Di dalam kelas X I IPA 2,.
"Yura", panggil Mila dari depan pintu kelas.
" Ada apa Mila? hati-hati gak usah berlarian kayak dikejar hantu begitu."
"Sebentar, biarin gue atur nafas dulu, huh ", sambil duduk dibangku samping Yura.
"Ehh ada apa nih?" tanya Diah.
"Gak tau nih si Mila, baru datang langsung gempar."
"Hai kalian berdua emangnya gak buka web sekolah?"
Yura dan Diah pun kompak menggelengkan kepalanya.
"Ya ampun", ucap Mila sambil menepuk kepala dengan tangannya.
" Nih coba kalian baca dengan seksama, berita terhangat hari ini di sekolah kita!"
"Tidak mungkin", jawab Yura dengan terkejut sedangkan Diah masih melongo gak jelas.
"Kalian paham kan maksud gue?"
Yura dan Diah pun mengangguk tanda mengerti.
"Kenapa jadwal teknikal meeting Pertandingan Basketnya , mendadak diadakan di sekolah kita?"
" Tolong kalian scroll ke bawah dech gess!"
"Mana-mana"
"Ih Diah sabar dong, gue mau lihat juga."
" Seperti yang kalian baca berdua, di pengumuman itu tertera, karena Aula dari Sekolah SMA Bhakti International digunakan sebagai tempat acara program Kementerian Kebudayaan, makanya tempat teknikal meeting nya jadi diadakan di sekolah kita."
"Itu berarti, gue bisa lihat dong para cogan yang jadi perwakilan sekolah tiap SMA?" ucap Diah.
"Betul sekali", ucap Mila sambil menjentikkan tangannya.
"Wah ... ya Tuhan semoga kita beruntung bertemu dengan mereka, iyakan Yura!"
"Semoga aku bisa bertemu dengan Kak Erlangga", ucap Yura dalam hati.
Bel masuk pelajaran pertama pun berbunyi.
"Selamat pagi anak-anak!"
"Selamat pagi Bu", ucap para murid dengan serentak.
"Baiklah, silahkan kalian buka buku halaman 30, Hari ini kita akan belajar tentang Kimia dari unsur kimia beserta senyawanya, sekian penjelasan dari ibu, apa kalian mengerti?"
"Mengerti Bu", ucap semua murid.
"Ayo ges kita istirahat ke kanti!" ucap Yura sambil berdiri dan mengajak Diah serta Mila.
Setibanya di kantin mereka bertiga mencari bangku yang kosong, karena jam istirahat banyak murid yang lain makan disana.
"Eh ada meja kosong tuh, disana dekat para senior kelas XII", ucap Mila.
"Yuk kita kesana aja daripada kita gak dapat duduk!"
"Tunggu Mila, lo gak lihat tatapan para siswi kelas XII, kok mereka pada ngelihatin kita sih?"
"Benar juga lo, Ra." ucap Mila.
"Apa kita ada yang aneh coba lihat!" sambil mereka bertiga menatap penampilannya masing-masing.
"Gak ada yang aneh tuh dengan penampilan kita."
"Gess coba kalian noleh ke belakang, itu bukannya para anggota Tim basket", sambil Diah menyentuh pundak Yura.
" Astaga, kak Robby, kak Ravi tolong cubit pipi gue Ra, mimpi apa gue semalam beruntung banget hari ini bisa melihat mereka."
"Ah sakit ... kok lo cubit gue keras sih Ra", rengek Mila.
"Ya kan tadi lo yang nyuruh gue, nah lihat sana ini nyata lo gak mimpi."
Sambil menyeret ke dua temannya mencari tempat duduk di kantin.
"Ayo buruan, perut gue udah lapar banget, dari pada ngeliatin para tim Basket gak akan bikin kalian kenyang!" seru Yura.
Setelah mereka dapat tempat duduk. Diah kemudian langsung memesankan mereka makanan dan minuman.
"Cobain mie goreng gue Ra! ini enak banget."
"Masa sih."
"Nih makan!"
"Hmmm ... enak juga Mila."
