Zaki memperhatikan ekspresi Mika. Zaki melihat tangan Mika sudah mengepal disamping. Dia harus mencegahnya sebelum Mika kembali menghajar Neela.
"Zaki, ayo kita masuk kelas bareng" ajak Neela.
Tidak ingin terjadi keributan, Zaki langsung membawa Neela menjauh dari Mika.
"Zaki, kenapa tarik tarik, sakit nih tangan aku" rengek Neela.
Sampai di kelas, Zaki mendudukkan Neela. Dia harus menegaskan kembali hubungannya dengan Neela sebelum Mika menjauhinya. Saat ini, dia sudah sangat nyaman dekat dengan Mika.
"Neela, aku harap kamu tau batasan kamu, diantara kita hanya sebatas teman, jadi kamu tidak berhak mengatur dengan siapa aku datang dan pergi. Dan mulai sekarang, jangan usik hidupku lagi," tekan Zaki.
Kriiing.
Bel telah berbunyi, tanda pelajaran akan dimulai. Neela segera meninggalkan kelas Zaki karena mereka berbeda kelas.
Guru pun memasuki kelas, sebelum memulai pelajarannya, dia memberi tahu terlebih dahulu mekanisme pemberangkatan scout camp yang akan diadakan sabtu besok.
Semua murid bersorak, mereka begitu antusias menyambutnya. Mika hanya diam tanpa ekspresi. Bukannya dia tidak senang. Dia sangat senang, cuma dia bingung, waktu scout camp bertepatan dengan kompetisi tae kwon do yang juga diadakan sabtu esok.
Mika tidak bisa ijin, karena Mika menjadi adalah peserta yang diunggulkan sebagai pemenang dalam lomba itu.
Neni, gadis berkacamata tebal tiba tiba datang menghampirinya. "Hai, kenalkan, namaku Neni. Gimana kalau kita besok duduknya bersebelahan?" tanyanya.
Mika menggeleng, dia lalu mengambil pensil dan kertas di tasnya lalu menuliskan jawabannya, "maaf aku tidak bisa ikut."
"Yah, sayang sekali, padahal scout camp itu seru loh," cerita Neni.
"Aku tau," tulis Mika.
Zaki yang melihat tulisan Mika tidak ikut mendengus kecewa. Dia bahkan sudah berkhayal akan menjelajah hutan bersama Mika, tapi sepertinya khayalannya masih belum bisa tercapai.
"Kenapa Loe nggak ikut?" tanya Zaki.
"Ada lomba," tulis Mika.
"Lomba apa?" tanya Dzaki kepo.
"Tae Kwon Do," tulis Mika kembali.
"What! Loe serius Mik?" tanyanya.
Mika mengangguk. Zaki tampak berpikir, sepertinya melihat Mika bertanding lebih seru ketimbang ikut scout camp. Zaki pun tersenyum menyeringai.
"Neela, kayaknya loe bakal punya kesempatan bagus buat menjerat Zaki," ujar Nia.
"Maksud Loe?" tanya Neela tak mengerti.
Nia pun membisikkan kata di telinga Neela yang membuat gadis itu tersenyum lebar.
"Loe pinter banget Nia. Oke gua bakal lakuin apa yang loe usulkan tadi," ujar Neela.
Sepulang sekolah, Neela mendatangi temannya. Dia adalah anak yang tidak mampu tapi memiliki kemampuan yang luar biasa. Dengan iming iming uang yang banyak, dia pasti bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Hai Kak," sapanya.
"Hai Neel, kamu kesini sama siapa?" Tanyanya.
"Sendiri," jawab Neela.
"Lagi sibuk apa nih?" Tanyanya.
"Ohh ini, ada sedikit project membuat obat untuk penderita alzheimer," jawabnya.
Ya, teman Neela adalah pemuda jenius yang saat ini bekerja pada sebuah laboratorium. Di otak Neela, sudah ada beberapa ide yang bisa membuatnya bahagia.
"Kak, bantuin Neela bisa nggak?" Tanyanya.
"Bantu apa?" Lelaki itu balik bertanya.
Neela pun membisikkan sesuatu di telinga lelaki itu yang dibalas anggukan kepalanya.
"Oke, besok pagi, kamu bakal dapat obatnya," ujar Lelaki itu.
"Makasih ya, Loe baik banget," puji Neela.
"Ini nggak gratis Neela," sentak lelaki itu.
"Iya gue tau, ntar bayarannya gue transfer," tekan Neela.
"Bukan cuma uang Neela," ujarnya.
"Apa lagi?" tanya Neela.
"Loe musti nemenin gue kencan sehari," jawab lelaki itu.
"Okelah, yang penting jumat besok obatnya harus sudah ada," ujar Neela.
"Beres," sahut pemuda itu.
"Oke, jumat kita kencan, sekalian Loe bawa obatnya, gimana?" tanya Neela.
"Deal," jawab pemuda itu antusias.
Hari Jumat sepulang sekolah, Neela mendatangi rumah temannya tadi. Dia sudah berganti memakai pakaian kasual.
Dio, nama pemuda itu. Dia sudah siap menunggu kedatangan Neela didepan rumahnya. Begitu Neela membunyikan klaksonnya, Dio langsung masuk ke dalam mobil Neela.
"Sekarang, Loe mau kemana?" tanya Neela pada Dio.
"Nonton," jawab Dio.
"Obatnya?" tagih Neela.
"Nih," ujar Dio seraya memberikan beberapa obat yang sudah dia bungkus rapi.
"Awas, jangan sampai salah sasaran," tekan Dio.
"Beres," sahut Neela.
Mereka pun menuju sebuah Mall terbesar disana. Neela segera membeli tiket bioskop sesuai keinginannya. Neela memilih film romance, meski Dio tidak menyukai filmnya, bagi dia, asal bisa jalan dengan wanita yang dia cinta, itu sudah cukup membuat hatinya berbunga bunga.
Dalam film yang mereka tonton ada adegan romantis yang membuat Dio pun ingin melakukannya juga.
Dio langsung mempraktekkan apa yang dia lihat. Mulanya Neela memberontak, tapi lama kelamaan, dia terbawa juga. Neela mulai menikmati apa yang sudah mereka lakukan.
Hingga film berakhir, Neela dan Dio masih belum selesai dengan kegiatan mereka. Baru setelah lampu bioskop menyala terang, Dio mengakhirinya.
"Terima kasih," ujar Dio.
Neela hanya mengangguk. Wajahnya bersemu merah, dia merasa malu, bagaimana dia bisa ikut terbawa suasana.
"Tidak usah malu begitu," ledek Dio.
"Apaan sih," ujar Neela menutupi wajahnya.
"Ayo kita pulang, setelah ini, aku akan mengajakmu ke suatu tempat," kata Dio.
Dio mengajak Neela makan di sebuah angkringan kaki lima. Meski tempatnya tidak meyakinkan, tapi rasa masakannya sangat enak.
"Wah, sumpah, ini makanan enak bangey Dio. Loe tahu darimana tempat ini?" tanya Neela.
"Bagi kami orang miskin, yang penting itu enak dan murah. Tempat yang seperti ini ada dalam daftar pencarian nomor 1," jawab Dio.
Neela mengangguk saja. Setelah makan, Neela mengantarkan Dio kembali ke rumahnya.
"Terima kasih ya Dio. Berapa uang yang harus aku transfer?" tanya Neela.
"Terserah kamu saja, berapapun yang kamu kasih, akan aku terima dengan senang hati," jawab Dio.
"Baiklah, nanti aku transfer kalau sudah berhasil," ujarnya.
Dio mengangguk, sebelum beranjak pergi. Dio pun kembali mengulang apa yang mereka lakukan di bioskop tadi. Dio menyerang Neela hingga gadis itu kehabisan nafas.
"Dio, kamu mau bunuh aku ya," sungut Neela dengan nafas ngos ngosan.
"Hehehe, maaf, habisnya bibir kamu manis. Aku masuk dulu, ingat, pastikan jangan sampai salah orang," tekan Dio.
"Iya iya gue tahu," sahut Neela.
Dio pun memasuki rumahnya, dia begitu bahagia, akhirnya impiannya kencan dengan Neela terwujud.
Sampai di rumahnya, Neela tak sabar menanti hari esok. Dia sudah membayangkan apa saja yang akan dia lakukan dengan Dzaki besok.
"Sebentar lagi, Loe pasti jadi milik gue," gumam Neela.
Esoknya, Neela sudah siap siap berangkat ke sekolah. Dia sudah tidak sabar untuk segera sampai di camp, supaya bisa lekas menjerat Zaki.
Sampai di sekolah, Neela mencari keberadaa Zaki, tapi tidak ada. Neela berpikir mungkin Zaki terlambat datang.
Neela menunggu Zaki di samping Bus, tapi, hingga semua anak sudah masuk ke dalam bus, Zaki belum datang juga.
Neela sudah panik, dia pun mencari wali kelas Zaki. "Bu, kenapa Zaki belum datang juga?" tanyanya.
"Loh memangnya kamu nggak tahu?" tanya guru itu.
"Tahu apa Bu?" tanya Neela bingung.
"Zaki kan tidak ikut scout camp, katanya ada saudaranya yang meninggal. Jadi mereka sekeluarga pulang ke desa," terang guru itu.
Seketika itu tubuh Neela merosot ke tanah. Sia sia sudah usahanya meminta obat dari Dio kemaren. Neela pun menangis tersedu disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
meriana
wah kasian deh neela
2023-07-19
0