Bab 3.

Alberto dan keluarganya mengunjungi pemakaman. Isak tangis mereka pecah. Alberto berdoa untuk orang tuanya dan kedua mertuanya. Begitu juga Janice. Janice juga mengunjungi makan Oma tercintanya, yang letaknya tak jauh dari makam orang tuanya. Darren, Karren, Robert dan Rebeca juga berdoa untuk para mendiang.

Ponsel Karren bergetar, Karren menyelesaikan doanya dan menjauhi pemakaman untuk menerima panggilan. Karren terlihat sibuk berdiskusi. Beberapa kali terlihat kesal. Karren berjalan perlahan terbawa oleh langkah kakinya. Mulutnya terus mengoceh dan tangannya bergerak-gerak. Karren menghentikan langkahnya dan berteriak. Karren memutuskan panggilannya.

"Hahh ... menjengkelkan!" sentaknya marah.

Karren melihat jalan, ternyata ia berjalan cukup jauh dari keluarganya. Ia segera berbalik dan tak sengaja menabrak seseorang.

Karren memegang hidungnya, "Aduh ... " gumamnya.

"Oh, maaf ... " ucap seseorang yang bertabrakan dengan Karren.

Karren mentap seseorang di depannya. Mata mereka saling memandang. Karren kaget, seperti mengenal .

"Ma-maaf. Aku tidak melihat jalan. Apa kau terluka?" tanya Karren.

"Tidak. Aku baik-baik saja. A-pa kau Karren?" tanya seseorang itu.

"Ya. Aku Karren. Bagaimana bisa kau tau namaku? Kau siapa?" tanya Karren.

"Ah, ternyata benar. Kau Karre. Apa kau melupakanku? Aku bahkan terus mengingatmu sampai terbawa dalam mimpiku," jawab seseorang itu.

"Pria tampan ini bicara manis sekali. Berapa banyak madu yang sudah dia minum? Jika aku mengenalnya mana mungkin aku lupa, dia sangat tampan. Ah ... bukan itu yang penting sekarang. Aku harus segera kembali," dalam hati Karen.

"Maaf, aku mungkin lupa. Bisa kau beritahu aku namamu?" tanya Karren.

"Aku Deric. Deric Willy," jawabnya.

"Hah? dia bilang apa? Si manja itu? Aku tidak menyangka dia tumbuh setampan ini. Ya Tuhan, mataku tak bisa berpaling darinya," batin Karren kaget.

"Oh, Deric. Putra Paman Dominic itu. Hallo, Deric. Senang bertemu denganmu," sapa Karren sambil tersenyum.

Karren dan Deric pun saling berjabat tangan sebagai tanda pertemuan mereka. Keduanya saling bertanya kabar dan berbincang. Sampai Karren ingat, jika ia harus segera kembali berkumpul dengan keluarganya. Ia lantas berpamitan pada Deric dan pergi. Karren melewati Deric dan berjalan menemui keluarganya.

Meihat Karren kembali, Alberto lantas mengajak keluarganya untuk pergi meninggalkan area pemakaman. Di parkiran, Alberto sekeluarga bertemu dengan Dominic dan Deric.

"Hai, Al. Lama tak berjumpa. Apa kabar?" tanya Dominic.

Alberto terkrjut, "Oh, Dominic. Apa kabar? kabarku baik," kata Alberto.

"Hallo, Jane. Bagaimana keadaanmu. Kau tampak sama. Senang bertemu kalian," kata Dominic.

"Senang bertemu denganmu juga. Tidak menyangka akan bertemu di tempat ini. Kau mengunjungi makam orang tuamu?" tanya Janice.

"Ya. Kami juga mengunjungi Rossa," jawab Dominic.

Janice terkrjut, "Ro-Rossa? Maksudmu?" tanya Janice menatap Deric, lalu menatap Dominic.

"Tak bisa kukatakan detailnya. Rossa kecanduan obat terlarang dan over dosis, lalu ... sudahlah. Tidak perlu membahasnya lagi." kata Dominic.

Janice mengerutkan dahinya, "Ah, maaf. Kami turut berduka," kata Janice.

"Turut berduka. Semoga kau diberi ketabahan, Dom." sahut Alberto.

"Ya. Terima kasih. Kebetulan kita bertemu, bagaimana jika duduk dan berbincang?" tawar Dominic.

"Boleh juga, kami juga sedang ingin minum teh dan makan kudapan," kata Alberto.

Mereka berjalan bersama-sama meninggalkan area pemakaman. Sampai mereka tiba di ke sebuah kafe.

Alberto, Janice dan Dominic duduk berdampingan. Darren menemani Robert dan Rebeca. Sedang Deric dan Karren sibuk memilih rasa es krim, karena melihat ada penjual es krim.

