Chapter 16

Sesuai janji, malam ini mereka akan jalan-jalan ke Osaka. Dan Mesya sudah siap dengan penampilannya, berdiri di depan pintu kamar Radit dan mengetuk pintu berkali-kali hingga si empu kamar membukanya.

“Kamu belum siap?” tanya Mesya tak percaya saat melihat laki-laki itu masih mengenakan pakaian kerjanya seperti yang terakhir kali Mesya lihat sore tadi. Dengan polosnya Radit menggeleng dan selanjutnya meringis saat sebuah cubitan Mesya layangkan di pinggangnya.

“Sakit Sya,”

“Syukurin! Sekarang cepat mandi, aku gak mau kemalaman perginya,” Mesya mendorong tubuh kekasihnya itu masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya keras saat Radit sudah berada di dalam. Setelahnya Mesya berjalan menuju lemari, mengambil baju santai untuk Radit kenakan malam ini.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Radit membersihkan dirinya, karena kurang dari dua puluh menit saja laki-laki itu sudah kembali dengan hanya mengenakan handuk yang menutupi area pribadinya. Itu tentu saja membuat Mesya langsung memalingkan wajahnya.

“Yak, Radit! Ke kamar mandi, jangan ganti disitu,” panik Mesya saat Radit hendak menurunkan handuknya.

“Kelamaan kalau harus ke kamar mandi dulu, Sya lagian disini cuma ada kamu, gak masalah. Hitung-hitung kamu membiasakan diri lihat aku telanjang,” ucapnya menggoda, mengabaikan wajah merah Mesya yang sudah mirip udang rebus.

“Radit!” teriak Mesya lagi.

“Tenang kali, Sya. Aku pakai bokser kok, sekarang belum saatnya buat kamu liat. Meskipun aku udah pengen banget ngerasain kamu pegang dia,” ucap Radit menunjuk sesuatu yang ada di dalam celananya. Wajah Mesya semakin memerah, malu kesal dan juga salah tingkah, semakin menggemaskan di mata Radit yang sekarang sudah mengenakan pakaian lengkap.

“Dasar mesum!”

***

Osaka adalah tujuan yang diinginkan Mesya, dimana di sana pusat kulinernya begitu populer. Mesya lebih suka jalan-jalan seperti ini, wisata kuliner dimana ia bisa mengenyangkan perutnya juga matanya dengan berbagai macam makanan, dari pada harus jalan-jalan berburu ke toko-toko atau butik dengan bermacam tas, assesoris, sepatu, baju yang hanya mengenyangkan mata dan menguras dompet namun tidak sama sekali membuat perutnya kenyang. Bukan Mesya tidak menyukai semua barang-barang mahal itu, tapi baginya perut lebih utama, sedangkan barang-barang seperti itu Mesya hanya akan membeli jika memang dirinya benar-benar membutuhkan.

Mata Mesya berbinar saat baru saja sampai di salah satu kedai Okonomiyaki dan Takoyaki, makanan khas negeri sakura yang begitu Mesya sukai. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Mesya kembali menarik Radit untuk melihat-lihat dan membeli makanan yang menurut Mesya menggiurkan dan patut di coba. Radit? Laki-laki itu hanya mengikuti kemanapun langkah perempuan itu pergi dan tentu saja Radit yang selalu akan mengeluarkan uang untuk membayar apa yang di beli Mesya.

Wisata kuliner selesai saat Mesya merasakan perutnya sudah tidak bisa lagi menampung makanan saking kenyangnya. Radit hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya tidak menyangka perempuan berusia dua puluh tiga tahun yang sejak awal mereka bertemu wanita itu terlihat dewasa dan anggun nyatanya saat ini tidak jauh berbeda dengan gadis berusia sepuluh tahun yang antusias mengajak orang tuanya memilih mainan.

Perjalanan mereka berakhir di Tokyo Sky Tree, Radit yang membawa ke tempat ini. Menara dengan ketinggian 634 meter ini terlihat indah saat di lihat di malam hari. Berhubung Radit adalah laki-laki tampan dengan otot terukir sempurna namun penakut, maka dari itu mereka hanya menaiki menara ini hingga lantai 4 dimana dari tempat ini mereka bisa menikmati pemandangan Tokyo dengan perspektif 360 derajat.

Tadinya Mesya menginginkan ke lantai lebih atas, berdiri di atas kaca setebal 48 milimeter, melihat bangunan-bangunan yang kalah tingginya dari tempat yang ia pijak. Tapi sayang keinginannya itu harus terkubur dalam-dalam karena laki-laki di sampingnya yang menolak dengan keras.

“Kamu suka main ke club gak?” tanya Radit sedikit ragu.

“Kenapa emang? Mau ajak aku ke sana?” balik Mesya bertanya.

“Ya, kalau kamu gak keberatan itu juga,” Radit mengedikkan bahunya, tanda bahwa dia tidak akan memaksa.

“Ya udah yuk, aku juga udah lama gak ke club. Saking sibuknya kerja sampai lupa buat senang-senang,” jawab Mesya menyetujui dengan senyum tiga jarinya.

“Sama siapa kamu biasa main ke club?” penasaran Radit bertanya, karena awalnya ia mengira perempuan itu tidak akrab dengan tempatnya manusia-manusia suntuk yang mencari kesenangan sesaat.

“Teman-teman kampus aku kan kebanyakan anak club, Mina sama Rima juga sering ke sana, dan beberapa kali aku juga di ajak Aldrich bareng teman-temannya. Kamu gak usah heran gitu deh. Bukan cuma luar Negeri yang pergaulannya bebas, di Indo juga sekarang hal seperti itu udah biasa meskipun orang-orang banyak yang salah mengartikan dan memandang semuanya jelek. Kamu juga tenang aja, aku gak minum kok, cuma nikmatin suasananya aja buat hilangin suntuk.” Jelas Mesya.

Akhirnya Radit mengangguk dan mulai meminta sang supir untuk melajukan mobilnya menuju bar terkenal di negera ini. Sesampainya di tempat tujuan Mesya dan Radit turun dari mobil meninggalkan sang supir seorang diri di dalam sana.

Baru jam sebelas malam dan tempat ini belum terlalu ramai, Radit dan Mesya duduk di bar memesan minuman yang memang begitu sangat Radit inginkan saat ini. Mesya tidak minum alcohol karena ia memang tidak menyukainya, berbeda dengan Radit yang memang sudah terbiasa dengan minuman seperti itu.

Musik yang begitu memekakan telinga tidak mengganggu Mesya yang hanya menatap sekeliling, melihat orang-orang meliukkan tubuh dengan alunan musik yang DJ mainkan, Radit mengikuti arah pandang perempuan yang duduk di sampingnya mengerti dengan sorot mata itu akhirnya Radit bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan ke arah Mesya yang menatap bingung.

“Kamu pengen ke sana ‘kan? Ayok aku temenin,” senyum di bibir tebal Mesya mengembang dan kemudian menerima uluran itu, bangkit dari duduknya dan melangkah memasuki dance ploor bergabung dengan manusia-manusia lainnya yang tengah menikmati musik dan menggerakkan tubuhnya mengikuti irama.

Tangan Radit melingkar di pinggang Mesya, membawa wanita itu untuk lebih dekat dengannya agar lebih aman. Keduanya menggerakkan tubuh sesuai irama lagu yang sedikit menghentak, menikmatinya hingga lelah dan akhirnya kembali ke meja bar sebelum memutuskan untuk pulang saat jam sudah menunjukan pukul satu dini hari.

“Dibilangin jangan sampai mabuk juga, ish!” dengus Mesya membopong tubuh Radit keluar dari Club malam itu, di bantu salah satu satpam yang Mesya panggil.

Mesya menghela napas lelah juga lega saat sudah sampai di kamar hotel dan langsung menghempaskan tubuh Radit di ranjang berukuran cukup besar itu, membuka sepatu yang pria itu kenakan lalu membaringkan tubuh lelahnya di sisi lain ranjang kamar hotel Radit.

“Nginep disini aja, ya,” Radit menarik tubuh Mesya merapat dalam pelukannya tidak membiarkan perempuan itu menolak.

“Sya,”

“Hem,” Mesya merespon dengan gumaman pelan sambil memejamkan matanya setelah mendapatkan posisi yang nyaman dalam pelukan Radit.

“I love you,” bisiknya pelan, membuat Mesya yang semula sudah terpejam, kembali membuka matanya, akibat jantung yang berdetak cepat gara-gara kalimat singkat yang sarat akan makna itu meluncur dari bibir Radit. Kalimat yang dulu sering Radit ucapkan sebagai pengantar tidur Mesya.

Terpopuler

Comments

Viea

Viea

awas...awas....😝😝😝

2021-07-15

0

Woelan Tomomi

Woelan Tomomi

wait...osaka? tokyo sky tree? dalam semalem? pake pintu ke mana saja apa gimana ini? 😂

2021-07-11

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

hatiii hatiii ada setan lewat loh sya!!!

2021-07-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!