Seperti yang direncanakan kemarin, Zhaza mengajak teman-temannya ke rumah untuk mengerjakan tugas sekolah. Mereka bertiga menuju rumah Zhaza dengan mobil Nana. Sesampainya di rumah, Zhaza langsung mempersilakan Bella dan Nana masuk. Mereka terlihat terkejut melihat rumah Zhaza yang sangat besar dan mewah. Jujur saja sejak kelas sepuluh dulu teman-teman Zhaza tidak ada yang pernah mengunjungi rumah keluarga Ardhani. Zhaza mengajak Bella dan Nana ke halaman belakang yang terdapat sebuah taman kecil.
“Sebentar ya, aku mau ganti baju dulu. Kalian mau ganti baju sekalian?”
“Ehm, kita nggak bawa baju ganti,” jawab Bella.
“Kalau gitu pakai baju aku aja. Ayo, ke kamarku!”
“Emang nggak apa-apa?” tanya Nana ragu.
“Iya, nggak apa-apa. Ayo!”
Akhirnya mereka bertiga menuju kamar Zhaza, Bella dan Nana kembali dibuat terpukau. Kali ini karena melihat kamar Zhaza yang luas, bahkan kamar mereka tidak seluas ini. Zhaza segera mengambil baju untuk Bella dan Nana di lemari.
“Ini, kalau kalian nggak suka biar aku cariin lagi,” kata Zhaza memberikan dua buah kaos kepada Bella dan Nana.
“Tapi...”
“Tenang aja, ini masih baru kok. Aku belum pernah pakai.”
“Beneran nggak apa-apa?”
“Iya, itu kamar mandinya,” kata Zhaza menunjuk sebuah ruangan yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada.
Selesai berganti baju mereka bertiga menuju halaman belakang, tetapi Zhaza terlebih dulu menemui Sum untuk dibuatkan minuman dan cemilan bagi kedua temannya. Lalu Zhaza segera menghampiri Bella dan Nana yang sedang duduk di gazebo. Zhaza meletakkan buku pelajarannya dan membuka-buka halamannya.
“Rumah lo ternyata enak juga ya? Sejuk,” kata Bella. Zhaza hanya tersenyum, tidak lama kemudian Sum menghampiri mereka dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.
“Makasih, Mbak,” ucap Zhaza ramah, “Kita mau meneliti tanaman apa?” tanya Zhaza.
“Ehm, apa ya? Gimana kalau Mawar? Kamu punya?” usul Nana.
“Mawar? Aku punya, kebetulan sedang berbunga. Ayo kesana!” ajak Zhaza semangat dan berjalan menuju taman di pojok halaman.
Mereka mulai meneliti dan terkadang diiringi candaan, tidak terasa tugas mereka selesai. Sekarang Bella, Nana, dan Zhaza duduk di gazebo sambil mengobrol. Terkadang mereka berfoto bersama, karena rumah Zhaza cocok dijadikan objek foto.
“Kak, lihat Snow?” tanya Shasa tiba-tiba menghampiri Zhaza.
“Kakak nggak lihat, mungkin di kamar Kak Akbar,” jawab Zhaza.
Lalu Shasa kembali masuk ke dalam dan mencari-cari Snow, seperti kata Kakaknya ia mencarinya di kamar Akbar. Hari ini memang Sakti dan Akbar sedang tidak ada di rumah.
“Al, udah sore nih. Kita balik dulu ya? Kapan-kapan kita boleh main ke sini lagi?”
“Boleh dong, aku malah seneng ada kalian. Rumah jadi rame,” kata Zhaza senang.
Zhaza pun mengantarkan Bella dan Nana sampai pintu depan, dimana supir Nana sudah menjemput. Saat membuka pintu pagar, bersamaan ada sebuah mobil Jeep yang hendak masuk. Akhirnya Zhaza segera membukakan pintu itu, karena ia tahu itu mobil siapa. Karena penasaran Bella dan Nana memandang mobil itu sampai berhenti dan melihat siapa orang yang mengemudikannya. Dan keluarlah seorang laki-laki dengan membawa tas ransel dan memainkan kunci mobilnya.
“Sst, Al dia siapa?” tanya Bella.
“Oh, dia Kakakku.”
“Siapa namanya?” tanya Nana.
“Kak Sakti, kenapa?”
“Eh, enggak apa-apa. Ya udah kita pulang dulu ya? Sampai besok,” kata Nana melambaikan tangannya dan masuk mobil diikuti Bella. Zhaza membalas lambaian tangan Nana dan setelah mobil berjalan ia masuk rumah.
Zhaza menuju halaman belakang untuk membereskan barang-barang yang tadi ia tinggalkan. Saat Zhaza di gazebo, ternyata ada Shasa bersama dengan Snow sedang bermain. Selesai membereskan buku-buku dan alat tulisnya, Zhaza tidak langsung membawanya masuk. Namun, duduk bersama Shasa yang tengah asyik sendiri.
“Ketemu dimana, Sha?” tanya Zhaza.
“Di kamar Kak Sakti, tadi Snow mau buang air di atas tempat tidur Kak Sakti. Untung Shasa cepet-cepet bawa Snow ke kamar mandi,” jelas Shasa dengan wajah polos. Mendengar penuturan Shasa, Zhaza hanya tersenyum.
“Lagi pada ngomongin apa?” tanya Sakti yang tiba-tiba muncul membawa segelas air dingin.
“Eh, Kak Sakti udah pulang. Kak, tadi denger Shasa ngomong nggak? Kalau Snow tadi hampir
buang air di atas kasur Kakak,” jawab Shasa polos.
Zhaza meringis dan memandang Shasa miris, karena sebentar lagi pasti ia akan kena marah. Juga tak lama lagi adiknya itu pasti akan menangis.
“Apa? Kok bisa itu kucing masuk kamar?” tanya Sakti membentak.
“Shasa juga nggak tau. Waktu nyari Snow, dia udah tiduran diatas kasur Kakak,” jawab Shasa takut-takut dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
“Mending mulai besok, kalo lo nggak di rumah. Taruh kandang itu kucing! Kalo nggak becus pelihara nggak usah pelihara!” kata Sakti sinis.
"Kak Sakti," panggil Zhaza, kakak tertuanya ini sudah sangat kelewatan. Shasa sudah terisak dipelukan Zhaza.
Namun, Sakti hanya melengos dan kembali masuk ke dalam. Mbak Sum yang tidak sengaja berpapasan dengan Sakti juga menjadi korban.
“Apa lihat-lihat?” bentak Sakti. Sum langsung menggeleng cepat dan segera pergi.
“Kamu sih, kenapa bilang ke Kak Sakti?” tanya Zhaza.
“Shasa keceplosan,” jawab Shasa mengusap air matanya. Zhaza hanya menggelengkan kepalanya dan masuk ke dalam membawa buku-bukunya.
...🏡🏡🏡...
Selesai belajar, Zhaza mencari kamera DSLRnya untuk dibawa besok. Ia lupa terakhir ditaruh dimana, karena memang Zhaza jarang memakainya akhir-akhir ini. Dia membongkar kotak kardus sampai lemari pun ia bongkar. Namun, tidak juga ketemu. Kalau ia tidak membawa kamera, mana bisa dia ikut seleksi ekskul itu. Padahal ia sangat ingin ikut, karena ia hanya ahli dalam bidang memotret.
“Mana ya?” gumam Zhaza membongkar rak dekat televisi.
“Nyari apa?” tanya Akbar yang sedang menonton televisi bersama Sakti dan Shasa.
“Kamera, Zhaza lupa naruhnya,” jawab Zhaza tanpa menghentikan pekerjaannya.
“Makanya kalau punya barang dijaga, tau sendiri kalau ilang,” gumam Sakti, “Paling udah dibuang si Sum,” celetuk Sakti.
Zhaza menghembuskan napas lelah, dirinya sudah mencari di semua tempat dan bertanya pada Sum. Namun, tidak ada yang tau kemana kamera itu pergi. Zhaza ingin memberanikan diri ikut ekskul itu.
“Alah, kemarin gue liat gitar lo nangkring di halaman belakang. Lo kalau nyari udah sampe keliling kompleks perumahan,” ucap Akbar yang mendengar gumaman Sakti. Sakti segera memiting leher kembarannya itu.
"Mending kamu bawa kamera Kak Sakti aja, lagi nganggur tuh dikamarnya,” usul Akbar susah payah, membuat Sakti mengeratkan pitingan di leher Akbar.
“Boleh, Kak?” tanya Zhaza langsung semangat.
“Kenapa nggak pake punya lo aja sih?” ucap Sakti pada Akbar.
“Sejak kapan gue mainin kayak begituan? Lo pelit banget, sama adek sendiri ini.”
“Boleh ya? Soalnya besok mau dibawa,” ucap Zhaza memelas.
“Iya sana bawa,” kata Sakti akhirnya. Tanpa menunggu lagi, Zhaza langsung menuju kamar Kakaknya itu.
“Nah, gitu dong. Abang yang baik harus gitu sama adik-adiknya. Bang, pinjemin duit dong!” pinta Akbar.
Sakti menendang bokong Akbar, membuat Akbar langsung memanyunkan bibirnya. Shasa hanya tertawa melihat kelakuan para kakaknya itu, walau dia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan.
...🏡🏡🏡...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Om Rudi
Om mampir sebentar nih
jangan lupa undang lagi ya
2020-11-30
2
Nurfajrin fajrin
Udah mampir, udah like. Cerita nya bagus
2020-11-26
1
ARSY ALFAZZA
🐾🐾🐾👍👍
2020-10-11
1