"Bagi dong sama gue."
"Sini Diah gue suapi lo! gimana enak kan?"
" Yup" ucap Yura dan Diah.
Saat mereka bertiga asik mengobrol, datanglah ketua Tim Basket Tunas Bangsa si Robby dan para anggotanya.
"Permisi dik, kakak boleh ikut makan gak disini? kebetulan meja yang lain penuh, cuma tempat kalian aja ada kosong lagi 3."
"Silahkan kak."
"Makasih ya dik."
Sambil duduk Robby, Ravi, dan Malik pun menyantap makanannya. Tidak lupa mereka memperkenalkan diri masing-masing dan saling mengobrol."
"Kenalin gue Malik anak XII IPS 1, nah sebelah gue namanya Robby Ketua Tim Basket sekelas juga sama gue, dan yang duduk seberang Robby namanya Ravi anak XII IPS 2, kami bertiga anak basket", jelas Malik.
"Salam kenal juga kak, gue Mila yang duduk sebelah gue Yura dan yang duduk sebelah kak Ravi, namanya Diah, kami bertiga anak kelas X I IPA 2", mereka mengangguk dan sambil menyapa satu sama lain.
Sementara itu, Robby dengan tanpa permisi, merebut minuman Yura.
"Kak lo apaan sih, itu kan minuman gue!"
"Maaf, gue lagi haus ternyata baksonya pedas, ntar gue ganti dech minuman lo."
" Bukan gitu kak, gak enak minum bekas orang lain."
"Sudahlah Yura, maklum saja reflek mungkin kak Robby", ucap Mila.
"Tapi Mila" ucap Yura sambil cemberut.
"Kenapa, lo masih gak terima, hmmm ... ?" goda Robby sambil menyeringai.
"Ravi, pesankan minuman ulang buat si Yura!"
"Sekarang Rob?" tanya Ravi sambil tergugu.
"Besok ... ya sekaranglah! masa lo mau lihat anak orang gak ikhlas ngasih ke gue."
"Gini-gini gue punya banyak uang, apapun bisa gue beli, termasuk minuman punya lo! atau sekalian lo pengin jadi pacar gue, sambil tertawa penuh maksud."
"Cukup kak, masalah kecil seperti ini, kakak gak perlu bertindak merendahkan orang lain, apalagi mengagungkan apa yang kakak punya."
"Gue diam tadi untuk mencerna dengan baik sikap apa yang harus gue lakukan, biarpun gue gak terima awalnya, dan maaf ... gue menolak untuk jadi pacar kakak! Masalah ini, jangan diperpanjang oke, permisi kami harus balik ke kelas."
Setelah Yura dan kedua temannya meninggalkan kantin.
"Gila lo Rob, gue gak nyangka aja tumben lo gercep begini sama cewek , hahaha ..."
"Kayak gak tau gue aj lo Lik, nemu yg cantik dan gemes seperti Yura itu jarang, gue rasa gue udah tertarik sama itu cewek, gue harus dapetin dia!" ucap Robby.
"Lo yakin Rob, mau jadiin cewek tu pacar lo?" tanya Ravi.
"Kenapa tidak, terserah gue dong mau dekat dengan siapa, yang jelas gue gak mau kalah."
"Terus, gimana dengan fans lo yang bejibun di sekolah ini, gue kasihan aja sama Yura, bisa-bisa di bully dia", ucap Malik.
"Lihat aja nanti, bagaimanapun caranya gue harus dapetin Yura!" sambil senyum menyeringai.
"Sebagai teman lo, gue cuma kasih saran aja jangan pernah mainin hati cewek, kalau lo beneran cinta sama tu cewek buktikan Rob, jangan sekedar membual tapi tindakan nol besar. apalagi menyakiti, ingat dosa dan penyesalan akan lo terima."
"Hahaha ... tentu saja, gue juga gak tau ini cinta atau bukan yang jelas gue tertarik sama Yura, pokoknya gue harus mendapatkan dia!"
"Kalian berdua sudah selesai makannya?" tanya Ravi.
