Istriku bukan pembantu

.

.

.

💕 HAPPY READING 💕

Tiba saat nya Ratu dan Arya untuk pulang ke kota dimana saat ini mereka tinggal. Semalaman menginap di rumah mertuanya, membuat Arya merasa damai dan tentram. Orang tua Ratu memperlakukan dia dengan baik, tidak memandang Arya itu kaya atau miskin.

Setelah makan siang, Arya dan Ratu berpamitan pulang. Sebab besok Arya harus sudah masuk kerja lagi. Untuk menggantikan pak Heru, Arya sudah menerimanya akan tetapi tidak langsung besok. Arya masih meminta waktu untuk mempelajari semuanya terlebih dahulu.

" Ma, Pa kak Raja. Kami pamit ya."Seru Arya berpamitan.

" Iya kalian berdua hati-hati. Kalian yakin tidak mau bawa mobil? Mobil kamu nganggur loh Ratu, sama sekali tidak pernah dipakai. Hanya di panasin mesinnya saja sama pak sopir."Seru Dinda dengan lembut.

" Tidak usah ma. Nanti kalau kami sudah pindah kerumah kami sendiri baru Dinda akan ambil mobilnya. Untuk sementara saat ini kami nikmati saja kehidupan kami seperti ini."Jawab Ratu dengan bijak.

" Baiklah,kalau begitu. Arya, mama titip Ratu ya. Kamu jangan bosan-bosan untuk membimbingnya menjadi istri yang baik, pada dasarnya Ratu ini anak yang manja."Seru Dinda lagi dan mendapat anggukan kepala dari Arya.

Selesai berpamitan, Arya dan Ratu pun langsung menaiki motornya. Motor yang di kendarai Arya meninggalkan pekarangan rumah mertuanya. Ratu berpegangan dengan memeluk perut Arya dengan erat, Arya dan Ratu terlihat sangat bahagia sekali.

" Dek, apa kamu tidak malu naik motor?."Tanya Arya saat memasuki jalanan yang sepi kendaraan sehingga suara Arya jelas terdengar.

" Kenapa mesti malu, Mas? Dari dulu aku itu lebih senang naik motor, pakai mobil juga hanya sesekali saja. Mas, mau beli oleh-oleh tidak untuk dibawa pulang?."Tanya Ratu mengalihkan pembicaraan.

" Tidak perlu dek. Bukannya mama sudah membawakan banyak oleh-oleh, sudah itu saja cukup kok."Jawab Arya.

Ratu hanya mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan suaminya. Memang benar, Mama nya tadi memang sudah banyak membawakan beberapa oleh-oleh. Ada brownis, karamel dan rendang daging yang semuanya itu di masak oleh mamanya sendiri.

Tanpa terasa motor yang di kendarai Arya sudah sampai di pekarangan rumahnya. Ratu dan Arya turun dari motor, dan Arya membawa oleh-oleh yang tadi dibawakan oleh mama mertuanya. Namun pandangan Ratu melihat ke sekitar halaman rumah, dimana halaman rumah sangat kotor sekali. Daun jambu yang ada di depan rumah berguguran, sepertinya memang selama Ratu pergi halaman tidak ada yang menyapu.

" Kotor sekali rumah mas, halaman kotor terus ini teras rumah juga kotor. Memang sih kemarin sebelum pergi aku tidak menyapu dulu, tapi masa iya mbak Rani atau Serli tidak mau menyapu juga, jorok banget."Ucap Ratu dengan herannya.

" Sudah biarkan saja dek, seperti tidak hafal bagaimana mereka. Sekarang kita masuk dan istirahat."Seru Arya lembut.

Baru juga mau membuka pintu, pintu sudah terbuka lebih dulu dan ternyata ibu Marni yang membukanya. Ibu Marni menyambut kepulangan anak dan menantunya dengan menampakkan wajah yang tidak bersahabat.

