Chapter 4

Seperti yang di ucapkan Aldrich lewat pesan singkat semalam, kini tepat pukul tujuh laki-laki itu sudah sampai di rumah Mesya. Laki-laki tampan keturunan Inggris-Amerika itu tidak datang seorang diri, melainkan bersama Sofia, ibunya dan Arrabell juga Stevian yang tak lain adiknya juga ikut datang. Masya yang hanya mengenakan setelah rumahan biasa merasa malu saat melihat keempat orang itu yang kini mengenakan setelan rapi dan juga formal.

“Silahkan masuk Tante, Bell, Vian, Al.”

Mesya mempersilahkan ke empat tamunya itu untuk masuk di tengah keterkejutannya. Tidak beda jauh dengan Rasti yang baru saja kembali dari dapur.

“Ya, ampun Nak Aldrich kenapa gak bilang kalau ke sininya sama Ibu dan juga adik-adik kamu, Bunda kan jadi gak enak ini belum siap-siap,” ujar Rasti dengan panik juga tidak enak hati.

“Tidak apa-apa, Bu. Maafkan kami karena datang mendadak seperti ini.” Sesal Sofia.

“Tidak apa, Bu, saya justru senang bisa mengenal orang tua dari kekasih anak saya, tapi sebelumnya saya minta maaf pamit sebentar untuk berganti pakaian, gak sopan kayaknya kalau saya masih seperti ini,” ringis Rasti meremas daster rumahan yang tengah dikenakannya.

Setelah mendapat persetujuan dari tamunya barulah Rasti bergegas ke kamar, meninggalkan ke lima orang itu. Mesya melirik ke arah Aldrich yang kini duduk di sebelahnya dengan tatapan bertanya, namun laki-laki itu hanya membalas dengan senyuman tanpa mengatakan apa-apa.

Tidak lama bell rumah kembali terdengar. Mesya pamit melihat siapa yang datang, dan keterkejutan kembali ia dapatkan saat membuka pintu dan mendapati ayah, adik juga ibu terinya berdiri di sana, sama-sama mengenakan pakaian rapi. Mesya menatap semuanya dengan bingung, begitu juga dengan Rama yang menatap anak pertamanya dengan aneh dari atas hingga bawah.

“Kamu kok belum siap-siap, Kak?” tanya Rama dengan heran.

Kening Mesya mengerut bingung. “Untuk?”

“Emang pacar kamu tidak bilang kalau dia akan ke sini?”

“Mereka sudah ada disini, emang kenapa? Ayah juga kok ke sini?” Bingung Mesya. Rama menghela napasnya pelan kemudian berjalan masuk merangkul tubuh ramping dengan tinggi sebatas pundaknya itu dan menyuruh gadis pertamanya untuk masuk ke kamar dan berganti pakaian yang lebih sopan dan rapi.

Pertanyaan yang ingin Mesya tanyakan tertahan di tenggorokan saat Nasya mendorong tubuhnya menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Gadis yang usianya lebih muda empat tahun dari Mesya itu mendudukkan sang kakak di kursi depan meja rias sedangkan dirinya berjalan menuju lemari dan mulai memilih-milih pakaian untuk kakaknya itu kenakan. Pilihannya jatuh pada midi dress model Sabrina berwarna nude dan segera menyerahkan pada Mesya yang masih duduk terdiam menatap gerak-gerik sang adik dengan bingung.

“Sekarang Kakak ganti pakaian, jangan lama!” perintah Nasya mendorong tubuh kakaknya ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar.

Tiga menit kemudian Mesya keluar sudah dengan pakaian yang Nasya pilihkan. Menarik tangan Mesya untuk duduk kembali di kursi dan mulai mengaplikasikan make up tipis pada wajah ayu sang kakak. Tidak butuh waktu lama memang karena tanpa riasan pun Mesya sudah terlihat cantik dengan kulit putih bersihnya.

Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk kedua gadis itu kembali menghampiri keluarga dan juga tamu yang kini tengah asyik mengobrol. Aldrich begitu terpesona melihat Mesya yang saat ini terlihat sangat cantik meski dengan make up natural begitu juga dengan Stevian, adik dari Aldrich. Tatapan kedua laki-laki muda itu terfokus pada kedua wanita yang baru saja datang dan duduk di kursi panjang bersama Rasti juga Nilam.