"Kalau sudah kita harus kembali latihan, pertandingan masih 5 hari lagi dan kita harus menang kali ini, gue gak mau kalah dari SMA Trisakti kayak tahun lalu."
"Apalagi lo Robby, ujung tombak SMA kita, dan balas kekalahan tim basket kita tahun ini!"
"Tenang saja Vi, gue yakin tim basket kita tahun ini menang", jawab Robby.
"Yuk bro kita menuju lapangan basket, sudah banyak anggota lain pergi kesana!"
"Baiklah ayo kita mulai latihannya!"
"Siap ketua", jawab Malik dan Ravi berbarengan.
Sementara di Kafe Bintang, Bunda Anisa sedang menunggu Ibu Hani sambil meminum, minuman yang sudah dipesannya.
"Sudah jam 12.00 , kok Hani belum datangnya?" sambil melihat jam yang terpasang pada tangannya.
"Ah ... lebih baik aku telpon saja dulu!"
Tring ... tring, bunyi hp Bu Hani.
Ibu Hani, yang baru keluar dari taxi, segera mengambil hpnya dalam tas.
" Halo Nisa, iya aku sudah sampai depan Kafe Bintang, kamu dimana? Oke baiklah, aku segera kesana!"
"Hani aku sebelah sini", sambil melambaikan tangannya, saat ia melihat Bu Hani, sudah masuk ke dalam Kafe.
"Maaf ya Nis, aku sedikit telat datang, tadi jalannya macet."
"Gapapa Han, aku baru 15 menit disini, santai saja, duduk dulu, kamu mau pesan apa? biar aku panggilkan pelayan."
"Hmmm ... mas saya pesan, cokelat panas dan croissant."
"Baik Bu mohon ditunggu."
"Sebenarnya apa yang terjadi Nis, kalian sekeluarga 3 tahun lalu, mendadak menghilang tanpa kabar, dan info yang kami dapatkan terakhir kali dari satpam yang berjaga di rumahmu, dia bilang, kalian sekeluarga pergi, karena kakeknya Erlangga meninggal."
"Iya Han, itu semua benar."
Flashback
3 tahun lalu, saat Erlangga baru pulang dari sekolah. Aku yang ada di ruang tamu, dapat telepon dari asisten Daddy yang ada di Singapura. Iya bilang " Bu Anisa, Tuan Besar Steven meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit, maafkan saya Bu. Baru bisa mengabari anda sekarang, karena kejadiannya mendadak."
Hiks ... hiks ... hiks
"Daddy jangan tinggalin Anisa."
Erlangga yang melihat bundanya menangis di ruang tamu, langsung berlari menghampiri.
"Bunda, kenapa menangis?"
"Erlangga yang sabar ya nak", sambil memeluk dan mengusap kepala Erlangga. "Kakekmu sudah meninggal."
"Bunda baru saja dapat kabar dari Singapura", ucap Bunda Anisa sambil menangis.
Bagaikan tersambar petir. Erlangga yang mendengar kabar duka tersebut, mendadak terdiam di pelukan bundanya, dan menangis terisak.
"Bunda jangan bercanda, bagaimana kakek bisa meninggal? Sedangkan 2 hari lalu, kakek masih bisa berbicara dengan Erlangga di telepon!"
"Lebih baik kita sekarang, berangkat ke Singapura! Bunda mau telepon Daddy mu sekarang, ayo nak naiklah ke kamarmu, segera masukan pakaianmu ke dalam koper!"
"Baik bunda" jawab Erlangga.
Kami sekeluarga langsung bertolak ke Singapura. Saat Daddynya Erlangga tiba dari perusahaan.
Setelah melakukan penghormatan terakhir untuk mendiang kakeknya Erlangga, aku sebagai anak satu-satunya Daddy. Diminta masuk ke perusahaan oleh asisten Daddy.
" Dan kamu tau Han, apa yang terjadi selanjutnya?"
Terjadi penggelapan dana besar- besaran dan korupsi yang dilakukan kepala manager disana, yang baru selesai diselidiki detektif yang disewa oleh Daddy ku.
Akibat, mendengar kabar buruk secara mendadak tersebut, penyakit jantung Daddy ku kumat dan membuat ia pingsan sampai jatuh ke lantai dalam ruang kerjanya. Asisten Daddy ku, baru tau hal itu , karena dapat telepon dari detektif itu.
Makanya Han, untuk mempertahankan perusahaan yang di dirikan oleh Kakeknya Erlangga, Aku dan Kevin dibantu oleh asisten dan anak buah kami yang di Singapura. Bekerja keras untuk memajukan perusahaan, memberantas pegawai yang korupsi sehingga tidak membuat perusahaan Daddy ku bangkrut.
Setahun berlalu , perusahaan akhirnya stabil dan maju dengan pesat. Tapi saat kami akan kembali ke Indonesia, kami sekeluarga mengalami kecelakaan hebat.
2 jam saat perjalanan menuju bandara, kami yang sedang berbincang asik di dalam mobil, tak menyangka ada truk datang dari arah berlawan menuju ke arah mobil kami, naas saat pak sopir yang hendak berbelok, menghindari truk tersebut. Ia bilang rem mobil kami blong.
Tabrakan pun tak bisa terhindari, mobil kami terbalik terseret ke luar jalur, aku dan Kevin yang duduk di kursi belakang mengalami luka ringan dan terbentur tapi Pak sopir meninggal. Sedangkan Erlangga yang duduk di kursi depan penumpang mengalami luka cukup parah, karena ada perdarahan di otak.
Sebelum ia tak sadarkan diri, di dalam mobil ambulance yang membawa kami ke Rumah Sakit terdekat.
Ia terus bergumam pada ku, "Bun Erlangga janji akan selalu mendampingi Yura, Erlangga akan selalu ada untuk Yura." ucap Erlangga sambil mengambil sebuah cincin di dalam saku celananya.
"Nak, sadarlah jangan tinggalin bunda dan Daddy.!"
"Tenanglah Bun, Daddy juga khawatir dan cemas seperti bunda melihat kondisi Erlangga! Tapi kita hanya bisa berdoa kepada Tuhan, semoga anak kita bisa selamat."
Sementara dalam ruangan UGD,.
"Dok, nadi pasien lemah, perdarahannya tak mau berhenti", ucap seorang perawat.
"Segera lakukan CT Scan, hubungi dokter bedah saraf dan anastesi, kita harus bertindak cepat!"
"Baik dokter."
"Keluarga pasien atas nama Erlangga Bramasta!"
"Iya dok, saya Daddy nya dan ini bundanya, Bagaimana dengan kondisi putra saya dok?"
" Maaf tuan, saat ini kami masih berusaha menyelamatkan putra tuan, untuk itu kami perlu ijin dari kalian untuk melakukan operasi bedah pada otaknya, karena hasil CT scan nya menunjukan ada gumpalan darah dalam kepala."
"Baiklah dok, kami setuju lakukanlah operasinya !Asal yang terbaik buat putra tunggal kami."
"Baik pak, silahkan anda dan istri tunggu di luar ruang operasi, sekarang anak anda akan dibawa ke dalam ruangan."
"Sayang hiks ... hiks ... hiks Erlangga dad", sambil memeluk suaminya.
"Tenanglah Bun, kita harus kuat agar putra kita sembuh", sambil berpelukan.
Setelah operasinya selesai, kami kira waktu itu kondisi Erlangga akan membaik. Tetapi saat sadar ternyata Erlangga amnesia Han, kata dokter yang merawatnya di Rumah Sakit di Singapura. Itu akibat dari benturan yang keras pada kepala dan membuat 1/2 memorinya hilang. Untuk itu dokter menyarankan kepada kami pengobatan Erlangga harus bertahap dan jangan paksakan dia untuk mengingat memori yang hilang. Biarkan dia mengingat kepingan memori itu secara perlahan dan bertahap.
Untuk itulah, setelah kondisi Erlangga perlahan pulih dan normal perlahan kami sementara waktu, menyekolahkan dia di Singapura, sebelum membawa dia pulang kembali ke Indonesia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments