"Kau pikir aku sudah kalah?" timpal Oktavia sembari tersenyum.
Mereka bertiga benar-benar dibuat kesal oleh Oktavia, mereka saling melirik. Seragam berkata untuk langsung menghabisi wanita itu.
Mereka semua mengangguk dengan maksud setuju untuk membuat Oktavia tidak berdayanya sehingga mereka bisa menikmati tubuh wanita yang sangat cantik itu.
Seorang pria mengeluarkan sebuah pisau lipat, dia memainkannya dengan begitu cepatnya. Dia mulai mengarahkan pisaunya ke tahap Oktavia.
Dua orang preman menyerang Oktavia dengan pukulan yang bertubi-tubi. Tugas mereka berusaha adalah untuk mengalihkan perhatian Oktavia sehingga temannya yang memegang pisau bisa menyerang Oktavia.
Reno melihat apa yang hendak mereka lakukan, dia pun berjalan mendekat. Dia merasa sudah waktunya bagi dia untuk menghabisi para preman itu.
Oktavia terkecoh, dia tidak menyadari jika dirinya akan diserang oleh pisau lipat. Sehingga dirinya masih fokus oleh kedua pria yang sedang menyerangnya dengan sangat cepat.
"Kau pikir bisa melukai wanitaku?" ujar Reno sembari mencengkeram tangan pria yang sedang memegang pisau lipat itu.
Cengkeraman Reno sangat keras sehingga pisau lipat yang ada di tangan preman itu terlepas ke bawah. Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung melayangkan pukulannya bertubi-tubi dan diakhiri dengan tendangan yang mematikan.
Oktavia melihat Reno yang sedang menyerang satu preman dan terlihat preman itu terjatuh. Preman itu pun tidak bisa bangkit lagi setelah mendapatkan serangan dari Reno.
Arga pun tidak tinggal diam, dia menyerang dua preman yang sedang menghadapi Oktavia. Para preman itu pun akhirnya berhasil dilumpuhkan oleh Oktavia, Reno dan Arga.
"Apa kau sudah puas?" tanya Arga dengan nada dingin pada Oktavia.
"Bisakah kau tidak sedingin ini?" Oktavia balik bertanya pada Reno.
Oktavia menatap Reno dengan lekat, dia ingin melihat apakah pria itu akan terlihat begitu dingin lagi setelah dia mengatakan hal itu. Dia masih menunggu tetapi tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Sepertinya tidak ada gunanya aku bertanya seperti itu," ujar Oktavia sembari berjalan melewati Reno.
Reno menahan tangan Oktavia sehingga wanita itu menghentikan langkahnya. Oktavia terdiam karena Reno memegang tangannya.
"Apa lagi yang ingin kau katakan?" tanya Oktavia sembari menepis tangan Reno.
Reno kembali memegang tangan Oktavia dan menarik tangannya sehingga tubuh wanita yang menjadi istrinya itu masuk ke dalam dadanya. Dia memeluk Oktavia dengan erat lalu melepaskannya.
Dia menatap wajah Oktavia dengan lembut tanpa berkata atau meminta izin. Reno langsung mencium bibir Oktavia dengan lembut, dia sudah tidak bisa menahan lagi hasratnya untuk menciumnya.
Oktavia mendorong tubuh Reno karena dia tidak ingin pria itu mencium bibirnya. Reno pun terdorong ke belakang tetapi dia kembali menarik tangan Oktavia dan kembali menciumnya.
Mereka tidak menyadari jika salah satu preman kembali berdiri dan mengambil pisau lipat yang ada di atas tanah. Dia tidak berpikir panjang lalu berlari ke arah Oktavia.
Terdengar erangan kesakitan dari bibir Reno karena preman itu menusukkan pisau lipatnya. Seharunya yang terkena oleh pisau itu adalah Oktavia. Namun, Reno melihat preman itu lalu menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk wanita yang sedang ada di dalam pelukannya itu.
"Reno ...," ucap Oktavia dengan nada lirih.
Arga yang melihat semua itu langsung berlari dan menghajar preman itu tanpa ampun. Hingga preman itu jatuh ke atas tanah dengan tidak sadarkan diri.
