Terbayang-bayang

"Lana, kenapa dia cuma sebentar mengajari kita?" tanya Mira selepas latihan dengan Jim selesai.

"Oh, itu." Lana pun mengerti maksud Mira. "Kak Jim harus mengajar lagi di sekolah. Dia hanya datang satu hari sekali ke sini. Sedang sisanya nona Wang yang menangani." Lana menceritakan.

"Oh ... begitu." Mira pun tanpak mengerti.

"Kenapa? Kau menyukainya, ya? Kak Jim memang tampan. Tapi sayang dia sudah punya pacar. Lagipula mana mau dengan anak SMA seperti kita." Lana bicara lagi.

"Eh? Maksudmu, Kak Jim???"

"Dia sudah dewasa. Usianya berbeda jauh dari kita. Dia seorang guru kesenian di tiga sekolah. Dia juga mengajar tari di sanggar ini. Dan ini adalah sanggar tari miliknya. Kudengar dia malah mau menikah." Lana banyak menceritakan tentang Jim kepada Mira.

Saat mendengarnya, saat itu juga entah mengapa hati Mira merasa kecewa. Hatinya seperti patah karena mendengar cerita Lana. Padahal sebelum-sebelumnya ia tidak pernah. Mereka pun akhirnya bersiap-siap untuk mengikuti pendinginan yang akan diajarkan Nona Wang, sepupu dari Jim sendiri.

.........

"Dia guru kesenian di tiga sekolah? Apakah dia seorang freelancer? Setahuku sangat susah untuk menjadi ASN sekarang. Mungkinkah dia punya usaha lain selain sanggar tari ini? Aku rasa kecil kemungkinan dia akan menikah cepat sedang keadaan finansial kurang memungkinkan. Bukankah gaji pegawai honorer sangat kecil?"

Entah mengapa Mira bertanya sendiri dan menjawab sendiri pertanyaannya malam ini. Ia masih tak percaya dengan apa yang diceritakan Lana. Entah mengapa ia juga mulai kepo dan ingin mencari tahu tentang Jim lagi. Ada rasa penasaran yang muncul di dalam hatinya. Tapi ia belum bisa memastikan jika Jim adalah cinta pertamanya. Karena Mira tak tahu apa itu cinta. Ia hanya sekedar menjalani aktivitasnya saja.

Esok harinya...

"Ma, di sini ramai sekali. Aku tidak suka."

Pukul tiga sore Ibu Mira membawa putrinya ke pasar seni untuk melihat pertunjukan teaterikal di sana. Tapi keadaan menjelang akhir pekan ini begitu ramai dan dipadati pengunjung pasar. Mira pun merasa risih dengan keadaan. Tapi sang ibu tetap membawanya ke sana.

"Duduklah di sini. Ada pertunjukan Cinderella."

Dan tak tahu mengapa sang ibu tetap nekat untuk menunjukkan aksi teater kepada putrinya. Mira pun tampak tak berdaya untuk menolaknya. Ia akhirnya mencoba menikmati suasana ramai di depan panggung pertunjukan ini. Namun, tak lama pandangan matanya tertuju kepada seorang pria yang sedang bercakap-cakap di sana.

Kak Jim?!

Mira pun melihat pelatih tarinya itu sedang berbicara bersama seorang wanita. Yang mana Jim terlihat selalu menebarkan senyumnya. Mira pun jadi curiga jika itu adalah pacar Jim sendiri.

Aku tidak bisa melihat jelas wanita itu. Dia membelakangi penglihatanku.

Mira pun beranjak berdiri. Tapi saat itu juga sang ibu menahannya. Ia tidak membiarkan Mira pergi dari sampingnya. Mira pun tahu jika sang ibu melarangnya. Ia kembali duduk di samping ibunya.

Senin, pukul sepuluh pagi...

Masa orientasi siswa adalah waktu yang dihindari oleh banyak siswa baru di jenjang sekolah selanjutnya. Termasuk Mira yang hari ini harus mengikuti mos di sekolahnya. Ia tampak malas-malasan, tapi sang kakak tingkat tidak memberinya waktu untuk bersantai sejenak. Mira seringkali kena marah dan mendapatkan hukuman untuk berkeliling lapangan sekolah. Ia pun geram segeram-geramnya. Tapi Mira tahu jika tidak bisa melawannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!