"Aku menginginkan wanita itu!" ucap seorang pria dengan pakaian berwarna kuning.
Pria itu terlihat sangat mesum, sehingga membuat Oktavia merasa muak. Tatapannya itu membuat semua wanita yang melihatnya akan merasa jijik dan ingin menghajarnya.
"Kau menginginkan aku? Jangan harap kau bisa menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" tukas Oktavia dengan nada dingin.
Oktavia tidak akan membiarkan tangan pria yang sangat menjijikkan itu menyentuhnya. Karena dia hanya akan memperbolehkan tubuhnya disentuh oleh pria yang sangat dicintainya.
Seorang pria langsung mendekat pada Oktavia dan melayangkan pukulannya. Secara refleks Oktavia berhasil menghindar dari serangan pria itu.
Pukulan demi pukulan dilayangkan oleh pria itu, dia tidak mengira jika wanita secantik itu bisa menghindar dari serangannya. Oktavia menyeringai dan itu membuat pria itu semakin kesal.
Serangannya tidak berhasil mengenai tubuh Oktavia, meski dia terus berusaha keras menyerang. Kecepatan Oktavia membuat beberapa orang di antara mereka tercengang.
"Wanita sialan!" pekik pria itu sembari terus menyerang Oktavia.
Pria itu terhuyung ke belakang dan akhirnya terjatuh karena mendapatkan serangan balik dari Oktavia. Hanya sebuah pukulan saja sudah membuat pria itu terjatuh.
"Kalian terlihat sombong. Namun, tidak memiliki kemampuan sama sekali!" ujar Oktavia dengan nada menyindir.
"Aku akan menghajarmu!" tukas seorang pria dengan belahan rambut tengah.
Oktavia tersenyum lalu memberikan tanda seraya menantangnya. Dia semakin bersemangat untuk mengajar mereka satu per satu. Semua kekesalannya perlahan memudar.
Pria itu menyerang Oktavia dengan semua kekuatannya, dia tidak memikirkan apakah kemampuannya bisa mengalahkan Oktavia. Tingkat kepercayaan dirinya itu sangat besar, dia merasa bisa mengalahkan wanita yang ada di hadapannya itu.
Di saat Oktavia sedang bertarung, Reno sedang kesal karena teleponnya tidak pernah diangkat. Dia menyuruh Arga untuk mencari keberadaan Oktavia.
Arga langsung menghubungi seseorang untuk melacak keberadaan sang nona. Karena dia secara diam-diam memasang sebuah alat pelacak yang di tempelkan di ponsel yang nona.
"Tuan, saya sudah menemukan di mana keberadaan, Nona Oktavia." Arga berkata sembari menyerahkan sebuah tab pada Reno.
Reno mengambil tab yang diserahkan oleh Arga lalu melihatnya dengan saksama. Dia memberikan kembali tab itu pada Arga.
"Kita ke Harajuku sekarang!" ujar Reno seraya memerintahkan dengan nada tegas.
Dia sangat kesal dengan apa yang dilakukan oleh Oktavia, dia merasa kalau saat ini harus menghukum Oktavia. Karena selama ini wanita yang sudah menjadi istrinya itu sudah bertindak seenaknya.
Arga menuju sopir untuk segera menuju lokasi yang sudah di ada di dalam tab. Sopir itu mengangguk lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju Harajuku.
Selama dalam perjalanan Reno sudah memikirkan hukuman apa yang harus diberikan oleh dirinya para Oktavia. Dia merasa jika hukuman yang harus diterima oleh wanita yang sudah menjadi istrinya itu sedikit lebih berat dari yang sebelumnya.
Ponsel Reno berdering, dia melihat nomor yang tertera di layar ponsel. Dia melihat nama seseorang yang diperintahkan olehnya untuk mencari keberadaan Randy.
Dia mengangkat teleponnya lalu mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh orang itu. Setelah menerima semua informasi yang dikatakan oleh orang itu. Reno menutup sambungan teleponnya.
Tidak berapa lama mobil terhenti, Reno melihat keluar. Dia lihat sekeliling, begitu banyak orang yang sedang berlalu lalang.
"Tuan, kita tidak bisa menggunakan mobil," ucap Arga pada Reno.
Reno membuka pintu mobil lalu keluar dan berdiri sembari melihat sekeliling. Berharap bisa melihat wanita yang lari darinya, dia tidak menyadari jika saat ini Oktavia sedang bertarung dengan preman.