Dominic memuji Alberto, begitu melihat keempat anak Alberto. Kesempatan itu ia gunakan untuk menggoda teman lamanya itu. Alberto hanya tertawa, karena ia sendiri tak menyangka akan memiliki empat anak. Alberto juga memuji ketampanan Deric yang menurun dari Dominic.

Tak beberapa jauh, Karren dan Deric terlihat duduk semeja. Mereka saling berbagi pengalaman pekerjaan masing-masing. Keduanya tampak akrab. Karren dan Deric begitu menikmati es krim yang mereka beli. Mata mereka sesekali memandang, dan mereka tersenyum satu sama lain. Cukup lama kedua keluarga itu bercengkrama, sampai alhirnya mereka berpisah jalan.

***

Alberto dan keluarganya berencana tinggal di Inggris selama satu minggu. Waktu luang digunakan Darren untuk berkeliling menggali beberapa informasi bisnis. Sedang Karren sibuk dengan ponselnya karena tak ada kegiatan penting. Robert dan Rebbeca sibuk bermain bersama Janice dan Alberto.

Alberto mengetuk pintu kamar kamaren dan memanggil putrinya. Ia ingin menanyakan sesuatu.

"Sayang, kau di dalam?" tanya Alberto.

Karren membuka pintu dan menatap Albrto. Melihat putrinya rapi dan berdandan, membuat Alberto penasaran dan bertanya ke mana Karren akan pergi. Karren menjawab, jika ia akan pergi jalan-jalan bersama Deric.

Alberto mengerutkan dahi. Ia segera meminta Karren berganti pakaian dan mengenakan celana. Ia tidak ingin Deric terpesona dan menyukai Karren karena penampilan Karren yang mencolok.

"Kenapa ganti. Gaun ini panjang," kata Karren.

"Tidak ada tawar-menawar. Kalau kau ingin pergi, cepat ganti dengan celana panjang dan kemeja. Kalau tidak mau, Papi tak izinkan kau pergi." kata Alberto.

Karren masuk dalam kamar dan menutup pintu. Ia segers berganti pakaian dan tak lama keluar kamar. Alberto menatap dari atas sampai bawah.

'Gadisku ini pakai apa saja tetap cantik. Pakai celana panjang dan kemeja lebih terlihat cantik dari yang tadi. Aku tidak boleh melepaskan begitu saja pada sembarangan pria," batin Alberto.

"Aku sudah boleh pergi, kan?" tanya Karren.

"Hm, boleh. Penampilan ini lebih bagus dari yang tadi," Puji Alberto.

Karren lantas berpamitan. Belum sampai ia melangkah pergi, tiba-tiba Alberto menarik tanga Karren dan mengatakan akan ikut jalan-jalan bersama Karren dan Deric. Karren kaget, tapi ia tak bisa menolak sang Papa yang terlihat serius ingin ikut.

***

Karren merangkul lengan Alberto. Deric kaget melihat Alberto yang ikut naik mobil dengan Karren.

Karren menatap Deric, "Deric, papi ku mau ikut, boleh kan?" tanya Karren.

Deric tersenyum canggung, "Tentu boleh," jawab Deric. Deric langsung mengemudikan mobilny pergi.

Deric merasa sedih dan kecewa. Padahal ia berencana mengajak Karren menonton bioskop dan makan malam romantis agar Karren terkesan. Namun, sayangnya rencananya itu gagal. Di sisi lain, Alberto wasapada terhadap Deric. Walau bagaimanapun, Deric adalah putra temannya yang sempat bermusuhan dengannya. Ia tidak bisa membiarkan Karren hanya berdua saja dengan Deric.

***

Alberto, Karren dan Deric akhirnya sampai di sehuah pusat perbelanjaan.

"Paman, sudah makan? Mau makan dulu?" tawar Deric.

"Paman tidak lapar," jawab Alberto.

Deric diam sesaat. Ia bingung, harus apa. Ia pun menawari untuk nonton film dan Karren pun setuju. Deric pergi membeli tiket dan langsung kembali. Ia mengatakan, kalau ia mmebeli tiket film yang beberapa menit lagi akan segera tayang pada Karren. Karren mengangguk setuju, tak mempermasalahkan soal itu.

Deric mengajak Karren dan Alberto untuk segera masuk ke dalam studio. Mereka mencari tempat duduk. Deric mempersilakan Karren duduk, dan tiba-tiba saja Alberto menyela, duduk di samping Karren. Deric sempat terkejut, ia langsung duduk di samping Alberto. Tidak lama kemudian Film diputar. Sepanjang film diputar Karren fokus dan menikmati film, begitu jugabDarren. Namun, Alberto merasa aneh melihat adegan dalam film. Ia merasa film itu tak cocok dengannya yang sudah berumur.

Terpopuler

Comments

Nani Mardiani

Nani Mardiani

Saking posesifnya sama anaknya Karren, Alberto ngintilin anak gadisnya.

2023-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!