" Akhirnya kalian pulang juga. Bagus banget ya, setelah suaminya gajian langsung diajak kerumah orang tua kamu. Biar uang suami kamu bisa dikasihkan ke orang tua kamu, iya kan? Berapa juta uang Arya yang sudah kamu kasih ke orang tua kamu? Atau jangan-jangan setiap bulan kamu memang mengirimkan uang untuk orang tua miskin mu itu."Seru Ibu Marni ketus.

Baru juga pulang sudah di sambut dengan hal yang tidak mengenakan seperti ini. Arya mengepalkan tangan kirinya, bagaimana bisa ibu nya bicara seperti itu. Uang apa yang dia berikan, jika gajinya saja setiap bulan sudah habis dibagi-bagi.

" Bu, apa ibu tidak ada pembicaraan lain selain uang dan menuduh Ratu yang tidak-tidak? Lagi pula uang apa yang mau Arya kasih ke mertua Arya bu, gaji Arya saja pas-pasan. Ibu tahu sendirikan berapa sisa uang gaji yang Arya pegang?."Tanya Arya dengan sangat kesal.

" Alasan saja kamu, Arya. Sudah sana kamu masuk, dan istri kamu ini cepat bereskan rumah dan cuci piring-piring kotor di dapur setelah itu masak untuk makan malam. Jangan mau enak-enakan saja kamu."Seru ibu Marni langsung meminta Ratu untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Arya tidak mengindahkan ucapan ibunya, dia menarik tangan Ratu untuk masuk ke kamar. Arya tidak akan membiarkan istrinya mengerjakan pekerjaan rumah dalam keadaan lelah.

" Ratu !! Hai mau kemana kamu? Cepat bereskan rumah dulu !!."Teriak ibu Marni.

" Ratu capek bu, mau istirahat dulu."Jawab Ratu dengan berani.

" Dasar menantu si4l4n !! Menantu durhaka !!."Teriak ibu Marni dengan lantang.

Para penghuni rumah saat ini memang tidak ada , Serli pergi dari pagi belum juga pulang. Begitupun dengan Rani dan Bima, mereka lebih memilih jalan-jalan untuk mengisi hari libur kerjanya.

Ratu tidak peduli teriakan dan cacian dari ibu mertuanya. Dia sudah kebal dengan semua itu, dia tidak masalah selalu di caci dan di rendahkan oleh ibu mertuanya. Yang terpenting bagi Ratu, sang suami mencintainya dan menyayanginya itu sudah lebih dari cukup dan menguatkan Ratu untuk terus bertahan serta sabar menghadapi ibu mertuanya.

" Dek, kamu istirahat saja dulu. Oh iya, ini mas lupa meletakkan oleh-oleh mama di dapur. Ya sudahlah, biarkan saja disini dulu. Nanti kalau kamu keluar, kamu bawa ya dek."Ucap Arya sambil meletakkan kantong plastik yang berisi oleh-oleh diatas kursi yang ada di kamarnya.

" Iya mas."Jawab Ratu dengan singkat.

* Huuhhh kembali ke rutunitas seperti biasa, dimana orang-orang selalu bicara keras dan kasar.* Gumam Ratu dalam hatinya.

Jam setengah 5 sore, Ratu bangun dan dia keluar kamar untuk menuju dapur sambil membawa kantong plastik yang berisi oleh-oleg tadi. Bagaimanapun dia punya kewajiban untuk mengurus makan minum suaminya.

Namun betapa terkejutnya Ratu, saat mendapati dapur dalam keadaan kacau. Piring, gelas dan sendok menumpuk di atas wastafel.

" Ini mereka apa tidak mencuci piring, ini pasti dari aku pergi itu. Ya Allah, betapa joroknya mereka."Seru Ratu dengan kesal.

Ratu membiarkan cucian piring yang menumpuk itu, dia membongkar oleh-oleh dari mamanya tadi. Ratu mengambil kotak rendang, lalu membagi 2 bagian. Setengah dia simpan dalam kulkas dan setengah lagi dia hangatkan untuk makan malam mereka.

" Heem sepertinya ibu tidak belanja, di kulkas pum tidak ada apa-apa. Lantas aku mau masak apa untuk teman rendang itu. Apa selama aku di rumah mama, mereka tidak memasak. Itu banyak bekas bungkus nasi. Dasar pemalas, giliran uang belanja habis baru tahu rasa mereka."Ucap Ratu terus menggerutu.

Arya menyusul Ratu di dapur, Arya hendak mengambil minum namun dia kaget melihat banyaknya cucian piring yang menumpuk.

" Dek, ini kenapa sampai menumpuk begini? Apa mereka tidak mencuci piring? Rumah berantakan, kotor dimana-mana dan ini piring kotor juga menumpuk. Ini tidak bisa di biarkan, mereka terlalu mengandalkan kamu. Mbak Rani dan Serli harus membersihkan ini semua."Seru Arya tidak jadi mengambil minum, justru dia menuju kamar Rani.

Arya tahu jika Rani dan Bima sudah pulang, sebab motor Bima sudah ada di teras rumah. Tanpa berlama-lama, Arya mengedor-gedor pintu kamar Rani sampai seisi rumah heboh.

Brrakk Brakk Brrakk

" Mbak Rani ! Mbak, buka pintunya !."Teriak Arya dengan lantang.

Rani dan Bima pun langsung membuka pintu kamarnya untuk mencari tahu ada hal apa Arya sampai mendobrak-dobrak pintu kamarnya.

" Ada apa sih Arya? Kamu ini punya sopan santun apa tidak !!."Ucap Rani ketus.

" Hehhh mbak Rani ! Jangan bicara soal sopan santun denganku, sekarang aku minta mbak cuci semua piring kotor yang ada di dapur itu."Seru Arya dengan lantang.

" Enak saja, itukan tugas nya Ratu. Kenapa harus aku yang mencuci piring, nanti tanganku jadi kasar dong."Seru Rani seenaknya.

Ibu Marni mendatangi keributan itu, dia pun tidak terima jika Arya menyuruh-nyuruh Rani sang menantu kesayangannya.

" Kamu itu kenapa lagi sih Arya? Semua urusan rumah itukan sudah tanggung jawab istri kamu. Jangan pernah minta Rani atau Serli yang membereskannya."Ucap ibu Marni membela menantu kesayangannya.

" Istriku itu bukan pembantu kalian. Oke, jika memang mbak Rani tidak mau membereskan itu semua. Aku akan usir mbak Rani dan mas Bima, karena ini rumahku, aku berhak mengusir siapa saja yang bersikap seenaknya sendiri."Seru Arya benar-benar marah.

Deggghhh

Bima, Rani dan ibu Marni langsung terhenyak kaget. Jika Arya mengusir mereka, mereka mau tinggal dimana. Sedangkan sampai sekarang rumah saja belum punya? Mau ke rumah orang tua Rani, tentunya sangat jauh dari tempat kerja Rani dan Bima.

" Arya !! Apa maksud kamu mau mengusir Rani dan Bima?."Seru Ibu Marni tidak terima.

" Apa ibu lupa, siapa yang punya rumah ini? Jadi pilih aku usir atau pilih mengerjakan apa yang aku perintahkan tadi."Seru Arya lagi.

Ibu Marni memandang Rani, sepertinya kali ini ancaman Arya tidaklah main-main. Mau tidak mau Rani harus mengikuti apa yang diperintahkan Arya.

Akhirnya dengan penuh drama tadi, Rani berjalan ke dapur untuk mencuci piring-piring kotor itu. Sedangkan Ratu yang sedari tadi hanya mendengarkan perdebatan didapur tidak mau ikut campur, terlebih suaminya benar-benar marah.

********

Terpopuler

Comments

Arif Widia

Arif Widia

Ohwo suami keren arya....teruslah seperti ini membela istri dari penindasan, ...

2024-04-10

1

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

Mantap tuh Arya , perhatian tuh tuk Bima jgn takut dgn bojone, tegas sikit nyahoo..

2024-03-11

1

Sumiati 32

Sumiati 32

gituh jangan diam saja istri dijadikan pembantu

2024-02-29

0

lihat semua
Episodes
1 Suasana pagi hari
2 Uang 2 juta
3 Balado terong
4 Gara-gara kopi
5 Restoran mahal
6 Uang Gaji
7 Menemui Raja
8 Kakak kandung istriku
9 Putri dari CEO
10 Menemui mertua
11 Sehari tidak ada Ratu
12 Istriku bukan pembantu
13 Kamu pasti bisa
14 Bertemu Serli
15 Ratu juga bisa marah
16 Habis belum waktunya
17 Cerita bapak mertua
18 Kehilangan perhiasan
19 Pergi dari rumah
20 Rumah baru
21 Jabatan baru Arya
22 Uang dari Serli
23 Kebohongan Rani
24 Bima tahu soal Arya
25 Perbincangan Bima dan ibu Marni
26 Mengantar pak Santo
27 Membuat malu ibu marni
28 Naik jabatan
29 Datang bikin masalah
30 Pedasnya mulut ibu mertua
31 Keterkejutan Rani dan Serli
32 Garis dua
33 Masakan Ratu
34 Kebohongan Rani
35 Keluarga toxic
36 Kedatangan orang tua Ratu
37 Menantu sultan
38 Kegelisahan Rani
39 Kebohongan Rani
40 Penolakan Harsa
41 Bima marah
42 Rumah Arya
43 Pengakuan Serli
44 Kedatangan ibu Darti
45 Dua ibu julit
46 Teman lama
47 Masih tentang uang
48 Tetap pada pendirian
49 Siapa Mita?
50 Tidak ada rasa takut
51 Ke kampung Rani
52 Ikut tinggal sama besan
53 Kenapa dengan Serli
54 Kehamilan Serli
55 Pak Santo marah
56 Tagihan rumah sakit
57 Salah lawan
58 Datang ke rumah Harsa
59 Mahar yang tak wajar
60 Catering 12 juta
61 Tagihan biaya pernikahan
62 Menantu pengusaha
63 Tidak mau di pecat
64 Bima mengajak pindah
65 Makan siang bersama
66 Nasib tinggal di kontrakan
67 Kesombongan yang sama
68 Di pecat juga
69 Nyonya Marni
70 Menagih uang bulanan
71 Kerjasama yang disengaja
72 Mendatangi rumah istri Harsa
73 Kedatangan Anne
74 Annakku menjadi janda
75 Apa harus dibatalkan
76 Serli berulah dan Bima bahagia
77 Kejujuran Bima
78 Bima mulai curiga
79 Bukti Bima dapatkan
80 Saling bercerita
81 Talak untuk Rani
82 Ternyata adik kakak
83 Perubahan sikap Ratu
84 Perubahan sikap Rani
85 Kabar bahagia
86 Kelakuan ibu Marni
87 Rencana ibu Marni
88 Salah minum
89 Bukti dari CCTV
90 Lapor polisi lebih baik
91 Polisi datang
92 Ada apa dengan Rani
93 Rani hamil
94 Ibu Marni ketakutan
95 Lolos dari jebakan
96 Pembatalan kerja sama
97 Wanita itu Serli
98 Kebodohan Anne
99 Menjenguk ibu Marni
100 Bukti untuk Anne
101 Bukti yang akurat
102 Perebut suami orang
103 Terlalu percaya diri
104 Pekerjaan Yanto
105 Tanggung jawab Bima
106 Tidak sengaja bertemu
107 Memberitahu Arya
108 Membuat donat
109 Papa mertua super hero
110 Balas dendam Rani
111 Rumah sakit lagi
112 Tabungan untuk Serli
113 Sumpah serapah
114 Tidak berubah juga
115 Surat pejanjian (bebas)
116 Bukan keinginanku bu
117 Bentakan pak Santo
118 Mengenalkan calon istri
119 Mengantar Serli pulang
120 Berdebat dengan ibu
121 Rencana busuk
122 Ancaman Bima
123 Makan bakso bersama
124 Menikah tanpa restu
125 Kejutan untuk Ratu
126 Fitnah dari mertua
127 Keputusan pak Santo
128 Jangan ceraikan aku
129 Hanya dimanfaatkan
130 Mencoba tidak perduli
131 Semua atas nama Arya
132 Mengagumi diam-diam
133 Yanto dan ibu Marni
134 Semakin menjadi
135 Mengumpulkan anak dan menantu
136 Penghinaan dari ibu
137 Berangkat ke kampung
138 Keong sawah
139 Hampir ketahuan
140 Keinginan pak Santo
141 Hamil diusia tidak lagi muda
142 Rani tahu semuanya
143 Bubur Ayam
144 Pertemuan tiga wanita
145 Tawaran menikah
146 Nama wanita lain
147 Adik dari mantan pacar
148 Ibu hamil yang lupa
149 Siapa Ratu
150 Dia ibuku
151 Ban mobil bocor
152 Hari bahagia Serli
153 Kebenaran dari pak Santo
154 Rujak mangga muda
155 Wanita berumur
156 Nasib ibu Marni
157 Pergi ke klinik
158 Hati seperti malaikat
159 Pura-pura romantis
160 Saling memaafkan
161 Mesin uang Yanto
162 Pria yang aneh
163 Bukan sopir taksi
164 Revan dan Devan
165 Menyesal tidak berguna
166 Baby twin pulang
167 Suport dari keluarga
168 Jalan-jalan pagi
169 Tegar
170 Drama sikembar
171 Pesan dari Agung
172 Belanja kebutuhan bayi
173 Kedatangan Agung
174 Quality time Arya dan Ratu
175 Mulai tidak nyaman
176 Terus berusaha
177 Ingin melamar
178 Obrolan para istri
179 Tiba-tiba melamar
180 Pekerjaan baru untuk ibu Marni
181 Pesan baju pengantin
182 Taubatlah Bu
183 Kerja sama baru
184 Kedatangan polisi
185 Tertangkap juga
186 Tetap ibu kita
187 Menjenguk ibu Marni
188 Saling bahagia
189 Agung kasmaran
190 Penjahat karbitan
191 Tertangkap dan pernikahan
192 Tamu yang sama
193 Masuk angin
194 Calon orang tua
195 Rumah masa kecil
196 Keadaan ibu Marni
197 Tetangga baru
198 Kunjungan tetangga baru
199 Tentang ibu Marni
200 Makan bakso
201 Ayam goreng untuk ibu
202 Dikira hamil
203 Mantan suami belanja
204 Baby Girl
205 Nenek dan Kakek datang
206 Berhati mulia
207 Rencana beli ayam
208 Bertemu masalalu
209 Tabur tuai
210 Datang ke kantor Agung
211 Jangan salah paham
212 Hari libur
213 Teman sekolah
214 Pesta berujung masalah
215 Tidak terganggu
216 Kamu jual, aku beli
217 Bukti perlawanan
218 Kerjasama menyesatkan
219 Dua wanita
220 Belanja di Mall
221 Rencana Yanti
222 Revan menghilang
223 Perbuatan siapa
224 Mulai terungkap
225 Pencarian Revan
226 Yanti sang dalang
227 Penjara lebih pantas
228 Jalan-jalan pagi
229 Aska Fadilla
230 Tempat kerja Firman
231 Kasih sayang orang tua
232 Teman Yusuf
233 Salah orang
234 Dia menyukaimu mas
235 Nasehat dari Ratu
236 Bertemu Saras
237 Dua nenek
238 Revan dan Devan sekolah
239 Mimpi adek bayi
240 Sudah memaafkan
241 Kebahagiaan yang tidak ternilai
242 Ucapan terima kasih
Episodes

Updated 242 Episodes

1
Suasana pagi hari
2
Uang 2 juta
3
Balado terong
4
Gara-gara kopi
5
Restoran mahal
6
Uang Gaji
7
Menemui Raja
8
Kakak kandung istriku
9
Putri dari CEO
10
Menemui mertua
11
Sehari tidak ada Ratu
12
Istriku bukan pembantu
13
Kamu pasti bisa
14
Bertemu Serli
15
Ratu juga bisa marah
16
Habis belum waktunya
17
Cerita bapak mertua
18
Kehilangan perhiasan
19
Pergi dari rumah
20
Rumah baru
21
Jabatan baru Arya
22
Uang dari Serli
23
Kebohongan Rani
24
Bima tahu soal Arya
25
Perbincangan Bima dan ibu Marni
26
Mengantar pak Santo
27
Membuat malu ibu marni
28
Naik jabatan
29
Datang bikin masalah
30
Pedasnya mulut ibu mertua
31
Keterkejutan Rani dan Serli
32
Garis dua
33
Masakan Ratu
34
Kebohongan Rani
35
Keluarga toxic
36
Kedatangan orang tua Ratu
37
Menantu sultan
38
Kegelisahan Rani
39
Kebohongan Rani
40
Penolakan Harsa
41
Bima marah
42
Rumah Arya
43
Pengakuan Serli
44
Kedatangan ibu Darti
45
Dua ibu julit
46
Teman lama
47
Masih tentang uang
48
Tetap pada pendirian
49
Siapa Mita?
50
Tidak ada rasa takut
51
Ke kampung Rani
52
Ikut tinggal sama besan
53
Kenapa dengan Serli
54
Kehamilan Serli
55
Pak Santo marah
56
Tagihan rumah sakit
57
Salah lawan
58
Datang ke rumah Harsa
59
Mahar yang tak wajar
60
Catering 12 juta
61
Tagihan biaya pernikahan
62
Menantu pengusaha
63
Tidak mau di pecat
64
Bima mengajak pindah
65
Makan siang bersama
66
Nasib tinggal di kontrakan
67
Kesombongan yang sama
68
Di pecat juga
69
Nyonya Marni
70
Menagih uang bulanan
71
Kerjasama yang disengaja
72
Mendatangi rumah istri Harsa
73
Kedatangan Anne
74
Annakku menjadi janda
75
Apa harus dibatalkan
76
Serli berulah dan Bima bahagia
77
Kejujuran Bima
78
Bima mulai curiga
79
Bukti Bima dapatkan
80
Saling bercerita
81
Talak untuk Rani
82
Ternyata adik kakak
83
Perubahan sikap Ratu
84
Perubahan sikap Rani
85
Kabar bahagia
86
Kelakuan ibu Marni
87
Rencana ibu Marni
88
Salah minum
89
Bukti dari CCTV
90
Lapor polisi lebih baik
91
Polisi datang
92
Ada apa dengan Rani
93
Rani hamil
94
Ibu Marni ketakutan
95
Lolos dari jebakan
96
Pembatalan kerja sama
97
Wanita itu Serli
98
Kebodohan Anne
99
Menjenguk ibu Marni
100
Bukti untuk Anne
101
Bukti yang akurat
102
Perebut suami orang
103
Terlalu percaya diri
104
Pekerjaan Yanto
105
Tanggung jawab Bima
106
Tidak sengaja bertemu
107
Memberitahu Arya
108
Membuat donat
109
Papa mertua super hero
110
Balas dendam Rani
111
Rumah sakit lagi
112
Tabungan untuk Serli
113
Sumpah serapah
114
Tidak berubah juga
115
Surat pejanjian (bebas)
116
Bukan keinginanku bu
117
Bentakan pak Santo
118
Mengenalkan calon istri
119
Mengantar Serli pulang
120
Berdebat dengan ibu
121
Rencana busuk
122
Ancaman Bima
123
Makan bakso bersama
124
Menikah tanpa restu
125
Kejutan untuk Ratu
126
Fitnah dari mertua
127
Keputusan pak Santo
128
Jangan ceraikan aku
129
Hanya dimanfaatkan
130
Mencoba tidak perduli
131
Semua atas nama Arya
132
Mengagumi diam-diam
133
Yanto dan ibu Marni
134
Semakin menjadi
135
Mengumpulkan anak dan menantu
136
Penghinaan dari ibu
137
Berangkat ke kampung
138
Keong sawah
139
Hampir ketahuan
140
Keinginan pak Santo
141
Hamil diusia tidak lagi muda
142
Rani tahu semuanya
143
Bubur Ayam
144
Pertemuan tiga wanita
145
Tawaran menikah
146
Nama wanita lain
147
Adik dari mantan pacar
148
Ibu hamil yang lupa
149
Siapa Ratu
150
Dia ibuku
151
Ban mobil bocor
152
Hari bahagia Serli
153
Kebenaran dari pak Santo
154
Rujak mangga muda
155
Wanita berumur
156
Nasib ibu Marni
157
Pergi ke klinik
158
Hati seperti malaikat
159
Pura-pura romantis
160
Saling memaafkan
161
Mesin uang Yanto
162
Pria yang aneh
163
Bukan sopir taksi
164
Revan dan Devan
165
Menyesal tidak berguna
166
Baby twin pulang
167
Suport dari keluarga
168
Jalan-jalan pagi
169
Tegar
170
Drama sikembar
171
Pesan dari Agung
172
Belanja kebutuhan bayi
173
Kedatangan Agung
174
Quality time Arya dan Ratu
175
Mulai tidak nyaman
176
Terus berusaha
177
Ingin melamar
178
Obrolan para istri
179
Tiba-tiba melamar
180
Pekerjaan baru untuk ibu Marni
181
Pesan baju pengantin
182
Taubatlah Bu
183
Kerja sama baru
184
Kedatangan polisi
185
Tertangkap juga
186
Tetap ibu kita
187
Menjenguk ibu Marni
188
Saling bahagia
189
Agung kasmaran
190
Penjahat karbitan
191
Tertangkap dan pernikahan
192
Tamu yang sama
193
Masuk angin
194
Calon orang tua
195
Rumah masa kecil
196
Keadaan ibu Marni
197
Tetangga baru
198
Kunjungan tetangga baru
199
Tentang ibu Marni
200
Makan bakso
201
Ayam goreng untuk ibu
202
Dikira hamil
203
Mantan suami belanja
204
Baby Girl
205
Nenek dan Kakek datang
206
Berhati mulia
207
Rencana beli ayam
208
Bertemu masalalu
209
Tabur tuai
210
Datang ke kantor Agung
211
Jangan salah paham
212
Hari libur
213
Teman sekolah
214
Pesta berujung masalah
215
Tidak terganggu
216
Kamu jual, aku beli
217
Bukti perlawanan
218
Kerjasama menyesatkan
219
Dua wanita
220
Belanja di Mall
221
Rencana Yanti
222
Revan menghilang
223
Perbuatan siapa
224
Mulai terungkap
225
Pencarian Revan
226
Yanti sang dalang
227
Penjara lebih pantas
228
Jalan-jalan pagi
229
Aska Fadilla
230
Tempat kerja Firman
231
Kasih sayang orang tua
232
Teman Yusuf
233
Salah orang
234
Dia menyukaimu mas
235
Nasehat dari Ratu
236
Bertemu Saras
237
Dua nenek
238
Revan dan Devan sekolah
239
Mimpi adek bayi
240
Sudah memaafkan
241
Kebahagiaan yang tidak ternilai
242
Ucapan terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!