Oktavia memasuki kamar mandi dan membersihkan dirinya, dia menyalakan keran shower. Air pun menetes membasahi seluruh tubuhnya. Dia kembali teringat akan kejadian tadi, entah mengapa dia tidak menyukai itu.
Dia merasa aneh dengan apa yang dirasakannya itu padahal dia sama sekali tidak memiliki rasa pada Reno namun, saat melihat pria itu dekat dengan wanita lain dia merasa tidak suka.
Dia pun selesai melakukan rutinitas membersihkan diri, Oktavia ke luar dari kamar mandi. Oktavia terkejut saat melihat Reno yang sudah berada di dalam kamar.
"Kau ... apakah kau sudah selesai diobati?" tanya Oktavia pada Reno.
Oktavia berjalan mendekat ke arah Reno, dia tidak menyadari jika dirinya saat ini hanya menggunakan sehelai handuk yang melingkar di tubuhnya. Sehingga membuat Reno merasa terganggu.
"Apa kau tidak apa-apa?" Oktavia melihat punggung Reno yang sudah terbalut perban.
Dada Oktavia tepat di depan wajah Oktavia sehingga itu membuat pria itu merasa panas. Hasratnya kembali dengan cepat dan ingin rasanya melahap semua yang terlihat nyata.
"Cepat kenakan pakaianmu!" perintah Reno pada Oktavia.
Oktavia tidak menyadari semuanya, dia pun merasa aneh mengapa pria yang ada di hadapan itu mengatakan semuanya. Dia melihat ke arah tubuhnya dan kedua matanya membola saat melihat tubuhnya hanya berbalut handuk.
Dia pun langsung mundur beberapa langkah lalu berjalan menuju almari dan mengambil pakaiannya. Oktavia pun berjalan memasuki kamar mandi untuk mengenakan pakaiannya.
Tidak berapa lama dia pun keluar setelah memakan pakaiannya. Oktavia kembali melihat Reno yang saat ini sudah terbaring di atas tempat tidur.
Oktavia berjalan mendekat, dia ingin melihat apakah pria yang ada di atas tempat tidur sudah terlelap atau masih terjaga. Dia membungkukkan tubuhnya untuk melihat luka Reno.
Terdengar suara ketukan pintu, Oktavia pun berjalan menuju pintu untuk membukanya. Saat membuka pintu kamar dia merasa heran mengapa wanita tadi masih ada di sini.
"Kau ingin bertemu dengan, Reno?" tanya Oktavia pada wanita yang sudah berdiri di depannya.
"Tidak. Aku hanya ingin memberitahukan padamu apa yang harus dilakukan," jawab wanita itu dengan santainya.
Wanita itu pun berjalan memasuki kamar tanpa meminta izin terlihat dahulu pada Oktavia. Melihat tingkah wanita itu terlihat jelas Oktavia merasa kesal dan merasa jika wanita itu tidak memiliki sopan santun sama sekali.
Oktavia hanya melihat apa yang dilakukan oleh wanita itu, dia tidak banyak bicara. Namun, hatinya kembali kesal dan ingin rasanya mengusir wanita itu dari dalam kamarnya.
Wanita itu menyentuh kening Reno, dia merasakan aura yang tidak enak dari arah Oktavia. Dia tersenyum karena sudah berhasil membuat Oktavia sepeti itu.
Dia pun terus melakukan hal-hal yang membuat Oktavia merasa kesal. Semua ini harus dilakukan olehnya karena dia menginginkan mereka berdua terpisah.
Wanita itu merasa jika Oktavia adalah orang yang mengganggu dirinya untuk dekat dengan Reno. Dia sudah bertahun-tahun lamanya berusaha untuk sedekat mungkin dengan Reno.
Namun, semuanya hancur karena Reno menikah dengan wanita yang tidak dikenalnya. Andai saja dia lebih tahu di awal mungkin saat ini Reno belum menikah.
Sebab selama ini dirinya selalu melakukan hal-hal yang buruk agar para wanita yang mendekatinya pergi. Dia tidak ingin adalah seorang wanita pun yang berdekatan dengan Reno.
Wanita itu sudah berusaha untuk menarik perhatian Reno. Namun, dia tidak berhasil dan itu membuatnya semakin kesal tetapi dia tidak akan menyerah dengan apa yang sudah terjadi.
