Bab 11

Ketabahan dan kesabaran Nadia benar-benar sedang di uji. Hari ini Nenek Mina sakit lagi sehingga dia harus membantu Tuti di dapur padahal ada tugas sekolah yang harus dia kerjakan malam ini.

“Loh, Nad, kamu nggak belajar?” tanya Bintang melihat Nadia menata makanan untuknya di atas meja.

“Habis ini, Tuan” jawab Nadia.

“Bi Mina sakit lagi, ya?” tanya Bintang lagi.

“Iya, Tuan. Punggung Nenek sakit katanya, nggak bisa bangun” Bintang terlihat berfikir sejenak, dia mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja seraya melihat Tuti dan Nadia bergantian lalu mulai makan ketika dia sudah menemukan jawaban dari apa yang ada di pikirannya.

“Nad, kamu ikut saya ke ruang kerja sebentaran” perintah Bintang setelah dia selesai makan. Nadia mencuci tangannya dan merapikan rambutnya lalu mengikuti Bintang ke dalam ruang kerja majikannya itu.

“Duduk, Nad” Nadia mengikuti perintah Bintang dan duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu. Bola mata jernihnya yang terlihat sangat lelah bertemu dengan bola mata teduh Bintang. Nadia segera menundukkan pandangannya merasa malu Bintang harus melihatnya dengan keadaan yang lusuh seperti sekarang. Bintang tersenyum melihat Nadia yang malu seperti itu, entah mengapa terlihat meggemaskan di matanya.

Laki-laki itu buru-buru mengenyahkan pikiran apapun itu yang ada di kepalanya, bukan untuk mengagumi kencantikan dalam keadaan apapun dia memanggil gadis itu ke ruang kerjanya.

“Bagaimana kalau kita masukkan Bi Mina ke rumah sakit, biar Nenek kamu bisa mendapatkan perawatan yang layak?” Nadia mengangkat kepalanya dan menatap Bintang, lalu kembali menunduk.

“Saya juga sudah kepikiran, kasian lihat Nenek kesakitan seperti itu setiap kali penyakitnya kambuh” kata Nadia. Gadis itu menjeda sejenak kalimatnya, “Saya juga nggak apa-apa kalau tidak lanjut kuliah yang penting penyakit Nenek bisa benar-benar di obati” lanjutnya lagi.

“Oke, kalau kamu sudah setuju, aku akan minta sekertarisku untuk menjemput Bi Mina besok”

“Tapi”, Nadia tampak ragu “Saya takut tabungan kami nggak cukup” Bintang tertawa kecil.

“Kamu tidak usah pikirkan soal biayanya, simpan saja untuk biaya kuliah kamu”

“Benar, Tuan?” Nadia tidak percaya Bintang mau menanggung biaya pengobatan Neneknya yang mungkin tidak sedikit.

“Kamu pernah lihat aku bohong” Bintang menaikkan alisnya saat Nadia mentapnya dengan sungguh-sungguh. Nadia lalu menggeleng untuk menjawab pertanyaan Bintang.

“Aku akan atur perawat juga, jadi kamu bisa fokus sama sekolah. Kamu tidak perlu pulang balik rumah sakit. Nenek kamu akan di jaga dua puluh empat jam dengan perawat profesioanal”, jelas Bintang lagi.

Nadia meneteskan air mata, Bintang yang melihatnya segera bangkit dari duduknya dan berlutut di depan Nadia.

“Kenapa menangis?” katanya seraya mengusap air mata yang mengalir di pipi gadis itu.

“Saya nggak tahu bagaimana membalas kebaikan Tuan” katanya. Bintang seperti tersihir oleh paras Nadia. Bagaiamana bisa gadis itu tetap nampak cantik wlau dalam keadaan yang berantakan seperti sekarang.

Sekarang kedua tangan Bintang sudah memegang kedua pipi Nadia dan semakin mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu, semakin dekat hingga Nadia bisa mencium aroma mint dari nafas Bintang. Lalu dengan penuh kesabaran dia menempelkan bibirnya pada bibir Nadia.

Nadia terkejut bukan main, pikirannya bergerak cepat menyuruhnya untuk mendorong tubuh Bintang  dan segera menjauh dari laki-laki itu, tapi nyatanya bibirnya tetap menempel hingga tanpa sadar dia memejamkan matanya dan membiarkan Bintang menguasai bibirnya.

Bintang yang melihatnya memejamkan mata secepat kilat ******* bibir menggoda Nadia. Bintang yang di kuasai naffsu mendorong tubuh gadis itu hingga dia telentang di atas sofa. Laki-laki itu kembali ******* bibir Nadia dengan lihainya membuat Nadia terbuai dan melupakan hubungan yang terlarang di antara mereka berdua.

