Chapter 1 - Takdir - Part 3

Sepuluh hari telah berlalu setelah penyerangan kapal keluarga kerajaan Enjub oleh Richard. Sekarang keadaan kerajaan Enjuba sudah sangat berubah dengan Richard yang diangkat sebagai Raja sekarng. Raja Eduard beserta keluarga dan pasukannya dinyatakan tewas saat menaiki kapal menyebrangi danau perbatasan antara kerajaan Enjuba dan Kerajaan Kertasena.

Richar yang licik mengatakan kepada semuanya bahwa kapal Raja Eduward diserang oleh kelompok bandit yang ada di sana dan tenggelam. Berita ini tersebar hingga kerajaan Kertasena dan sekarang para bandit yang di pimpin oleh Roby menjadi kambing hitam atas kematian Raja Eduward. Mereka di buru oleh dua kerajaan sekaligus, kerajaan Enjuba dan kerajaan kertasena.

Saat ini para bandit yang dipimpin oleh Roby sedang melakukan sebuah perjalan ke kerajaan Tintani, karena danau perbatasan antara kerjaan Enjub dan kerajaan kertasena sudah tidak mungkin untuk mereka tinggali. Mereka meninggalkan kapal kesayangan mereka dan membakarnya di danau itu. Dengan perbekalan seadanya mereka menyusuri hutan dan gunung untuk sampai di kerajaan Tintania agar tidak mengundang perhatian karena sekarang mereka sedang diburu.

“Apakah kamu lapar.” Ucap Roby kepada Hesa yang memegangi perutnya.

“Tidak aku tidak lapar.” Jawab Hesa meskipun suara perutnya sudah berbunyi.

Melihat hari yang sudah mulai gelap dan para bawahannya yang sudah kelelahan, Roby memerintahkan para bawahannya untuk berhenti dan beristirahat. Mereka kemudian bekerja sama membangun tenda dan menyiapkan api unggun untuk membakar daging buruan. Hesa kecil juga ikut membantu dengan membawakan beberapa kayu untuk membuat api unggun.

Setelah beberapa saat berlalu akhirnya semuanya siap, mereka semua duduk melingkari api unggun yang menyala sembari membakar daging untuk mereka makan. Sebuah keceriaan terpancar dari setiap wajah mereka, mereka bercanda gurau, menyanyi, menari dan berpesta seperti tidak terjadi sesuatu kepada mereka padahal sekarang mereka sedang menjadi buronan.

Hesa yang melihat itu sangat terkesan dengan napa yang dilakukan oleh para bandit ini. Mereka seperti hidup sangat bebas semau mereka, tidak seperti dia saat hidup di kerajaan. Hesa merasa hidup si kerajaan sangat membosankan karena penuh dnegan aturan aturan yang tidak terlalu penting. Tapi meski begitu ia masih sangat merindukan kehidupan di kerajaan karena rindu dengan kedua orang tuanya. Roby menghampiri Hesa setelah Melihat Hesa yang bengong sembari memegang dagingnya.

“Sepertinya itu sudah matang, kenapa kamu tidak memakannya.” Ucap Roby kepada Hesa.

“….Roby kenapa kamu menolongku saat itu?” Ucap Hesa dengan suara lirih.

“Tentu saja karena kamu butuh pertolongan.”

“Bukankah akan sangat menguntungkan mu jika menyerahkan ku kepada paman Richard, mungkin kamu dan kelompok mu tidak akan diburu seperti sekarang.”

“Hey apakah kamu itu benar anak tujuh tahun, Kenapa kamu sudah bisa memikirkan hal seperti itu.” Ucap Roby dengan terkesan.

“Hesa Bos tidak akan memikirkan hal itu karena ia terlalu bodoh.” Seru Vella dari sebrang api unggun.

“iay benar dia adalah orang yang sangat bodoh, tapi itulah yang membuat kami mengikutinya sampai sekarang.” Saut Hugo tangan kana Roby.

Mendengar hal itu dari para bawahan Roby, Hesa hanya bisa tersenyum melihat Roby yang menahan wajah kesalnya. Dengan ekspresi polosnya Hesa berkata:

“Apakah itu benar?”

“ Iya itu benar.” Jawab Roby dengan sedikit terpaksa.

“hahahahhahaha.” Semua yang ada di sana tertawa mendengat hal itu, begitupun Hesa yang juga tertawa melihat ketua bandit mengatakan hal yang konyol.

