Chapter 11

Pagi hari Mesya berangkat kerja seperti biasa, dan hari ini ia mengendarai mobilnya sendiri yang baru saja diantar oleh orang bengkel. Penampilan Mesya tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasanya, selalu cantik dan terlihat santai meski menggunakan pakaian kerja. Setelah berbasa-basi sebentar bersama Rini dan Mona di meja resepsionis Mesya melangkahkan kakinya menuju lift, ada beberapa orang juga berdiri di sana menunggu kotak besi itu terbuka. Senyum ramah Mesya berikan saat ada beberapa karyawan lain yang menyapanya meskipun tidak terlalu banyak yang Mesya kenal, tapi mereka mengenalnya sebagai sekertaris sang bos besar.

Begitu tiba di lantai lima belas, Mesya sekilas melirik pintu coklat yang bersebelahan dengan ruangannya sebelum kemudian Mesya memutuskan untuk masuk dan duduk di kursi kerja. Teringat akan batas ruangannya dan ruangan Radit hanya terhalang kaca sedikit buram, Mesya kembali menolehkan kepalanya, lalu mendesah kecewa saat mendapati ruangan itu kosong. Sosok yang selalu diam-diam memperhatikannya tidak berada di kursi kebesarannya. Mesya menatap jam di pergelangan tangan, sudah menunjukan pukul delapan. Tidak biasanya laki-laki itu datang terlambat seperti ini.

Menyalakan komputernya, Mesya mulai mengecek jadwal Radit hari ini dan mengerjakan beberapa laporan sebelum nanti ia serahkan pada Radit untuk di tanda tangani. Di tengah pekerjaannya Mesya berkali-kali melirik ke arah ruangan laki-laki itu yang masih tetap masih kosong, melirik lift pun tidak juga ada tanda-tangga kehadiran pria itu.

Menghela napas berat, Mesya kembali melirik jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul sepuluh. Setelahnya Mesya mengambil ponsel yang ia letakan di dalam laci dan menimbang-nimbang untuk menghubungi bosnya itu, hingga tanpa disadari teleponnya tersambung, dan suara berat Radit terdengar mengejutkan Mesya yang berubah gelagapan.

“Halo Mesya, ada apa menghubungi saya?” tanya orang itu saat Mesya tak juga mengeluarkan suara. Ragu untuk menjawab akhirnya Mesya memutuskan sambungan dengan sepihak, mendadak ia bingung akan mengatakan apa pada laki-laki yang dihubunginya tanpa sengaja.

Mesya merutuki kebodohannya, membentur-benturkan kepalanya pada meja sambil terus menyumpah serapahi dirinya sendiri.

“Apa yang sedang kamu lakukan, Mesya?” tanya suara berat dari belakangnya menghentikan kelakuan bodoh Mesya. Wanita itu menegang dan perlahan membalikan tubuhnya menoleh ke asal suara. Radit berdiri di sana dengan kening berkerut.

“Ah, eum gak apa-apa Pak,” jawab Mesya gelagapan. Radit mengedikkan bahunya kemudian berbalik hendak melangkah keluar dari ruangan sekretarisnya itu sebelum sebuah tangan menarik ujung jasnya, membuat langkah Radit terhenti.

“Kenapa?” tanya datar Radit menoleh pada sekretarisnya.

“Maaf,” cicit Mesya pelan dengan kepala yang menunduk. “Jangan diamin gue lagi Dit, gue gak bisa!” kali ini Mesya menggelengkan kepalanya pelan, mendongak menatap Radit yang setia berdiri di depannya, masih dengan ekspresi datarnya. “Gue sadar kalau hingga saat ini gue masih memiliki perasaan itu buat lo. Maaf kalau selama ini sikap gue menyakiti lo. Tapi asal lo tahu, Dit, gue juga tersiksa, apalagi saat kepergian lo. Gue gak baik-baik aja seperti yang lo pikir, gue juga sama tersiksanya kayak lo. Gak pernah ada waktu yang terlewat buat gue mikirin lo, bahkan meskipun gue udah punya tunangan. Maafin gue, Dit.”

Radit masih diam di tempatnya, mencerna apa yang wanita itu ucapkan hingga beberapa detik kemudian Radit pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun. Air mata Mesya semakin deras mengalir melihat kepergian laki-laki itu, hatinya sakit dan dadanya semakin sesak seperti tertimpa reruntuhan. Sekali lagi Mesya kecewa karena Radit yang memilih pergi setelah pengakuan dan kata maafnya. Jujur ini sakit, tapi sebisa mungkin Mesya memaklumi. Disini bukan hanya Radit yang salah karena pada kenyataannya dirinya pun salah karena sudah lebih dulu mengecewakan pria itu.

***

Radit tidak tahu harus melakukan apa saat mendengar pengakuan Mesya beberapa menit yang lalu. Hatinya menghangat, tapi egonya menolak, Radit segera disadarkan dengan kenyataan bahwa perempuan yang masih di cintainya itu sudah memiliki seseorang yang sudah mengikatnya.

Berkali-kali membenturkan kepalanya pada tembok merutuki dirinya sendiri, hingga beberapa menit kemudian kembali membuka pintu ruangannya dan keluar, menghampiri Mesya yang masih menunduk dengan punggung bergetar, menandakan bahwa perempuan itu menangis. Tanpa bicara apa pun Radit langsung memeluk tubuh mungil itu, membiarkan gadisnya menangis dalam pelukannya, dan biarkan ia kalah pada perasaannya kali ini. Sama seperti Mesya, Radit pun tidak ingin terus menyiksa hatinya sendiri. Ia tersiksa berpura-pura tidak peduli.

Saat pelukan itu melonggar, Mesya mendongakan wajahnya yang masih di basahi air mata, menatap bingung pria yang berdiri menjulang di depannya yang kini tangannya bergerak mengusap pipi Mesya, menyeka air mata yang masih juga mengalir.

“Maaf,” hanya kata itu yang keluar dari mulut Radit.

Mesya menggeleng lalu kembali memeluk pinggang Radit masih dalam posisi duduk, air matanya kembali berderai, bahkan semakin sesenggukan dari yang sebelumnya.

Tanpa melepaskan pelukan Mesya, Radit menurunkan tubuhnya hingga sejajar dengan Mesya menangkup wajah cantik perempuan itu lalu melayangkan kecupan di kedua mata almon Mesya yang selalu dirinya sukai.

“Jangan nangis lagi, gue gak suka,” ucap Radit sedikit berbisik.

Mesya mengangkat kepalanya mendengar nada lembut itu. kedua sudutnya perlahan terangkat hingga membentuk sebuah senyum meski masih diiringi dengan sesenggukan kecil, sisa dari tangisnya. Keduanya saling bertatapan, mengunci pandangan masing-masing, hingga kemudian Radit memajukan wajah dan bibirnya mendarat di bibir lembut Mesya. Tidak ada pergerakan lain, bibir mereka hanya menempel seperti itu untuk waktu yang cukup lama dengan mata yang sama-sama terpejam seolah tengah meresapi perasaan masing-masih. Sampai akhirnya Radit menarik diri dan berdiri tegak yang membuat Mesya harus mendongak untuk bisa melihat wajah tampan laki-laki itu.

“Baikan?” Mesya menjulurkan jari kelingkingnya. Janji yang dulu selalu mereka lakukan.

“Baikan,” Radit menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Mesya diringi senyum yang menghiasi. Tidak jauh dengan yang Mesya lakukan.

***

Tak hentinya senyum di bibir Mesya mengembang sampai membuat ketiga temannya menatap heran dan bergidik ngeri. Hari ini Rena mengajak untuk makan di kantin perusahaan, wanita cantik yang selalu modis itu bilang harus mulai mengirit karena sudah memasuki tanggal tua.

Saat pesanan datang, keempatnya makan dengan sesekali di selingi obrolan dan juga tawa atas candaan yang salah satu dari mereka layangkan. Namun di tengah asyikanya tertawa, ponsel Mesya bergetar menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Dengan cepat Mesya meraih ponselnya sebelum tiga sahabatnya mengintip isi pesan yang masuk dari Radit.

“Guys, gue pamit duluan ya, bye,” ucap Mesya seraya bangkit dari duduknya dan melenggang pergi sebelum mendapatkan jawaban dari ketiga temannya itu. Membuat Rena, Mona dan Rini saling tatap, dan memperhatikan kepergian Mesya yang terlihat riang, sebelum kemudian mengedikkan bahunya acuh.

Mesya mengetuk pintu coklat itu beberapa kali dan masuk setelah sebuah suara dari dalam mengizinkan.

“Ada apa manggil, Pak bos?” tanya Mesya begitu berdiri beberapa langkah di depan meja kerja Radit.

“Emang gak boleh?” balik Radit bertanya seraya bangkit dari kursi kebesarannya.

“Gue lagi makan asal lo tahu! Baru juga beberapa suap,” dengus Mesya sebal. Radit terkekeh geli lalu menarik pinggang MEsya dan membawanya untuk duduk di sofa.

“Tunggu sebentar lagi, barusan gue udah pesan makanan buat kita,” ucap Radit mengecup singkat pelipis Mesya, membuat wajah cantik yang hanya di poles make up tipis itu merona.

Beberapa menit kemudian makanan yang Radit pesan lewat online datang, cukup banyak dan Mesya sempat membelalakan matanya juga melayangkan protes pada laki-laki tampan di sampingnya. Namun Radit tidak sama sekali menanggapi, pria itu malah menyuapkan potongan sushi ke dalam mulut Mesya, membuat omelan perempuan itu terhenti karena mulutnya yang penuh.

Cemberut karena kesal, Mesya melayangkan cubitan di pinggang Radit berkali-kali hingga sang empunya meringis sambil tertawa dan meminta ampun saat dirasa cubitan Mesya semakin menyakitkan.

Keakraban seperti ini yang Radit harapkan sejak kepulangannya. Dan sekarang ia bersyukur karena akhirnya hubungan mereka bisa membaik setelah beberapa waktu belakangan sempat mengalami ketegangan.

Waktu sudah menunjukan pukul setengah enam sore, Mesya sudah merapikan meja kerjanya, memasukan barang pribadi ke dalam tas termasuk ponsel, kemudian meraih tas tangan hitam itu dan membawa beberapa berkas yang baru saja selesai ia perbaiki menuju ruangan Radit. Tanpa mengetuk pintu lebih dulu seperti biasanya, Mesya masuk dan langsung berjalan menghampiri Radit yang duduk di kursi kebesarannya menatap ke arah jendela besar yang menampilkan pemandangan bangunan-bangunan tinggi juga langit yang mulai menghitam.

“Sudah mau pulang?” tanya Radit membalikan kursinya menghadap Mesya yang tengah menyimpan berkas yang di bawanya.

“Iya, lo gak pulang juga?” balik Mesya bertanya.

“Kerjaan gue belum selesai. Lo di jemput tunangan lo lagi?”

Mesya menggeleng. “Gue bawa mobil sendiri, lagi pula mungkin Aldrich sibuk.”

Mengangguk beberapa kali sebelum akhirnya Radit kembali bertanya, “mau nunggu sebentar? Nanti pulangnya gue anterin.”

Terpopuler

Comments

Nabil Az Zahra

Nabil Az Zahra

mstinya mesya ga hrus gtu,toh yg mtusin spihak+ninggalin kan radit.ga slh klo mesya bljr move on,toh gda hti yg mst di jg.tp knp ksanya kya mesya yg slingkuh?

2023-04-29

0

Arik Kristinawati

Arik Kristinawati

mgkin Aldric tllu sibuk hy alsan sja ...pdahal ada wnita lain dkntornya ato dluar yg bikin dia rsa nyaman ktimbang dg mesya....krn tau mlo mesya blum bnar2 trma dia...

2023-01-26

0

istri_sahnya_suga🤫🥰

istri_sahnya_suga🤫🥰

hwaaaa....q bacax smpek sini aja gc snggup q nya

2021-10-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!