Setelah dipersilahkan masuk Yura segera memasuki ruangan direktur, Ruangan yang elegan bernuansa gold.
"Ternyata kamu Yura, Ayo silahkan duduk."
Yura melihat sekilas ke arah Doni yang tengah sibuk dengan beberapa berkas di tangannya. Mata mereka sempat bertemu, tetapi Doni buru-buru memalingkan wajahnya.
"Apa ada yang ingin kamu sampaikan Yura?" Pak Satria melihat kegelisahan di wajah Yura, Ekspresi ini sama persis seperti saat Yura pertama kali menjadi sekretarisnya.
"Saya tidak tau harus menyampaikan apa sama Bapak, Tapi rasanya saya tidak rela kalau Bapak pensiun."
"Wah-wah ternyata ada yang tidak senang kalau saya tidak menjadi direktur utama lagi di perusahaan ini toh? Bukankah lebih menyenangkan bekerja dengan bos yang lebih muda dan tampan?" Pak Satria sengaja menggoda Yura untuk mencairkan suasana.
"Iya sih Pak saya bukan tipe orang yang munafik, jujur saja saya salah satu orang pecinta pria tampan. Tapi bukan berarti Bapak tidak tampan! Bapak juga tampan kok dengan versi orang tua hehe."
"Baiklah bagaimana kalau besok malam kamu datang ke rumah kami, Saya sudah menyiapkan pesta kecil-kecilan untuk menyambut Gheo menjadi CEO di perusahaan ini." Pak Satria melihat Yura dengan tatapan penuh harap.
"Apa semua karyawan diundang pak?" Yura ingin tau siapa saja yang diundang ke pesta itu.
"Tidak, Hanya keluarga saya yang hadir."
"Boleh saya mengajak teman saya pak?" Yura ingin mengajak Elsa sekalian, karena Ia tidak mau menjadi orang asing sendirian disana. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tetap saja Ia selalu merasa canggung di tengah-tengah keluarga Cristiano.
"Temanmu yang bekerja di bagian keuangan itu? Tentu saja boleh." Pak Satria tau Yura selalu bersikap sungkan berada di tengah-tengah keluarganya. Dan dia juga tau hanya Elsa temannya satu-satunya di perusahaannya.
"Saya senang sekali pak, terimakasih. Dan saya cuma mau bilang Bapak harus tetap sehat dan Bahagia." Yura berbicara dengan penuh semangat, seakan-akan Ia sedang berbicara dengan Ayahnya.
Memang selama ini Yura sudah menganggap Pak Satria seperti Ayahnya sendiri.
"Haha Kamu tenang saja Yura, Saya akan pasti menjaga kesehatan dengan baik. Saya akan lebih bahagia jika kamu berhasil membuat anak saya Menikah."
"Saya juga akan berusaha pak, Tapi saya ada permintaan buat bapak?"
Pak Satria mengernyitkan keningnya, Tak biasanya sekretarisnya ini ada permintaan.
"Apa yang kamu inginkan Yura? Sebisa mungkin saya akan mengabulkannya."
Tiba-tiba Yura berdiri dari duduknya, "Boleh saya memeluk Bapak? Tapi Bapak jangan salah paham. Saya hanya sedang merindukan Ayah saya." Yura berkata dengan nada ragu-ragu.
Pak Satria tidak menjawab, melainkan Dia langsung menghampiri Yura. Dan langsung meraih tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.
Yura langsung membalas pelukan itu, Sudah sangat lama dia merindukan sosok seorang Ayah.
Pak Satria mengusap pelan punggung gadis itu dengan penuh kelembutan bak seorang Ayah.
"Terimakasih Pak." Yura mengusap sudut matanya.
"Yura berjanjilah satu hal untuk saya!" Pak Satria kembali duduk di kursi kebesarannya.
"Ada apa pak?" Yura melihat ada raut kesedihan di wajah Pak Satria.
"Jika suatu hari Saya ataupun keluarga saya menyakiti hati mu, Tolong maafkan kami."
"Maksud Bapak apa? Saya tidak pernah merasa disakiti oleh bapak." Yura bingung pasalnya dirinya sangatlah jarang bertemu dengan keluarga Pak Satria.
"Ah, sudahlah Yura tidak usah dipikirkan. Dan tetaplah menjadi gadis yang ceria seperti yang saya kenal selama ini!"
Pembicaraan Yura dan Pak Satria pun berakhir dengan menyisakan segudang tanda tanya di benak Yura.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Pukul 16.30 waktu pulang telah tiba Yura segera membereskan mejanya. Karena sebelum pulang dia ingin mampir dulu di toko kue ibunya.
Karena kemacetan yang luar biasa membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di toko kue.
Setelah sampai Yura langsung memarkirkan mobilnya di parkiran toko. Dari kejauhan Yura dapat melihat pengunjung yang ramai di toko ibunya untuk membeli kue. Ibunya tak sendirian melayani di sana melainkan dengan 5 pelayan wanita. Dan khusus 5 pegawai toko di bagian membuat kue.
Saking sibuknya Ibu Ira tak menyadari kedatangan putrinya yang menuju ke arahnya.
"Bu, Rame banget ya!" Yura meraih tangan yang mulai keriput itu dan menciumnya.
"Eh, Yura tumben mampir! Gak lembur toh?" Ibu Ira ingat terakhir kali Yura mampir sekitar 3 Minggu yang lalu, Ibu Ira tidak heran karena Ia tahu bagaimana sibuknya pekerjaan putrinya di kantor.
"Nggak buk, Soalnya hari ini pekerjaan Yura agak longgar."
Setelah 2 jam disana Yura memutuskan untuk pulang ke rumah bersama dengan ibunya. walaupun sebenarnya toko tutup jam 9 malam, Akan ada pegawai toko yang menjaga sekaligus menutup toko itu.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Pagi ini adalah hari yang tidak membuat Yura semangat untuk pergi ke perusahaan, Karena bukan Pak Satria lagi yang akan menjadi atasannya.
"Tuh muka jelek amat? Lagi mikirin apa lo?" Elsa menyenggol lengan Yura yang terlihat ogah-ogahan melakukan apapun.
"Gue lagi gak mood nih!" Yura kembali mengaduk-aduk Kopi yang dipesannya beberapa menit lalu.
Saat ini kedua sejoli itu sedang berada di kantin perusahaan, karena mereka masih memiliki waktu 20 menit lagi untuk bersantai.
"Kenapa sih? Masih dilema antara nonton calon suami Lo konser atau nggak?" Elsa mencoba menebak apa yang dipikirkan Yura saat ini.
"Bukan, Kalo itu mah gue udah ada rencana yang lain. Masalahnya gue gak ada semangat buat kerja dengan bos baru nanti."
"Emangnya kenapa? Bukankah Pak Gheo itu tampan ya?."
"Pokoknya gue gak mood sama sekali. titik!" Yura segera berdiri dari kursinya, Kemudian menuju kasir untuk membayar kopi yang tidak jadi dia minum. Dan pergi meninggalkan kantin begitu saja.
"Tuh anak kenapa sih? Kayak lagi Pms aja." Elsa masih terbengong-bengong melihat sahabatnya yang sudah hilang dari kawasan kantin.
Karena tidak fokus Yura tidak memperhatikan jika pintu ruangannya sudah terbuka, Ia masuk begitu saja tanpa memperhatikan jika ada seorang pria tampan dan gagah melihat dirinya dari atas sampai bawah. Sambil menyilang kaki pria itu masih saja melihat gadis berambut panjang itu yang langsung duduk di kursinya sambil menelungkup kan wajahnya diatas meja.
"Ehm!". Pria itu sengaja berdehem cukup keras supaya gadis itu tau ada manusia lain di ruangan itu.
Karena merasa terusik Yura mengangkat kepalanya, pandangannya langsung bertemu dengan mata tajam seorang pria bak ujung pisau yang sedang duduk di sofa di dalam ruangannya.
Tentu saja sekali berkedip dia bisa mengenali pria berwajah datar itu siapa lagi kalau bukan Gheo Cristiano.
Yura segera buru-buru berdiri dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Selamat pagi Pak Gheo, Maaf saya tidak melihat bapak tadi."
"Kamu Yura yang selama ini menjadi sekretaris Papa saya kan?"
"Iya betul pak."
"Apa kamu sudah tau kalau kamu juga akan menjadi sekretaris saya?" Gheo melihat tidak ada semangat yang terpancar dari mata Yura ketika mendengar akan menjadi sekretarisnya.
"Sudah pak!" Memang Yura akui Gheo sangatlah tampan, Tapi tetap saja ia sudah terlanjur nyaman menjadi sekretaris Pak Satria selama ini.
"Hmm Sekarang hubungi bagian informasi, Katakan padanya untuk mengumumkan seluruh karyawan berkumpul di aula 10 menit lagi." Gheo memberikan instruksi tersebut sambil melangkah ke arah pintu ruangan tersebut.
"Baik pak!" Yura segera meraih gagang telepon untuk menghubungi bagian informasi. Tiba-tiba saja Ia melihat Gheo berhenti dan berbalik menatapnya.
"Dan jangan panggil saya bapak! Saya tidak setua itu." Tanpa menunggu jawaban Yura dia sudah menghilang di balik pintu.
Bersambung 💞 💞💞💞💞💞
Hai.. hai Jangan lupa like and coment ya gesss..
see you.... ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Princess 👠👠💍💖
cerita yang lumayan bagus, tapi sayang belum banyak yang liat.
2023-06-19
1