Arga melihat tabnya kembali lalu dia menunjukkan jalan pada sang tuan di mana keberadaan sang nona. Mereka pun berjalan menuju tempat Oktavia berada.
Reno berjalan mengikuti Arga, dia merasa aneh dengan jalan yang dilewatinya. Dia mulai tidak tenang dan hatinya merasa khawatir pada Oktavia.
Jalanan yang dilewati mulai terlihat sepi, tidak banyak orang yang lewat. Tidak begitu lama terdengar suara yang sedang berkelahi.
Entah mengapa dia merasa jika di sana ada Oktavia, dia pun mempercepat langkah kakinya menuju suara yang terdengar olehnya. Arga mengikuti Reno sembari melihat tabnya, dia merasa aneh karena lokasi sang nona sama persis dengan langkah sang tuan.
Reno menghentikan langkahnya saat melihat Oktavia yang sedang berkelahi dengan beberapa orang pria. Dia tidak bertindak langsung membantu wanita yang sudah membuatnya geram. Dia ingin melihat sejauh mana wanita yang ada di hadapannya itu menghadapi para musuhnya.
Arga yang melihat sang nona berkelahi merasa terkejut karena dia tidak mengetahui jika sang nona bisa ilmu bela diri. Dia hanya memperhatikan setiap serangan sang nona pada para musuh yang sedang mengepungnya.
"Tuan, apakah kita tidak akan menolong, Nona?" tanya Arga pada Reno.
"Kita tunggu saja! Aku ingin tahu sampai di mana para preman itu bisa mengalahkannya," jawab Reno dengan santai.
Oktavia tidak menyadari jika Reno dan Arga sedang melihatnya. Dia hanya mengeluarkan semua emosinya untuk menghadapi para preman itu.
Semua kekesalannya sudah hilang yang ada aja ya rasa senang karena sudah menghajar para pria hidung belang yang sangat menjijikkan. Satu orang berhasil di tumbangkan dan orang itu tidak bisa kembali bangkit.
"Kalian hanya pria besar mulut saja!" tukas Oktavia yang ingin membuat mereka semua terprovokasi.
Oktavia terus saja mengeluarkan kata-kata yang membuat para preman itu menjadi semakin geram. Mereka pun tidak bisa menahan lagi emosinya dan ingin segera menghajar wanita yang sudah menghina harga dirinya.
Melihat para preman itu sudah geram, Oktavia tersenyum lalu mulai bersiap untuk menerima semua serangan dari mereka. Setelah mendapatkan titik yang pas maka gilirannya untuk melumpuhkan mereka satu per satu.
"Maju kalian semuanya!" ujar Oktavia dengan nada menantang.
Semua preman mulai menyerang Oktavia, mereka sudah tidak bisa lagi menerima apa yang dikatakan oleh wanita sombong yang ada di hadapan mereka. Namun, bagi Oktavia semakin mereka kesal maka mereka akan membuat kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan oleh mereka akan menguntungkan bagi dirinya. Oktavia sangat menunggu kesalahan yang dilakukan oleh mereka sehingga dia bisa melumpuhkan mereka semua.
"Apa kau ingin bertaruh siapa yang menang?" tanya Reno pada Arga.
"Tuan, apa saya tidak salah dengar? Mengapa Anda ingin bertaruh di saat Nona sedang dalam bahaya?" timpal Arga yang tidak mengerti dengan sikap sang tuan.
Reno tersebut dan itu kembali membuat Arga terkejut karena sudah sangat lama sekali dia tidak pernah melihat sang tuan tersenyum seperti ini. Dia benar-benar mengira jika sang nona akan membuat sang tuan menjadi bahagia.
Arga sangat berharap jika sang nona bisa mengingat semuanya dan kembali pada sang tuan. Sehingga tuannya tidak akan memutuskan untuk membawa sang nona ke pria yang tidak bisa membahagiakan sang nona.
Perkelahian mereka semakin memanas, Oktavia terus menerima serangan dari tiga orang pria sekaligus. Dia tersenyum meski dirinya sudah terpojok.
"Kau wanita sombong! Sekarang apa yang akan kamu lakukan?!" ujar seorang pria dengan nada menghina dengan napas yang terengah-engah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments