Chapter 5

Setelah menjalani serangkaian tes akhirnya Mesya di terima di salah satu perusahaan yang cukup besar di kota ini. Aditama Group yang berdiri di bidang property. Mesya di terima sebagai asisten sekretaris CEO dan ia bersyukur dengan itu, setidaknya jadi asisten untuk awal menunjang karir tidak akan terasa berat bagi Mesya.

Hari ini adalah hari pertama Mesya bekerja. Dengan setelan rapi, celana panjang berwarna hitam dipadukan dengan kemeja putih dan cardigan panjang hitam menjadi pilihan Mesya hari ini. Heels yang tidak terlalu tinggi juga rambut yang di ikat membuat kesan formal sekaligus santai dan itu membuat Mesya terlihat semakin cantik.

Meraih tas tangan berwarna hitam yang terletak di atas nakas kemudian Mesya keluar dari kamar menghampiri sang bunda yang tengah menyiapkan sarapan, tidak lupa mengecup pipi wanita itu seperti biasa.

“Cantik banget sih anaknya Bunda,” puji Rasti tulus.

“Harus dong, Bun ini kan hari pertama kakak kerja, jadi harus sempurna. Doain ya, Bun semoga ini awal yang baik buat kakak.” Rasti mengangguk kemudian mengecup pelipis Mesya seraya mengucapkan serangkaian doa juga semangat untuk sang putri tercinta.

Lima belas menit lebih awal Mesya sampai di kantor tempatnya bekerja, ternyata Marisa yang tak lain adalah sekertaris utama juga sudah datang dan langsung memanggil Mesya, memberitahu apa saja yang harus Mesya kerjakan hari ini.

Hari pertama Mesya begitu sibuk karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan. Marisa benar-benar menyiksa dirinya hari ini, tapi mau bagaimana lagi ia tidak bisa menolak apa lagi melihat wanita yang berusia lima tahun di atasnya itu tengah mengandung. Hanya helaan napas yang Mesya keluarkan saat lagi dan lagi Marisa memberikan setumpuk pekerjaan dan tak jarang juga wanita dua puluh tujuh tahun itu menyuruhnya membuatkan kopi untuk sang bos juga mem-photo coppy dan lain sebagainya.

Pukul lima tepat akhirnya Marisa mempersilahkan Mesya pulang, membuat gadis itu menghela napas lega. Meraih tas tangannya kemudian pergi, masuk ke dalam lift yang akan membawanya turun ke lobi. Sesekali tersenyum saat bertemu dengan karyawan lainnya. Kesan pertama adalah yang paling di butuhkan. Maka dari itu hari ini Mesya selalu bersikap ramah pada siapapun yang dirinya temui.

Setelah lebih dulu menghubungi kedua teman dekatnya, Rima dan Mina, Mesya melangkahkan kakinya ke arah parkiran khusus karyawan dimana mobilnya tadi pagi ia simpan. Honda civic berwarna silver itu keluar dari parkiran dan melaju membelah jalanan macet di sore hari ini menuju sebuah café yang menjadi tempat janjian bersama kedua temannya.

Rima lebih dulu sampai di susul oleh Mesya, dan Mina tiba sepuluh menit kemudian. Setelah mengatakan pesanan masing-masing kini ke tiga gadis cantik itu mengobrol ringan, mulai dari pekerjaan juga hal-hal random lainnya sampai akhirnya Mina bertanya mengenai cincin yang berada di jari manis Mesya.

“Cincin tunangan gue sama Aldrich lah.” Sombong Mesya.

“Kok, lo gak bilang-bilang kalau tunangan? Kita gak di undang, jahat banget sih!” gerutu Rima melayangkan protesan.

“Acaranya juga mendadak, bahkan gue aja gak di kasih tahu. Cuma acara keluarga doang itu juga,” jawab Mesya jujur.

“Kapan?” giliran Mina kini yang bertanya.

“Dua minggu yang lalu.”

“Gue iri ih, lo udah tunangan aja, lah gue masih aja jomlo sampai sekarang,” ucap Rima cemberut. Mina dan Mesya tertawa seraya mengucapkan kata sabar secara bersamaan yang membuat wanita cantik berambut pendek itu semakin memajukan bibirnya.

“Gimana hari pertama lo kerja, Sya?” tanya Mina di tengah-tengah melahap makanannya.

“Cape banget gue, gila aja Mbak Marisa langsung ngasih gue kerjaan banyak banget. Gue kira jadi asisten kerjaannya paling cuma photo copy atau apa gitu, eh, ini gue langsung di suruh ngerjain laporan dan lainnya!” keluh Mesya yang diakhiri dengan helaan napas lelah.

“Terus dia ngerjain apa dong, kalau semua tugasnya lo yang kerjain?” kini giliran Rima yang bertanya.

“Nyusun pertemuan-pertemuan Boss, gak tahu lagi gue dia ngerjain apa saking sibuknya gue. Untung aja gue gak bego-bego banget jadi masih bisa ngerjain itu semua meskipun baru.”

“Harusnya dia tuh gak kayak gitu Sya memperlakukan karyawan baru. Gue aja ogah kali kalau kayak gitu, enak di dia cape di gue!” gerutu Rima tak terima.

“Boss lo masih muda, Sya? Ganteng gak?” penasaran Mina bertanya tanpa memperdulikan gerutuan teman satunya.

“Kenapa emang, lo mau sama boss gue?” balik Mesya bertanya.

“Ya, kalau masih muda gue mau, apa lagi kalau ganteng,” jawabnya senyum-senyum.

“Gue juga belum tahu wajah bos gue kayak apa, soalnya belum ketemu secara langsung, tapi kata orang-orang sih udah tua bahkan udah mau pensiun. Lo mau?”

“Ogah gue kalau sama aki-aki!” tolak Mina bergidik ngeri. Rima dan Mesya kembali tertawa. Ketiganya kembali melanjutkan makannya yang sesekali di selingi dengan obrolan-obrolan ringan juga candaan yang membuat ketiganya tertawa hingga sebuah bunyi dari ponsel milik Mesya yang tergeletak begitu saja di atas meja samping tangan kirinya menghentikan obrolan ketiganya.

“Siapa?” tanya Rima saat Mesya hendak menjawab telepon tersebut.

Aldrich ♥ is calling…

Nama itu lah yang tertera di layar datar berwarna merah muda itu. Kedua temannya mengangguk membiarkan Mesya mengangkat telepon dari tunangannya, sementara mereka berdua melanjutkan makan yang masih tersisa.

“Hallo,”

“…”

“Aku lagi sama Rima dan Mina di café,”

“…”

“Iya, love you too.”

Setelah mengucapkan itu Mesya langsung mematikan sambungan dan kembali menyimpan ponselnya di tempat semula. Melanjutkan kembali makan tanpa menatap ke arah teman-temannya yang menatapnya dengan penasaran.

“Sweet banget ya, yang udah tunangan? Gue iri deh,” ujar Rima. Mesya mendongakkan kepalanya tersenyum sombong pada sahabatnya itu. Keduanya mendecih kesal yang di balas dengan kekehan kecil oleh Mesya.

“Sya, dia belum ada kabar juga?” tanya Mina setelah beberapa saat terdiam. Sebuah gelengan Mesya berikan untuk menjawab pertanyaan yang di layangkan temannya.

“Mungkin dia udah lupa sama gue, Min. Lagian ‘kan hubungan kami juga udah diakhiri sebelum kepergian dia. Jadi untuk apa dia ngabarin gue? Dia juga gak bilang akan kembali, makanya gue gak mau nunggu dia, gue takut kecewa.”

Senyum tipis yang di paksakan dapat Rima dan Mina lihat. Mereka berdua memang mengetahui hubungan antara Mesya dan Radit karena mereka juga satu sekolah dan sering hangout bersama.

“Udah lah ngapain juga bahas dia, gue udah tunangan ya, dan Aldrich itu laki-laki yang baik. Gak akan gue sia-siain cowok seperti Aldrich!” senyum lebar Mesya kembali dan itu cukup membuat Mina dan Rima mengulas senyum juga, ikut lega karena akhirnya Mesya tidak lagi larut dalam sedihnya seperti bertahun-tahu lalu.

“Udah jam tujuh nih, mau pulang kapan kita?” tanya Mina menatap jam di pergelangan tangan kirinya.

“Masih siang kali, Min biasanya clubbing lo pulang pagi. Apa jangan-jangan sekarang juga lo mau ke club?” Mina cengengesan mendengar tebakan sahabatnya itu.

“Bentar lagi aja lah, kapan lagi coba bisa Q-Time kayak gini. Gue yakin kedepannya kita bakalan sibuk masing-masing, boro-boro buat hangout gini, pulang kerja pengennya pasti langsung tidur. Udah lama juga kan kita gak clubbing? ” Mesya menganggukkan kepala setuju dengan yang Rima ucapkan.

“Ya udah, kita pulang jam dua belas malam aja kalau gitu.”

“Ya, gak gitu juga kali, Min, gila lo. Besok gue kerja!” panik Mesya, kemudian ketiganya tertawa bersama.

Terpopuler

Comments

Praised93

Praised93

terima kasih

2023-11-01

0

Cita Solichah

Cita Solichah

aq agk gk rela kl critanya ntar yg menang org masa lalu mengalahkn org masa skrg yg sdh setia serius nemenin suka duka dan endingnya malah terhempas gitu aj...

2022-10-22

0

Ilan Irliana

Ilan Irliana

wah bos mesya radhit lg...hihi

2021-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!