...Mira...
.........
Sang ibu pun mengajak Mira masuk ke kelas tarinya. Sedang Mira tampak tak berdaya untuk menolaknya. Ia kemudian berjalan bersama sang ibu masuk ke kelas tarinya. Dengan rasa malas dan dengan keengganan yang begitu besar.
Di kelas tari...
Hari ini adalah Hari Kamis. Mira pun mulai berkenalan dengan teman-teman di sanggar tarinya. Mira terlihat banyak diam dan hanya sekedar melihat tarian yang dibawakan oleh temannya. Sedang ibu Mira sendiri pergi ke klinik lalu akan pulang untuk menjemputnya. Mira pun diminta menari apa yang ia bisa.
"Silakan, Mira. Jangan malu," pinta sang pelatih tari bernama Nona Wang itu.
Mira tampak ragu. Ia bingung harus menari apa. Nona Wang akhirnya mengajarkan beberapa teknik dasar untuk pemula.
"Baik, Anak-anak. Kita latihan pemanasan terlebih dahulu agar Mira dapat melihatnya." Nona Wang mulai menyetel musik untuk pemanasan tariannya.
Menyebalkan sekali. Aku diminta seperti ini.
Sedang Mira tampak enggan mengikuti gerakan pemanasan. Ia hanya sekedarnya saja. Mira tidak berminat mengikuti kelas tari seperti yang ibunya inginkan. Pada akhirnya ia menjalani rutinitas dengan setengah hati.
Jam makan siang...
"Mira, kau tidak bawa makan siang?" tanya teman baru Mira bernama Lana.
Mira menggelengkan kepalanya.
"Ini, makanlah bekalku. Hari ini akan lama karena besok libur." Lana menawarkan makanan kepada Mira.
Mira tampak segan menerimanya. Ia terbiasa berteman dengan seorang pria. Tapi di sanggar tari ini ia menemukan semua temannya wanita. Bahkan pelatihnya juga.
"Em, Lana. Apakah di sini tidak ada pria?" tanya Mira memberanikan diri.
Lana tampak terkejut. "Memangnya kau ingin menari dengan pria?!" Lana tak percaya.
"Ssstttt. Jangan keras-keras. Nanti nona Wang mendengarnya." Mira mengingatkan.
Mira, Lana dan teman-teman di sanggar tari sedang beristirahat sebelum melanjutkan sesi latihan tari mereka. Mereka duduk di sisi ruangan yang mana di depan adalah kaca yang besar. Mereka pun bisa melihat bagaimana latihan itu sendiri tanpa perlu diceritakan oleh orang lain lagi.
"Ups, maaf." Lana pun menutup mulutnya.
Mira mulai menyantap bekal roti yang Lana bawa. Ia pun tampak menikmatinya. Karena sang ibu tidak membawakan bekal hari ini. Mira terbiasa berangkat sekolah atau aktivitas lainnya tanpa membawa bekal. Jadi sang ibu tidak membuatkan.
"Sebenarnya pemilik sanggar tari ini seorang pria. Kakak sepupu dari nona Wang sendiri. Namanya Tuan Jim. Tapi dia tidak suka dipanggil dengan sebutan tuan." Lana mulai menceritakan.
"Eh, benarkah?" Mira tampak tak percaya.
Lana mengangguk. Gadis berkaus pink itu menanggapi Mira bicara. "Panggil saja dia dengan sebutan kak. Mungkin sebentar lagi juga akan datang," tutur Lana lagi.
"Hm ...." Mira pun tampak memikirkan hal ini.
Lana tersenyum. "Kau pasti sangat terpaksa mengikuti kelas tari ini. Tapi percayalah suatu hari nanti kau akan menyukainya. Awalnya memang susah, tapi nikmati saja. Proses tidak akan berjalan lancar tanpa ada kemauan yang kuat." Lana menyemangati Mira.
Mira mengangguk. Ternyata ia bisa mendapatkan teman perempuan yang menyemangatinya. Karena selama ini ia terlalu sering berbaur bersama teman lelaki. Mira hampir tidak tahu bagaimana cara bersikap seperti wanita. Tapi mulai hari ini ia bisa belajar dari Lana.
"Selamat siang."
Seorang pria tampan pun memasuki kelas tari Mira dan teman-temannya. Tampak pria itu menebarkan senyuman manisnya. Ialah Jim, pemilik sanggar tari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
devymariani
wahh dari nama nya sudah ketauan kalau dia pasti ganteng🤭
2023-06-18
1