin nyonya sama tuan lagi ada urusan penting, bibi ijin ke belakang sebentar non."

"Ya silahkan bik."

"Selamat malam putrinya ibu."

"Bu kenapa lama sekali turun?"

"Oh itu tadi ada urusan penting dengan ayah."

"Urusan apa kok privasi sekali?"

"Rahasia! hahaha ... ayo duduk dulu kita makan malam sambil menuggu Ayah sama Rangga."

"Rangga pulang!" teriak Rangga yang baru pulang dari kampus.

"Eh anak ibu, kok bisa basah begini nak?

"Tadi pulang kuliah, kakak lupa bawa jas hujan alhasil ya, jadi basah begini, apalagi hujannya deras banget di komplek sebelah, tapi sampai rumah kok gak ada hujannya sama sekali!"

"Ayo cepat naik ke atas, kamu harus segera mandi Rangga, jangan sampai sakit!"

"Hahaha ... kakak rambutmu kok aneh gitu."

"Diam kamu dik! derita kena hujan ya gini basah kuyup."

"Sudahlah Yura, biarkan kakakmu naik ke atas, kasian dia baru pulang dari kampus kena hujan, setelah selesai langsung turun ya Rangga, Ibu tunggu di ruang makan sama Yura dan ayah!"

"Baik Bu, kakak ke atas dulu."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110 ( End )
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110 ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!