Bab 3

Di dalam kelas X I IPA 2,.

"Yura", panggil Mila dari depan pintu kelas.

" Ada apa Mila? hati-hati gak usah berlarian kayak dikejar hantu begitu."

"Sebentar, biarin gue atur nafas dulu, huh ", sambil duduk dibangku samping Yura.

"Ehh ada apa nih?" tanya Diah.

"Gak tau nih si Mila, baru datang langsung gempar."

"Hai kalian berdua emangnya gak buka web sekolah?"

Yura dan Diah pun kompak menggelengkan kepalanya.

"Ya ampun", ucap Mila sambil menepuk kepala dengan tangannya.

" Nih coba kalian baca dengan seksama, berita terhangat hari ini di sekolah kita!"

"Tidak mungkin", jawab Yura dengan terkejut sedangkan Diah masih melongo gak jelas.

"Kalian paham kan maksud gue?"

Yura dan Diah pun mengangguk tanda mengerti.

"Kenapa jadwal teknikal meeting Pertandingan Basketnya , mendadak diadakan di sekolah kita?"

" Tolong kalian scroll ke bawah dech gess!"

"Mana-mana"

"Ih Diah sabar dong, gue mau lihat juga."

" Seperti yang kalian baca berdua, di pengumuman itu tertera, karena Aula dari Sekolah SMA Bhakti International digunakan sebagai tempat acara program Kementerian Kebudayaan, makanya tempat teknikal meeting nya jadi diadakan di sekolah kita."

"Itu berarti, gue bisa lihat dong para cogan yang jadi perwakilan sekolah tiap SMA?" ucap Diah.

"Betul sekali", ucap Mila sambil menjentikkan tangannya.

"Wah ... ya Tuhan semoga kita beruntung bertemu dengan mereka, iyakan Yura!"

"Semoga aku bisa bertemu dengan Kak Erlangga", ucap Yura dalam hati.

Bel masuk pelajaran pertama pun berbunyi.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Selamat pagi Bu", ucap para murid dengan serentak.

"Baiklah, silahkan kalian buka buku halaman 30, Hari ini kita akan belajar tentang Kimia dari unsur kimia beserta senyawanya, sekian penjelasan dari ibu, apa kalian mengerti?"

"Mengerti Bu", ucap semua murid.

"Ayo ges kita istirahat ke kanti!" ucap Yura sambil berdiri dan mengajak Diah serta Mila.

Setibanya di kantin mereka bertiga mencari bangku yang kosong, karena jam istirahat banyak murid yang lain makan disana.

"Eh ada meja kosong tuh, disana dekat para senior kelas XII", ucap Mila.

"Yuk kita kesana aja daripada kita gak dapat duduk!"

"Tunggu Mila, lo gak lihat tatapan para siswi kelas XII, kok mereka pada ngelihatin kita sih?"

"Benar juga lo, Ra." ucap Mila.

"Apa kita ada yang aneh coba lihat!" sambil mereka bertiga menatap penampilannya masing-masing.

"Gak ada yang aneh tuh dengan penampilan kita."

"Gess coba kalian noleh ke belakang, itu bukannya para anggota Tim basket", sambil Diah menyentuh pundak Yura.

" Astaga, kak Robby, kak Ravi tolong cubit pipi gue Ra, mimpi apa gue semalam beruntung banget hari ini bisa melihat mereka."

"Ah sakit ... kok lo cubit gue keras sih Ra", rengek Mila.

"Ya kan tadi lo yang nyuruh gue, nah lihat sana ini nyata lo gak mimpi."

Sambil menyeret ke dua temannya mencari tempat duduk di kantin.

"Ayo buruan, perut gue udah lapar banget, dari pada ngeliatin para tim Basket gak akan bikin kalian kenyang!" seru Yura.

Setelah mereka dapat tempat duduk. Diah kemudian langsung memesankan mereka makanan dan minuman.

"Cobain mie goreng gue Ra! ini enak banget."

"Masa sih."

"Nih makan!"

"Hmmm ... enak juga Mila."

"Bagi dong sama gue."

"Sini Diah gue suapi lo! gimana enak kan?"

" Yup" ucap Yura dan Diah.

Saat mereka bertiga asik mengobrol, datanglah ketua Tim Basket Tunas Bangsa si Robby dan para anggotanya.

"Permisi dik, kakak boleh ikut makan gak disini? kebetulan meja yang lain penuh, cuma tempat kalian aja ada kosong lagi 3."

"Silahkan kak."

"Makasih ya dik."

Sambil duduk Robby, Ravi, dan Malik pun menyantap makanannya. Tidak lupa mereka memperkenalkan diri masing-masing dan saling mengobrol."

"Kenalin gue Malik anak XII IPS 1, nah sebelah gue namanya Robby Ketua Tim Basket sekelas juga sama gue, dan yang duduk seberang Robby namanya Ravi anak XII IPS 2, kami bertiga anak basket", jelas Malik.

"Salam kenal juga kak, gue Mila yang duduk sebelah gue Yura dan yang duduk sebelah kak Ravi, namanya Diah, kami bertiga anak kelas X I IPA 2", mereka mengangguk dan sambil menyapa satu sama lain.

Sementara itu, Robby dengan tanpa permisi, merebut minuman Yura.

"Kak lo apaan sih, itu kan minuman gue!"

"Maaf, gue lagi haus ternyata baksonya pedas, ntar gue ganti dech minuman lo."

" Bukan gitu kak, gak enak minum bekas orang lain."

"Sudahlah Yura, maklum saja reflek mungkin kak Robby", ucap Mila.

"Tapi Mila" ucap Yura sambil cemberut.

"Kenapa, lo masih gak terima, hmmm ... ?" goda Robby sambil menyeringai.

"Ravi, pesankan minuman ulang buat si Yura!"

"Sekarang Rob?" tanya Ravi sambil tergugu.

"Besok ... ya sekaranglah! masa lo mau lihat anak orang gak ikhlas ngasih ke gue."

"Gini-gini gue punya banyak uang, apapun bisa gue beli, termasuk minuman punya lo! atau sekalian lo pengin jadi pacar gue, sambil tertawa penuh maksud."

"Cukup kak, masalah kecil seperti ini, kakak gak perlu bertindak merendahkan orang lain, apalagi mengagungkan apa yang kakak punya."

"Gue diam tadi untuk mencerna dengan baik sikap apa yang harus gue lakukan, biarpun gue gak terima awalnya, dan maaf ... gue menolak untuk jadi pacar kakak! Masalah ini, jangan diperpanjang oke, permisi kami harus balik ke kelas."

Setelah Yura dan kedua temannya meninggalkan kantin.

"Gila lo Rob, gue gak nyangka aja tumben lo gercep begini sama cewek , hahaha ..."

"Kayak gak tau gue aj lo Lik, nemu yg cantik dan gemes seperti Yura itu jarang, gue rasa gue udah tertarik sama itu cewek, gue harus dapetin dia!" ucap Robby.

"Lo yakin Rob, mau jadiin cewek tu pacar lo?" tanya Ravi.

"Kenapa tidak, terserah gue dong mau dekat dengan siapa, yang jelas gue gak mau kalah."

"Terus, gimana dengan fans lo yang bejibun di sekolah ini, gue kasihan aja sama Yura, bisa-bisa di bully dia", ucap Malik.

"Lihat aja nanti, bagaimanapun caranya gue harus dapetin Yura!" sambil senyum menyeringai.

"Sebagai teman lo, gue cuma kasih saran aja jangan pernah mainin hati cewek, kalau lo beneran cinta sama tu cewek buktikan Rob, jangan sekedar membual tapi tindakan nol besar. apalagi menyakiti, ingat dosa dan penyesalan akan lo terima."

"Hahaha ... tentu saja, gue juga gak tau ini cinta atau bukan yang jelas gue tertarik sama Yura, pokoknya gue harus mendapatkan dia!"

"Kalian berdua sudah selesai makannya?" tanya Ravi.