Beberapa saat berlalu dan sekarang api unggun telah padam, mereka yang ada di sana tidur dengan dua orang berjaga bergantian. Malam yang sunyi di hutan berlangsung cepat hingga matahari muncul membangunkan semua yang ada di sana. Dengan cepat mereka Merapi kan tenda dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Mereka melewati hutan, sungai, pegunungan dan akhirnya sampailah mereka di depan sebuah gerbang suku pedalaman.

Gerbang itu terbuat dari bambu yang di susun sedemikian rupa hingga terlihat sangat kokoh. Setelah cukup lama menunggu, gerbang itu terbuka dari dalam dan para bandit yang di pimpin oleh Roby masuk kedalam gerbang itu. Hesa yang baru pertama kali bersama mereka sempat bingung dengan napa yang mereka lakukan di tempat seperti ini. Hingga akhirnya si ketua suku menghampiri Roby untuk berbicara empat mata.

Roby dan kepala suku masuk ke dalam rumah yang ada di sana, sementara itu para bawahannya menunggu di luar dengan posisi siap siaga. Hesa yang melihat hal itu semakin bingung dengan situasi yang sedang terjadi karena orang orang suku pedalaman yang ada di sana juga bersiap dengan tombak mereka seakan akan terjadi pertarungan antar kedua belah pihak.

“Hugo apa yang sebenarnya sedang terjadi.” Bisik Hesa kepada orang kepercayaan roby.

“Tidak apa apa, Bos sedang berdiskusi dengan kepala suku agar kitab isa masuk ke dalam kerajaan Tintania melalui jalan rahasia yang dibuat oleh mereka.”

Tidak lama setelah itu Si kepala suku dan Roby keluar dari rumah dengan memasang ekspresi tegang di wajah mereka. Para bandi yang melihat hal itu bersiap dengan senjata mereka masing masing, begitu juga para waga suku pedalaman yang sudang siap dengan tombak yang ada di tangan mereka. Tapi saat situasi sudah semakin tegang, Si kepala suku dan Roby saling berjabat tangan dan tersenyum membuat semua bawahan mereka melakukan hal yang sama. Hal ini menandakan bahwa negosiasi antar keduanya berjalan dengan lancar.

Di tuntun oleh ketua suku dan beberapa warga yang ada di sana, para bandit berjalan menuju ke pintu rahasia. Di depan pintu rahasia, Roby memerintahkan semua anak buahnya untuk memasuki pintu itu satu persatu. Mereka meluncur karena jalan rahasia itu dibuat seperti sebuah perosotan yang sangat licin. Setelah anak buahnya masuk kedalam pintu rahasia itu, roby kembali menghampiri kepala suku dan keduanya kembali berjabat tangan.

“Senang berkerja sama dengan anda.” Ucap Roby dengan tersenyum kepada kepala suku.

“ Tenang semua rahasia mu akan aman pada kami.” Jawab kepala suku.

Roby menggendong Hesa dengan tangan kanannya dan meluncur melewati pintu rahasia itu. Saat meluncur Hesa merasa sangat senang karena ia bisa melakukan perjalanan dengan yang menyenangkan dengan Roby. Dengan tersenyum di gendongan Roby, Hesa berkata:

“Roby terimakasih banyak.”

Mereka berdua meluncur dengan cepat dan akhirnya sebuah cahaya terlihat. Saat keluar dari pintu rahasia Roby di sambut oleh para bandit yang sudah sampai di sana lebih awal. Mereka yang ada di sana dibuat kagum dengan pemandangan yang sangat indah, angin yang sangat segar berhembus ke arah mereka membawa wangi bunga yang sangat harum. Di depan mata mereka terhampar sebuah ladang rumput yang sangat luas yang menandakan mereka akhirnya telah samapi kerajaan Tintania.

Mereka semua melanjutkan perjalanan dengan berjalan melewati padang rumput itu dan akhirnya sampailah mereka di sebuah bukit. Para bandit itu berhenti di bukit setelah mendengar instruksi dari ketua mereka Roby. Dengan dada sedikit di busungkan Roby berkata:

“Sekarang, di sinilah rumah baru kita.”

“Yaaaa!!!!” Jawab semuanya dengan serentak sembari memancarkan ekspresi senang dari wajah mereka.

Mengikuti arahan Roby merkea semua mulai membangun sebuah rumah dengan mengambil kayu kayu yang ada di hutan. Bekerja sama satu sama lain mereka terus bekerja, dan setelah beberapa hari rumah yang mereka bangun akhirnya selesai. Sebuah rumah sederhana yang bisa menampung sekitar tiga puluh orang telah berdiri di bukit dengan hamparan padang rumput yang sangat luas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!