"Tuan, sebaiknya kita ke rumah sakit," ucap Arga yang merasa khawatir dengan keadaan sang tuan.
"Tidak perlu. Bawa saja aku kembali ke apartemen," jawab Reno yang tidak ingin ke rumah sakit.
"Kita bawa dia ke rumah sakit," Oktavia berkata dan memapah Reno untuk kembali ke mobil.
Reno berusaha menahan rasa sakit, meski darah segar masih mengalir. Dia melihat wajah Oktavia yang terlihat khawatir, Reno tersenyum karena melihat ekspresi wajah wanita yang ada di sampingnya.
Arga menghubungi sopir untuk segera bersiap untuk ke rumah sakit. Tidak berapa lama dia melihat mobil yang sudah siap untuk pergi.
Dia membukakan pintu mobil lalu membantu sang tuan untuk masuk ke dalam mobil. Setelah Reno masuk kedalam mobil, Oktavia pun memasuki mobil dengan perasaan khawatir.
"Kita ke apartemen saja, aku tidak ingin ke rumah sakit!" ujar Reno yang bersikeras tidak ingin ke rumah sakitnya
Entah mengapa Reno tidak mau ke rumah sakit, Oktavia semakin penasaran apa yang menyebabkan pria yang ada di sampingnya itu tidak mau ke rumah sakit. Apakah ada sesuatu yang membuat Reno seperti itu.
Arga pun tidak bisa berbuat apa-apa, dia langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang dan menyuruhnya untuk ke apartemen. Setelah mengatakan semua itu dia pun memutuskan sambungan teleponnya.
"Mengapa kau tidak ingin ke rumah sakit? Di sana kau bisa ditangani oleh dokter," tanya Oktavia pada Reno.
Reno diam, dia benar-benar tidak ingin ke rumah sakit. Karena ada sesuatu yang membuatnya tidak ingin ke sana, masih ada rasa yang melarangnya untuk pergi ke rumah sakit.
Sang sopir pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia ingin segera tiba di apartemen karena melihat darah sang tuan di pakaian yang menempel di tubuh sang tuan.
Beberapa saat kemudian sang sopir pun menghentikan mobilnya. Arga langsung membuka pintu mobil dan keluar, dia membuka pintu mobil untuk membantu sang tuan.
Reno ke luar dari mobil, dia terlihat menahan rasa sakit. Arga membantunya berjalan hingga menuju lift, dia tidak memedulikan Oktavia yang ingin membantunya berjalan.
Oktavia berjalan di belakang Reno yang sedang dipapah oleh Arga. Dia kembali mengingat apa yang terjadi, dia pun merasa jika Reno sengaja memutarkan tubuhnya sehingga yang terluka adalah Reno bukan dirinya.
Dia pun kembali terpikirkan mengapa Reno tidak ingin ke rumah sakit. Oktavia melihat di depan pintu apartemennya sudah berdiri seorang wanita.
Reno masuk ke dalam apartemen dan dibantu oleh wanita itu. Oktavia tidak mengenal wanita itu, sehingga dia merasa penasaran akan wanita itu.
Arga melihat sang nona yang terdiam saat melihat wanita yang baru saja membawa masuk sang tuan. Dia pun hendak mengatakan siapa wanita itu. Namun, diurungkannya karena dia melihat ini adalah salah satu kesempatan bagi dirinya untuk membuat sang nona memahami arti sang tuan di dalam hati.
"Nona ...," Arga memberikan tanda pada Oktavia untuk segera masuk ke dalam apartemen.
Oktavia pun berjalan perlahan memasuki apartemennya, dia tidak banyak bicara. Dia melihat Reno yang tengah duduk di atas sofa.
Wanita itu membantu membuka pakaian Reno dengan perlahan. Entah mengapa hati Oktavia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilihatnya itu.
Dia sudah tidak tahan lagi melihat apa yang terjadi di depannya. Oktavia pun beranjak lalu berjalan menuju kamarnya dan membuka semua pakaiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments