Three

Hari ini di kelas Zhaza sedang ada pelajaran Biologi. Dan gurunya memberi tugas untuk meneliti tumbuhan, tugas itu akan dikerjakan berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari tiga anggota, separuh kelas sudah memiliki kelompok. Namun, Zhaza belum memiliki kelompok. Tidak ada yang mengajaknya bergabung, Zhaza hanya duduk diam dibangkunya.

“Ehm, Al. Kita kurang satu orang lagi, lo mau satu kelompok sama kita?” tawar Bella tiba-tiba menghampiri Zhaza.

“Hm, iya tentu aku mau,” jawab Zhaza antusias dan tersenyum senang, karena akhirnya ia akan memiliki teman.

“Kenalin gue Nana.”

“Ehm, soal tugas itu... mau buat di rumah siapa? Soalnya di rumah gue nggak ada tanaman, kecuali rumput,” kata Bella.

“Bagaimana kalau di rumahku aja? Aku punya banyak tanaman,” usul Zhaza.

“Oke, besok kita ke rumah kamu

ya? Kita mau ke kantin, kamu mau ikut?” ajak Nana.

“Ehm, nanti aku nyusul aja. Kalian duluan,” jawab Zhaza.

Bella dan Nana pun keluar kelas menuju kantin, sementara Zhaza masih di kelas. Ia sedang membereskan buku-buku yang berserakan diatas mejanya. Anak-anak yang masih berada di kelas mulai kembali bergerombol dan seperti biasa, bergosip.

“Kok mau ya mereka satu kelompok sama dia?” tanya seorang anak perempuan berambut ikal.

“Alah, paling mereka berdua cuma manfaatin dia. Lo tau sendiri kan sifat Bella sama Nana?” jawab seorang anak yang lain.

“Iya, bener tuh,” ujar yang lainnya menanggapi. Zhaza berusaha tidak mendengarkan perbincangan mereka dan dia bergegas keluar kelas menuju kantin.

Zhaza berjalan seorang diri menuju kantin, saat melewati koridor kelas banyak anak-anak yang duduk-duduk di depan kelas masing-masing sambil bercanda. Namun, saat Zhaza lewat mereka semua seketika diam dan memandang Zhaza sinis.

Zhaza hanya menundukkan kepala dan terus berjalan, sampai di depan mading ia membaca ada sebuah pengumuman bahwa akan diadakan seleksi ekskul fotografi lusa. Zhaza yang membaca pengumuman itu terlihat sedih, dirinya ingin ikut ekskul itu. Namun, Zhaza merasa tidak percaya diri. Gadis itu hanya menghembuskan nafas sedih dan kembali berjalan menuju kantin, tujuan awalnya tadi.

“Awas! Minggir, minggir!” teriak seseorang dari belakang, seketika Zhaza menoleh ke belakang. Seorang anak laki-laki sedang berlari kencang melewati kerumunan anak-anak yang sedang mengobrol.

“Apaan sih!” omel anak-anak itu.

“Ini bukan lapangan kali,” umpat seorang anak. Tapi, anak laki-laki itu terlihat masa bodoh dia terus melanjutkan larinya.

“Awas minggir!” teriak anak itu, seketika Zhaza menyingkir.

Dengan cepat anak itu melewatinya. Keadaan kembali tenang, Zhaza kembali berjalan. Namun, ternyata tidak seperti dugaannya. Tidak lama kemudian terdengar teriakan lagi, suaranya lebih nyaring.

“Getuk Trio, sini lo! Awas kalau ketangkep, gue jadiin semur lo!” teriak anak itu, kali ini anak perempuan.

Brukk!

Karena Zhaza terlambat menghindar, jadilah kecelakaan kecil antara dirinya dan anak itu. Mereka berdua terjatuh bersamaan dan alhasil menjadi bahan tertawaan anak-anak yang melihat kejadian itu. Anak laki-laki tadi menghampiri Zhaza dan anak perempuan di sebelahnya dengan menahan tawa.

“Hahaha, punya mata jangan ditaruh di dengkul dong!” ledek anak laki-laki itu.

“Getuk Trio, sialan! Eh, lo nggak apa-apa? Sorry ya, gue nggak sengaja,” ucap anak itu dan membantu Zhaza berdiri.

“Iya, nggak apa- apa,” jawab Zhaza dan membersihkan seragamnya.

“Kenalin gue, Myrna Aurelia Monique. Panggil aja Monik atau Aurel, boleh juga panggil...”

“Amir, panggil aja dia Amir,” celetuk anak  laki-laki itu. Zhaza hanya tersenyum.

“Enak aja lo, Getuk,” ejek Monik.

“Aku Alice Zhafira Ardhani, panggil Alice. Salam kenal.”

“Gue Satrio.”

“Nggak ada yang tanya juga. Panggil Getuk aja,” sahut Monik.

“Rese’ lo, awas aja nanti!” kata Satrio dan pergi dari hadapan mereka.

“Gimana kalau sebagai permintaan maaf, gue traktir lo di kantin?” tawar Monik.

“Alah, kayak lo punya duit aja,” teriak Satrio dari kejauhan.

“Udah, ayo! Jangan dengerin kata-kata si Getuk.” Monik langsung menarik tangan Zhaza tanpa menunggu jawaban dari si empunya tangan.

...🏡🏡🏡...

Saat Zhaza sampai di rumah, terdapat pemandangan yang berbeda. Karena biasanya ketika dia pulang meja makan akan sepi oleh makanan, tapi kali ini penuh dengan berbagai macam makanan. Sedikit heran juga, rumah juga terlihat rapi.

Dia memutuskan menuju ke kamar Shasa untuk memastikan adiknya itu sudah pulang ke rumah. Dan saat membuka pintu kamar adiknya, Shasa sedang tidur siang ditemani Snow. Zhaza memutuskan keluar kamar karena tidak mau mengganggu tidur siang adiknya, saat ia keluar bersamaan pula dengan Akbar yang sudah rapi.

“Udah pulang, Zha?” tanya Akbar.

“Iya, mau kemana Kak?”

“Keluar sebentar.”

“Itu di meja makan kok banyak makanan? Siapa yang masak? Atau Kakak beli?”

“Oh itu, tadi pagi ada orang datang katanya pembantu baru. Papa yang kirim, udah ya? Kakak buru-buru.”

Zhaza hanya mengangguk, ternyata Akbar bilang ke Papanya tentang keadaan Zhaza setiap pagi. Dan Papanya langsung mengambil tindakan dengan mencari pembantu profesional. Memang semua kebutuhan akan selalu dipenuhi oleh sang Papa, tapi sebenarnya yang dibutuhkan mereka adalah kasih sayang orang tua karena Papanya selalu sibuk dengan urusan perusahaan.

Setelah mengganti baju Zhaza menuju meja makan untuk makan siang, ia sudah terbiasa makan sendiri. Memang sedikit aneh bagi Zhaza pada awalnya, karena dulu ia selalu makan bersama dengan keluarganya. Namun, sekarang Zhaza sudah terbiasa.

“Ini Mbak Shasa ya?” tanya seseorang yang muncul dari arah dapur.

“Eh, bukan. Saya Zhaza, Kakaknya Shasa,” jawab Zhaza, menghentikan makannya.

“Saya Sum, bagaimana masakannya? Enak atau ada yang kurang?”

“Enak kok. Oh iya, Mbak rumahnya di mana?”

“Rumah saya di kampung sebelah perumahan ini, tapi saya disuruh menginap di sini. Jadi mungkin saya akan jarang pulang ke rumah.”

“Oh, begitu. Bagaimana kalau Mbak pulang ke rumah seminggu sekali, pas hari Minggu Mbak boleh pulang. Jenguk anak-anaknya,” usul Zhaza.

“Sebenarnya saya belum menikah, saya baru lulus SMA kemarin. Tapi apa boleh sama Tuan?” tanya Sum ragu.

“Eh? Maaf, Zhaza nggak tau. Nanti Zhaza yang bilang ke Papa, pasti boleh.”

“Terima kasih, Mbak,” kata Sum senang.

“Zha, buatin jus jeruk! Cepet, gue tunggu di depan!” perintah Sakti yang tiba-tiba masuk ke dalam tanpa melihat kearah Zhaza dan kemudian keluar lagi setelah mengambil kunci mobilnya. Mendengar permintaan Kakaknya, Zhaza langsung bergegas menuju dapur untuk membuat jus jeruk.

“Eh, nggak usah. Biar Mbak aja yang bikin, Mbak Zhaza lanjut makan saja,” ucap Sum dan bergegas ke dapur.

Zhaza pun kembali melanjutkan makannya. Setelah membuat jus jeruk permintaan Sakti tadi, Sum segera mengantarkan keluar. Ternyata Sakti sedang mencuci mobilnya, badannya basah kuyup terkena air yang keluar dari selang. Dia hanya memakai kaos tipis, sehingga perutnya yang sixpack tampak jelas terlihat. Sakti tidak menyadari kedatangan Sum.

“Astagfirullah,” gumam Sum melihat penampilan Sakti.

“Saya taruh di meja ya?” tanya Sum.

“Taruh aja di sana! Zha, bantuin gue cuci mobil!” jawab Sakti tanpa mengalihkan pandangannya.

“Eh, iya. Tapi saya nggak terlalu bisa mencuci mobil,” kata Sum. Karena merasa ada yang aneh Sakti menoleh ke belakang dan terkejut.

“Lo siapa?” tanya Sakti mengernyit.

“Saya Sum, pembantu baru di rumah ini,” jawab Sum takut-takut.

“Oh, Zhaza mana?”

“Mbak Zhaza sedang makan, baru pulang sekolah.”

“Panggilin dia!”

“I... iya,” jawab Sum dan segera masuk ke dalam.

Sum menghampiri Zhaza yang ternyata sudah selesai makan dan sekarang berada di dapur untuk mencuci piring. Melihat hal itu, Sum sedikit heran karena ternyata anak majikannya ini sangat rajin. Dia segera menghampiri Zhaza.

“Mbak, biar saya yang mencuci.”

“Udah nggak apa-apa.”

“Mbak, tadi yang minta minum siapa ya? Galak banget, Mbak jadi takut.”

“Oh, dia Kakak Zhaza. Namanya Kak Sakti, kembarannya Kak Akbar. Dia memang begitu, Mbak Sum harap maklum ya?” jelas Zhaza. Sum hanya mengangguk-angguk.

“Eh iya, Mas Sakti tadi manggil Mbak Zhaza.”

“Ya udah, Zhaza keluar dulu ya.”

Sum hanya mengangguk dan kembali ke pekerjaannya. Namun dia kembali terbayang bentuk tubuh Sakti, lalu menggeleng-gelengkan kepala untuk mengusir pikiran ngawur itu. Zhaza langsung menemui kakaknya diluar.

...🏡🏡🏡...

Terpopuler

Comments

Om Rudi

Om Rudi

Om lupa mempir, Carita hana menarik


Yuk dukung karya Om:

Sanggana1: Perampok Raja Gagah

Pendekar Sanggana (up)

2020-11-21

1

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

Hadirrr terus

2020-10-18

1

Yuzee Nadnad

Yuzee Nadnad

aku benci cerita pembulian... 😭😭😭

2020-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!