“Ngedip, Al,” ucap Sofia seraya menyenggol lengan anak tertuanya. Sadar dengan itu Aldrich langsung mengalihkan tatapannya salah tingkah apalagi kini semua orang tengah terkekeh geli.

“Mesya cantik, ya, Al?” tanya Rama menggoda. Aldrich mengangguk tanpa sadar.

“Cantik banget malah.” Semua yang ada di sana kembali terkekeh, sedangkan Mesya menunduk malu menyembunyikan wajahnya yang memerah.

“Lebih baik sekarang kita makan dulu, kebetulan saya masak banyak hari ini. Nanti setelah itu baru kita lanjutkan lagi ngobrolnya.”

Satu per satu bangkit dari duduknya, mengikuti Rasti dan Nilam yang lebih dulu berjalan menuju ruang makan. Mesya sengaja jalan belakangan, menarik lengan kemeja yang dikenakan sang kekasih pelan agar laki-laki itu mundur dan sejajar dengannya.

“Ini sebenarnya ada apa sih?” tanya Mesya berbisik.

“Nanti juga kamu akan tahu, Beib.” Jawabnya sok misterius dengan senyum manis tersungging di bibir laki-laki itu, membuat Mesya mengerucutkan bibirnya, kesal karena tidak juga mendapatkan jawaban yang pasti.

Selesai dengan acara makan malam kini semua kembali ke ruang tamu ditemani dengan teh hangat juga kue-kue yang tadi sore sempat Rasti buat. Mesya duduk bersama ayah dan bundanya di sofa yang lumayan panjang pas untuk mereka bertiga sedangkan Aldrich dan keluarganya duduk di sofa yang lebih panjang berhadapan dengan Mesya. Nasya juga Nilam duduk di masing-masing sofa single.

“Baik lah sepertinya saya akan memulai percakapan tentang maksud dan tujuan kami ke sini,” ucap Sofia memecah keheningan yang terjadi beberapa saat. “Sebelumnya saya meminta maaf kepada Keluarga Pak Rama karena kedatangan kami yang mendadak ini. Anak saya, Aldrich ingin menyampaikan maksud baiknya untuk mengikat Mesya pada malam ini,” lanjutnya, membuat Mesya terkejut dan langsung menatap sang kekasih yang ternyata juga tengah menatapnya dengan lengkungan senyum.

“Saya selaku orang tua dari Mesya mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada keluarga Ibu Sofia yang sudah berkenan berkunjung ke rumah kami. Mengenai hubungan yang tengah di jalin putri kami juga putra Ibu, kami sekeluarga mengetahui dan juga mendukung mereka. Namun untuk niat yang Nak Aldrich sampaikan, kami serahkan kepada Mesya, karena nanti dia lah yang akan menjalani. Kami sebagai orang tua hanya akan mendukung apa pun keputusannya.” Panjang lebar Rama berucap dengan penuh wibawa dan sesekali menatap putri tertuanya yang kini duduk diantara dirinya dan Rasti.

“Bagaimana Kak, apa kamu menyetujui?” tanya Rama pada sang Putri. Tatapan Mesya beralih pada sang bunda yang tengah tersenyum, begitu juga ayahnya kemudian kembali menatap Aldrich.

“Mesya, aku tahu kamu tidak sempurna, karena begitupun denganku. Malam ini aku sengaja datang bersama keluargaku karena ingin menunjukkan keseriusanku kepadamu juga keluarga kamu. Dan aku sudah sangat yakin dengan keputusanku. Jadi, Mesya apakah kamu mau menjadi tunanganku?” tanya Aldrich dengan sarat akan keseriusan.

Setelah beberapa menit terdiam mencerna apa yang di ucapkan Aldrich baru lah sebuah anggukan Mesya berikan hingga membuat semua yang berada di sana tersenyum lega dan mengucapkan syukur.

Aldrich mengeluarkan kotak beludru berwarna navy dari dalam saku celana hitamnya. Membuka kotak tersebut dan mengambil isinya. Dua buah cincin berlian berwarna perak yang terlihat indah dengan hiasan permata kecil di tengahnya. Cincin yang berukuran kecil Aldrich sematkan di jari manis kiri Mesya, ukurannya sangat pas dan membuat jari lentik gadis itu terlihat lebih cantik.

Sofia memberikan kotak cincin itu pada Mesya, kemudian gadis itu meraih cincin satunya yang berukuran lebih besar dan polos tidak seperti miliknya yang dihiasi permata. Menyematkan cincin tersebut pada jari manis kiri milik Aldrich.

Tepuk tangan menggema dan senyuman menghiasi ruang tamu. Kini keduanya resmi bertunangan meski dengan acara yang amat sederhana, tapi tidak sedikitpun mengurangi kebahagian Aldrich juga Mesya dan semua orang yang berada di ruangan itu.

Setelah acara utama selesai, kedua keluarga kembali mengobrol ringan. Nasya membawa sang adik tiri ke kamar miliknya karena melihat bocah berusia empat tahun itu sudah mengantuk, sedangkan Arrabell dan Stevian mengekor Aldrich dan Masya menuju taman belakang rumah. Duduk di ayunan yang berada di pinggir kolam.

“Kak Mesya sama Kak Al kapan rencana untuk nikah?” tanya Stevian yang sudah duduk di pinggir kolam dengan mencelupkan kedua kakinya ke dalam air.

“Nikahnya nanti aja, Kakak juga kan harus kerja dulu, mencari uang untuk modal nikah.” Jawab Aldrich.

“Kak Al kan dari dulu sudah kerja di kantor Daddy,” ucap Arrabell. Aldrich mengangguk membenarkan. Memang sejak sang ayah meninggal dunia, Aldrich lah yang menggantikan, mengurus perusahaan almarhum ayahnya yang beliau bangun dari nol hingga sebesar sekarang.

Perusahaan yang bekerja di bidang periklanan itu menjadi tanggung jawab Aldrich selama ini. Dan dari sana lah Aldrich mendapat penghasilan untuk menghidupi ibu dan juga adik-adiknya yang masih sekolah. Sebagai anak tertua membuat Aldrich mau tak mau menangung itu semua, menjadi tulang punggung keluarga. Meski ini sebenarnya bukan bidang yang Aldrich sukai, tapi ia tetap belajar dan sebisa mungkin mempertahankan perusahaan yang sudah sang ayah bangun susah payah.

“Lo tenang aja, Kak, nanti gue bantu lo urus perusahaan Daddy,” ucap Stevian yang mendapati helaan napas berat kakaknya. Aldrich tersenyum kemudian mengangguk.

“Kamu kerja jadi sekertaris aku aja ya, Sya?”

Dengan cepat Mesya menggelengkan kepala. “Aku belum berpengalaman, Al dan lagi aku gak berniat kerja di perusahaan kamu. Aku mau cari kerja di tempat lain.”

“Kenapa?” tanya Aldrich mengerutkan keningnya.

“Aku mau kerja hasil usaha aku sendiri, bukan karena ada bantuan dari orang dalam. Apa lagi kamu yang saat ini sudah menjadi tunangan aku. Mungkin nanti akan banyak orang yang gosipin aku karena dengan mudah masuk dan kerja di kantor kamu. Apalagi langsung jadi sekertaris. Lagi pula aku juga belum tahu kemampuan aku sendiri, Al. Jadi kamu ngerti kan?” panjang lebar Mesya menjelaskan meski dengan sedikit tak enak hati.

Aldrich tersenyum dan kemudian mengangguk menyetujui keinginan sang tunangan. Menggenggam tangan mungil Mesya dan dikecupnya singkat.

“Aku akan mendukung apa pun keputusan kamu saat ini, asal kamu janji akan menjaga hati dan pandangan kamu hanya untuk aku,” ucap Aldrich dengan binar serius.

Terpopuler

Comments

Praised93

Praised93

terima kasih👍

2023-11-01

0

Netty S

Netty S

ksihan al,,

2022-01-03

0

Heny Rahmawati

Heny Rahmawati

Al jagain jodohnya Radit,,, yg sabar ya Al

2021-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!