Lidah Bintang menerobos pertahanan Nadia hingga gadis itu membuka bibirnya dan membiarkan Bintang menjelajahi isi di dalamnya. Hingga kesadarannya berhasil menang melawan rasa yang di inginkan tubuhnya. Nadia berhasil mendorong Bintang saat tangan laki-laki itu masuk di balik kaosnya.

“Tuan”, kata Nadia menunduk malu.

“Maaf, aku hilang kendali. Maksudnya, aku selalu bisa mengendalikan diriku saat berdua sama kamu, tapi saat aku lihat iar matamu, aku tidak bisa lagi mengontrol diriku. Aku minta maaf dan jangan salah faham. Berikan aku waktu untuk mengetahui apa yang aku rasa. Jujur, aku...” Bintang mengusap rambutnya dengan kasar, dia sendiri bingung dengan apa yang dia rasakan pada Nadia.

“Aku tidak bisa berhenti memikirkan kamu, Nadia. Aku tahu ini salah, tapi aku benar-benar tidak bisa mengendalikan diri”

“Lalu Nyonya...?”

Bintang terdiam, dia sendiri tidak mengerti apa yang dia rasakan pada gadis itu. Dia yakin masih sangat mencintai istrinya, tapi perasaannya pada Nadia juga tidak dapat dia abaikan. Gadis itu entah bagaimana telah masuk dan mengisi sebagian hatinya.

“Apa kau mau menungguku? Maksudku, aku ingin meyakinkan perasaanku. Aku tidak mau terburu-buru dan menyakitimu. Yang aku tahu saat ini, aku tulus menyayangimu, Nadia”

‘Yes’ Nadia bersorak-sorai dalam hatinya. Akhirnya Bintang mengakui kalau dia memiliki rasa pada Nadia, walaupun dia sendiri belum tahu perasaan apa itu.

 “Saya permisi, Tuan. Nenek pasti sudah mencari saya”, Nadia berlalu dari hadapan Bintang, tapi laki-laki itu memegang tangannya dan menarik Nadia dalam pelukannya. Sesaat kemudian Bintang mengurai pelukannya, dia kembali memegang kedua pipi Nadia dan menatapnya dengan sangat lembut.

“Apa kau memiliki perasaan padaku?”

Nadia menunduk malu, “Nadia, katakan yang sejujurnya padaku?” tanya Bintang sekali lagi.

Lama gadis itu diam dengan kepala yang menunduk sampai akhirnya dia mnegankat kepalanya lalu menatap Bintang. Nadia mengangguk membuat Bintang sedikit terkejut.

“Saya suka sama Tuan, saya sudah jatuh cinta sama Tuan sejak lama. Tapi saya sadar diri kalau saya hanya seorang pembantu yang tidak mungkin bisa bersanding dengan orang seperti Tuan, dan juga Tuan sudah menikah. Jadi saya selalu berusaha menyingkirkan semua perasaan yang saya miliki untuk Tuan”.

Pengakuan palsu yang tanpa Nadia sadari adalah sebuah kejujuran hatinya membuat Bintang semakin ingin mengetahui sejauh apa rasa yang dia miliki pada gadis remaja itu. Dia yakin itu bukan sebuah rasa penasaran semata, ada rasa yang membuncah di dadanya saat tadi bibirnya menyatu dengan bibir manis Nadia. Sebuah rasa yang sudah sangat lama tidak dia rasakan bahkan saat bersama istrinya sekalipun.

Sekali lagi Bintang ******* bibir Nadia, dia melakukannya dengan sangat lembut sehingga Nadia ikut terbuai dan mulai membalas ciuman Bintang walau masih sangat kaku. Malam itu mereka saling mencumbu dengan begitu mesra seperti sepsang kekasih yang sedang di mabuk cinta.

Bintang mengusap bibir basah Nadia dengan lembut lalu mengecup mesra keningnya.

Mulai sekarang aku nggak mau kamu panggil Tuan kalau hanya ada kita berdua.

“Lalu apa?” tanya Nadia. Bintang berfikir sejenak.

“Abang?” katanya meminta persetujan Nadia. Gadis itu tersenyum lalu mengangguk.

“Abang” kata Nadia.

“Begitu lebih bagus”, sambung Bintang.

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

Abang bintang seperti anak ku 😀

2024-04-22

0

Yanti Mamath Putra

Yanti Mamath Putra

🤔🤔🤔

2024-04-22

0

Lia Shechibie'slove

Lia Shechibie'slove

yak elah ngarep bener di panggil Abang, si babang bintang😀😀😀

2024-03-25

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!