"Kalau sudah kita harus kembali latihan, pertandingan masih 5 hari lagi dan kita harus menang kali ini, gue gak mau kalah dari SMA Trisakti kayak tahun lalu."

"Apalagi lo Robby, ujung tombak SMA kita, dan balas kekalahan tim basket kita tahun ini!"

"Tenang saja Vi, gue yakin tim basket kita tahun ini menang", jawab Robby.

"Yuk bro kita menuju lapangan basket, sudah banyak anggota lain pergi kesana!"

"Baiklah ayo kita mulai latihannya!"

"Siap ketua", jawab Malik dan Ravi berbarengan.

Sementara di Kafe Bintang, Bunda Anisa sedang menunggu Ibu Hani sambil meminum, minuman yang sudah dipesannya.

"Sudah jam 12.00 , kok Hani belum datangnya?" sambil melihat jam yang terpasang pada tangannya.

"Ah ... lebih baik aku telpon saja dulu!"

Tring ... tring, bunyi hp Bu Hani.

Ibu Hani, yang baru keluar dari taxi, segera mengambil hpnya dalam tas.

" Halo Nisa, iya aku sudah sampai depan Kafe Bintang, kamu dimana? Oke baiklah, aku segera kesana!"

"Hani aku sebelah sini", sambil melambaikan tangannya, saat ia melihat Bu Hani, sudah masuk ke dalam Kafe.

"Maaf ya Nis, aku sedikit telat datang, tadi jalannya macet."

"Gapapa Han, aku baru 15 menit disini, santai saja, duduk dulu, kamu mau pesan apa? biar aku panggilkan pelayan."

"Hmmm ... mas saya pesan, cokelat panas dan croissant."

"Baik Bu mohon ditunggu."

"Sebenarnya apa yang terjadi Nis, kalian sekeluarga 3 tahun lalu, mendadak menghilang tanpa kabar, dan info yang kami dapatkan terakhir kali dari satpam yang berjaga di rumahmu, dia bilang, kalian sekeluarga pergi, karena kakeknya Erlangga meninggal."

"Iya Han, itu semua benar."

Flashback

3 tahun lalu, saat Erlangga baru pulang dari sekolah. Aku yang ada di ruang tamu, dapat telepon dari asisten Daddy yang ada di Singapura. Iya bilang " Bu Anisa, Tuan Besar Steven meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit, maafkan saya Bu. Baru bisa mengabari anda sekarang, karena kejadiannya mendadak."

Hiks ... hiks ... hiks

"Daddy jangan tinggalin Anisa."

Erlangga yang melihat bundanya menangis di ruang tamu, langsung berlari menghampiri.

"Bunda, kenapa menangis?"

"Erlangga yang sabar ya nak", sambil memeluk dan mengusap kepala Erlangga. "Kakekmu sudah meninggal."

"Bunda baru saja dapat kabar dari Singapura", ucap Bunda Anisa sambil menangis.

Bagaikan tersambar petir. Erlangga yang mendengar kabar duka tersebut, mendadak terdiam di pelukan bundanya, dan menangis terisak.

"Bunda jangan bercanda, bagaimana kakek bisa meninggal? Sedangkan 2 hari lalu, kakek masih bisa berbicara dengan Erlangga di telepon!"

"Lebih baik kita sekarang, berangkat ke Singapura! Bunda mau telepon Daddy mu sekarang, ayo nak naiklah ke kamarmu, segera masukan pakaianmu ke dalam koper!"

"Baik bunda" jawab Erlangga.

Kami sekeluarga langsung bertolak ke Singapura. Saat Daddynya Erlangga tiba dari perusahaan.

Setelah melakukan penghormatan terakhir untuk mendiang kakeknya Erlangga, aku sebagai anak satu-satunya Daddy. Diminta masuk ke perusahaan oleh asisten Daddy.

" Dan kamu tau Han, apa yang terjadi selanjutnya?"

Terjadi penggelapan dana besar- besaran dan korupsi yang dilakukan kepala manager disana, yang baru selesai diselidiki detektif yang disewa oleh Daddy ku.

Akibat, mendengar kabar buruk secara mendadak tersebut, penyakit jantung Daddy ku kumat dan membuat ia pingsan sampai jatuh ke lantai dalam ruang kerjanya. Asisten Daddy ku, baru tau hal itu , karena dapat telepon dari detektif itu.

Makanya Han, untuk mempertahankan perusahaan yang di dirikan oleh Kakeknya Erlangga, Aku dan Kevin dibantu oleh asisten dan anak buah kami yang di Singapura. Bekerja keras untuk memajukan perusahaan, memberantas pegawai yang korupsi sehingga tidak membuat perusahaan Daddy ku bangkrut.

Setahun berlalu , perusahaan akhirnya stabil dan maju dengan pesat. Tapi saat kami akan kembali ke Indonesia, kami sekeluarga mengalami kecelakaan hebat.

2 jam saat perjalanan menuju bandara, kami yang sedang berbincang asik di dalam mobil, tak menyangka ada truk datang dari arah berlawan menuju ke arah mobil kami, naas saat pak sopir yang hendak berbelok, menghindari truk tersebut. Ia bilang rem mobil kami blong.

Tabrakan pun tak bisa terhindari, mobil kami terbalik terseret ke luar jalur, aku dan Kevin yang duduk di kursi belakang mengalami luka ringan dan terbentur tapi Pak sopir meninggal. Sedangkan Erlangga yang duduk di kursi depan penumpang mengalami luka cukup parah, karena ada perdarahan di otak.

Sebelum ia tak sadarkan diri, di dalam mobil ambulance yang membawa kami ke Rumah Sakit terdekat.

Ia terus bergumam pada ku, "Bun Erlangga janji akan selalu mendampingi Yura, Erlangga akan selalu ada untuk Yura." ucap Erlangga sambil mengambil sebuah cincin di dalam saku celananya.

"Nak, sadarlah jangan tinggalin bunda dan Daddy.!"

"Tenanglah Bun, Daddy juga khawatir dan cemas seperti bunda melihat kondisi Erlangga! Tapi kita hanya bisa berdoa kepada Tuhan, semoga anak kita bisa selamat."

Sementara dalam ruangan UGD,.

"Dok, nadi pasien lemah, perdarahannya tak mau berhenti", ucap seorang perawat.

"Segera lakukan CT Scan, hubungi dokter bedah saraf dan anastesi, kita harus bertindak cepat!"

"Baik dokter."

"Keluarga pasien atas nama Erlangga Bramasta!"

"Iya dok, saya Daddy nya dan ini bundanya, Bagaimana dengan kondisi putra saya dok?"

" Maaf tuan, saat ini kami masih berusaha menyelamatkan putra tuan, untuk itu kami perlu ijin dari kalian untuk melakukan operasi bedah pada otaknya, karena hasil CT scan nya menunjukan ada gumpalan darah dalam kepala."

"Baiklah dok, kami setuju lakukanlah operasinya !Asal yang terbaik buat putra tunggal kami."

"Baik pak, silahkan anda dan istri tunggu di luar ruang operasi, sekarang anak anda akan dibawa ke dalam ruangan."

"Sayang hiks ... hiks ... hiks Erlangga dad", sambil memeluk suaminya.

"Tenanglah Bun, kita harus kuat agar putra kita sembuh", sambil berpelukan.

Setelah operasinya selesai, kami kira waktu itu kondisi Erlangga akan membaik. Tetapi saat sadar ternyata Erlangga amnesia Han, kata dokter yang merawatnya di Rumah Sakit di Singapura. Itu akibat dari benturan yang keras pada kepala dan membuat 1/2 memorinya hilang. Untuk itu dokter menyarankan kepada kami pengobatan Erlangga harus bertahap dan jangan paksakan dia untuk mengingat memori yang hilang. Biarkan dia mengingat kepingan memori itu secara perlahan dan bertahap.

Untuk itulah, setelah kondisi Erlangga perlahan pulih dan normal perlahan kami sementara waktu, menyekolahkan dia di Singapura, sebelum membawa dia pulang kembali ke Indonesia.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110 ( End )
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110 ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!