BAB 5

"Tetapi bagaimana dengan Reno? Jika aku pergi berada dengan Randy dan meninggalkan dirinya. Aku begitu jahat," gunanya sembari menghela napas.

Sudah terlalu lama Oktavia berdiri di balkon, udara pun semakin dingin. Dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.

Oktavia melihat Reno yang sudah terlelap tetapi ada yang aneh dengan pria yang sedang terbaring di atas tempat tidur. Dia pun berjalan mendekat untuk memeriksa keanehan yang dirasakan olehnya.

Suhu tubuh Reno sangat tinggi saat Oktavia menyentuh keningnya. Dia bingung harus bagaimana, akhirnya dia memutuskan untuk memanggil Arga.

Dia membuka pintu kamar dan melihat Arga yang sedang duduk di atas sofa dengan netbook-nya. Rupanya pria itu sedang mengerjakan semua pekerjaan yang seharunya di selesaikan oleh Reno.

"Arga, dia demam. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Oktavia pada Arga.

Arga beranjak, mengambil sebotol obat yang harus diberikan oleh Oktavia pada Reno. Dia berjalan mendekat pada sang nona lalu menyerahkan botol obat itu.

"Nona, harus memberikan obat ini pada, Tuan Reno," ucap Arga.

Oktavia pun mengambil botol obat itu lalu berjalan memasuki kamarnya. Dia melihat Reno yang mengigil, tanpa banyak berpikir dia pun langsung memadamkan AC dan mengambil selimut di dalam almari.

"Apa kau bisa bangun?" tanya Oktavia pada Reno.

Reno tidak menjawab tubuhnya terlihat mengigil, dia bergumam memanggil nama Oktavia. Dan itu membuat Oktavia terkejut dan berpikir mengapa Reno bergumam memanggil namanya.

Dia duduk di samping Reno lalu menyuapinya untuk minum obat. Oktavia memasukkan sedikit demi sedikit obat itu ke dalam mulut Reno.

Oktavia merasa lega karena Reno bisa meminum obatnya dengan lancar. Sehingga dirinya tidak perlu repot-repot untuk memberikan obat padanya.

Setelah itu dia menyelimuti Reno, dilihatnya wajah pria yang selalu bersikap dingin padanya. Pria yang selalu memaksakan keinginannya sendiri. Pria yang tidak menyentuhnya tanpa seizinnya.

"Kau begitu berbeda jika sedang terlelap seperti ini. Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? Mengapa kau melakukan semua ini?" tanya Oktavia lalu menyentuh kening Reno.

Setelah melihat Reno terlelap, Oktavia beranjak lalu berjalan menuju sofa. Dia hendak tidur di sana tetapi melihat Reno yang kembali terlihat gelisah.

Dia pun kembali mendekat ke arah Reno, dia kembali memegang kening Reno. Saat dirinya hendak menarik tangannya, Reno menarik tangan Oktavia.

"Jangan pergi ... jangan tinggalkan aku," ucap Lebanon dengan lirih.

Oktavia tidak tahu harus bagaimana lagi, dia berusaha melepaskan tangannya. Namun, tidak bisa karena genggaman Reno begitu erat.

Dia berpikir jika semua ini adalah karenanya, andaikan dia tidak pergi begitu saja dan berhenti di Harajuku. Maka semua ini tidak akan terjadi.

"Aku akan berada di sampingmu," ucap Oktavia sembari merebahkan tubuhnya di samping Reno.

Dalam benaknya berkata ini dilakukan hanya karena rasa bersalah dan rasa terima kasih pada Reno. Karena sudah menyelamatkannya dari preman yang hendak menusuknya.

Ditatapnya wajah Reno hingga kedua matanya tertutup, Oktavia pun terlelap dan sudah tidak memikirkan apa yang akan terjadi nantinya. Namun, dia berharap jika Reno bisa segera membaik.

Terdengar suara dering ponsel yang membangunkan Reno. Karena Sura ponsel itu sebagai tanda bagi dirinya untuk segera bangun dan melakukan rutinitas di pagi hari.

Dia baru menyadari jika di samping masih ada Oktavia yang terlelap. Reno melihat wajah Oktavia yang sangat tenang jika sedang tertidur. Dia menyukai wajah itu, wajah yang tidak pernah bisa dilupakan olehnya selama beberapa tahun ke belakang.

"Aku sangat merindukanmu. Sampai kapan kau tidak mengingatku? Apakah kau benar-benar sudah melupakan aku dan mencintai pria itu?" tanyanya sembari menyibakkan rambut yang menutupi mata Oktavia.

Reno kembali menatap Oktavia dengan lekat, ingin rasanya memeluknya dan memberikan kecupan pengantar di pagi hari. Dia pun kembali berpikir apakah dirinya akan seperti ini selamanya dengan wanita yang sedang terlelap di sampingnya.

Dia kembali menutup kedua matanya setelah melihat tanda-tanda Oktavia bangun. Apa yang dikiranya benar Oktavia pun terbangun dan melihat Reno yang masih tertidur.

Oktavia menatap sejenak wajah Reno dan sudah tidak terlihat memerah seperti semalam. Dia mengulurkan tangannya lalu menyentuh kening Reno untuk memeriksa suhu tubuh.

"Kau sudah tidak demam," ujar Oktavia lalu bangun dan berjalan menuju kamar mandi.

Saat Oktavia sedang melakukan rutinitas membersihkan diri, Reno bangun lalu mengambil ponselnya. Dia menghubungi Arga untuk menyiapkan semua hal yang harus diperiksa olehnya.

Arga pun mengatakan jika semuanya sudah diperiksa olehnya dan Reno hanya perlu membubuhi saja dokumen dengan tanda tangannya. Namun, Reno menginginkan untuk memeriksanya kembali.

Semua itu dilakukan bukan karena tidak percaya dengan Arga. Akan tetapi hanya sebagai kepuasan dalam hatinya karena semua hal harus sesuai dengan keinginannya dan Arga pun memahami semua tentang itu.

Oktavia ke luar dari kamar mandi karena dia sudah selesai dengan rutinitas membersihkan diri. Dia melihat Reno sedang duduk di atas tempat tidur sembari membaca dokumen yang ada di tangannya.

"Apa kau tidak merasa lelah harus bekerja dan bekerja terus?" tanya Oktavia pada Reno.

"Tidak," jawabnya singkat sembari terus membaca dokumen yang ada ditangannya.

Oktavia tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Reno, dia mengingat kembali semalam pria itu demam tinggi. Dan sekarang bekerja seperti itu, entah mengapa dia kesal sekali.

Dia berjalan mendekat pada Reno dengan kekesalan dalam dirinya uang begitu besar. Sehingga dia tidak menyadari saat ini sedang menggunakan handuk yang dililitkan di tubuhnya.

"Lebih baik kau berhenti!" tukas Oktavia dengan nada menekan sembari mengambil dokumen yang ada di tangan Reno.

Oktavia menatap Reno dengan tegas, dia ingin beberapa hari ini pria yang sedang terluka itu beristirahat dan tidak banyak mengerjakan pekerjaannya. Semua itu untuk kebaikannya karena semalam Reno demam tinggi.

Reno kembali menatap Oktavia, dia tidak suka jika ada orang lain yang mengganggu apa yang sedang dikerjakannya. Tidak ada seorang pun yang berani menghentikan apa yang sedang dikerjakan, termasuk Casandra padahal dia adalah adiknya.

"Berikan dokumen itu!" ujar Reno dengan nada dingin.

"Tidak. Kali ini kau harus menurut padaku!" timpal Oktavia sembari mengambil semua dokumen yang ada di dekat Reno.

Dia tidak peduli jika pria itu marah padanya karena semua ini demi kebaikan Reno. Ditambah lagi Oktavia merasa bertanggung jawab atas semua yang menimpa Reno.

"Oktavia Suryana!" pekik Reno yang sudah tidak bisa menahan emosi.

"Iya. Aku, Oktavia Suryana! Dan aku tekankan sekali lagi. Aku tidak akan mengizinkanmu untuk bekerja hari ini hingga lukamu sembuh!" Oktavia menjawab dengan nada tinggi karena Reno pun begitu.

Reno terdiam, dia tidak mengira jika wanita yang selalu tidak peduli dengan dirinya seorang sepeduli itu. Dia melihat Oktavia berjalan dengan membawa semua dokumennya dan hendak keluar untuk menyerahkan dokumen itu pada Arga.

"Apa kau akan keluar?" tanya Reno pada Oktavia.

"Iya. Aku akan keluar untuk memarahi Arga mengapa dia memberikan dokumen ini padamu!" jawabnya sembari memegang gagang pintu kamar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!