"Siapa namamu?" tanya Oktavia pada wanita yang masih duduk di dekat Reno.
"Aku ... Erina!" jawabnya dengan penuh percaya diri.
Oktavia terdiam sejenak, dia kembali melihat wanita itu yang mengatakan jika namanya Erina. Dia merasa ada yang aneh dengan wanita itu.
Dia merasa jika Erina berusaha untuk dekat dengan Reno tetapi dirinya tidak akan bertindak gegabah untuk saat ini. Karena dirinya merasa belum pantas untuk melarang wanita lain untuk dekat dengannya.
"Sebaiknya kau pergi saja. Biar aku yang melayani suamiku!" ujar Oktavia untuk mengusir wanita itu.
"Yang pantas ada di sisinya adalah aku!" timpal Erina.
"Serius? Siapa kau? Apakah kau istrinya?" Oktavia balik bertanya dengan nada menghina.
Erina merasa tidak senang dengan apa yang dikatakan oleh Oktavia. Belum ada wanita lain yang menghinanya seperti itu, biasanya dia yang suka menghina para wanita yang tidak disukainya.
"Kau memang istrinya. Namun, kau belum menjadi istri Reno seutuhnya!" Erina kembali berkata dengan nada menghina.
Terjadilah perdebatan antara mereka berdua, tidak ada salah satu di antara mereka mengalah. Dan itu membuat Reno terbangun tetapi dia tetap diam dan berpura-pura tertidur.
Reno ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Oktavia. Setiap mendengar apa yang dikatakan oleh wanita yang menjadi istrinya itu, dia merasa senang dan tersenyum.
Dia tidak bisa menahan rasa senang di dalam hatinya, ternyata Oktavia merasakan cemburu pada wanita yang ingin dekat dengannya. Reno terus saja mendengar apa yang diperdebatkan oleh mereka berdua.
"Aku adalah istrinya yang sah. Jadi kau bisa tidur di sofa ruang tamu!" tukas Oktavia dengan nada menekan.
Erina kesal dengan semua perkataan Oktavia, sehingga dia berjalan keluar dengan kekesalan yang begitu besar. Dia berniat tidak akan menyerah untuk mendapatkan pria yang diinginkannya.
"Kau bisa bangun! Aku tahu kau tidak tertidur! Sebenarnya kau senang bukan ada yang menginginkanmu!?" ujar Oktavia yang sudah menyadari jika Reno sudah terbangun.
"Apakah kau cemburu?" tanya Reno sembari membuka kedua matanya.
"Untuk apa aku cemburu pada dia?" ujar Oktavia pada Reno yang masih merebahkan tubuhnya dia atas tempat tidur.
Reno mengubah posisi tidurnya menjadi duduk lalu hendak beranjak. Namun, Oktavia tidak mengizinkannya dan menyuruhnya untuk tetap tidur di atas tempat tidur.
"Istirahatlah. Tidak perlu bangun dari sana!" Oktavia berkata dengan sedikit nada memerintah.
Akan tetapi Reno tidak mau karena dia sudah terbiasa tidur di atas sofa. Dia merasa jika Oktavia belum menerima seutuhnya pernikahan mereka, maka dirinya tidak akan tidur berada dengannya.
Melihat Reno tidak mau menuruti dirinya, Oktavia pun berjalan mendekat padanya. Lalu membantu kembali merebahkan tubuh Reno di atas tempat tidur.
Senyum Reno muncul di kedua ujung bibirnya, dia merasa senang dengan apa yang dilakukan oleh Oktavia pada dirinya. Namun, dia langsung menghilangkan senyumnya biru setelah melihat Oktavia sedang menatapnya.
Oktavia berjalan ke luar menuju balkon setelah membantu Reno merebahkan tubuhnya. Dia menatap langit yang gelap sembari memikirkan apa yang terjadi pada dirinya.
Mengapa dia merasa ada yang tidak benar dengan perasaannya apabila melihat wanita lain dekat dengan Reno. Padahal hatinya masih saja memikirkan Randy.
Dia masih berharap bisa bertemu dengan Randy dan bisa memeluknya dengan erat. Bahkan jika pria itu memintanya untuk pergi bersamanya, mungkin dia akan mengikutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments