Bab 10

Acara tiup lilin selesai, Ibu memakaikan kain menutup mata pada Marisa lalu memapahnya ke luar. Otak Angel bekerja seketika, dia menutup mulutnya yang menganga dengan mata yang terbelalak. Benar dugaannya.

“Tadaaa...” penutup kain di mata Marisa di lepas. Gadis itu melihat Ibunya dengan wajah yang bingung.

“Mobil itu hadiah dari Papa dan Mama buat kamu, biar kamu lebih semangat belajarnya”, Marisa menutup mulutnya yang terbuka, dia memeluk orang tuanya bergantian.

“Makasih, Pa, Ma” katanya dengan haru. Dia melirik Angel sambil mengangkat dagunya.

‘Iya, iya aku tahu. Kau anak kesayangan mereka sedangkan aku hanya anak pungut yang kebetulan di besarkan orang tuamu’. Celoteh Angel dalam hatinya.

Angel menghela nafas lalu masuk ke dalam rumah, dia makan sendiri di meja makan saat orang tuanya masih sibuk memperkenalkan hadiah mobil itu pada Marisa. Jangankan di beri kado mobil, di belikan ponsel baru saja tidak pernah. Dia hanya selalu mendapatkan ponsel bekas dari kakaknya. Miriskan, padahal dia anak bungsu, harusnya jadi anak yang paling di sayang dan di manja, tapi dia malah menjadi anak terbuang oleh orang tua kandungnya sendiri.

Tanpa terasa air matanya menetes, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ada bekas luka sayatan yang kembali berdarah. Luka itu selalu berdarah dan terasa sakit saat orang tuanya memperlakukannya dengan tidak adil seperti sekarang. Dan yang membuat luka itu semakin perih, dia di panggil pulang hanya untuk di perlihatkan betapa luas dan dalamnya kasih sayang orang tuanya untuk Marisa yang jauh berbanding terbalik dengan dirinya.

Angel meletakkan piring kotor di wastafel, dia membiarkannya begitu saja dan tidak mencucinya. Setelah membersihkan dirinya, Angel masuk ke dalam kamarnya. Angel sedikit terkejut mendapati kamarnya bersih, Ibunya masih punya hati sepertinya untuk membersihkan kamar yang dia tinggalkan.

“Bagaimana di rumah?” Angel membaca pesan dari Bryan. Dia sempat memberitahukan pada Bryan tadi kalau Ibunya memanggilnya pulang. Angel sudah menceritakan tentang hubungannya yang kurang harmonis dengan orang di rumahnya. Dari situ Bryan lalu mengerti kenapa gadis itu mencari pelarian dengan menjadi sugar baby. Diapun memberikan kasih sayang yang tidak pernah Angel dapatkan dari kedua orang tuanya.

“Baik-baik aja, Om” balasnya, berusaha menyembunyikan kesedihannya. Dia tidak ingin menganggu waktu Bryan dengan keluarganya. Bryan pasti akan sibuk menghubunginya jika tahu sugar babynya itu sedang tidak baik-baik saja.

Suara pintu kamarnya terbuka, Angel melihat ke arah pintu dan mendapati Marisa masuk ke kamarnya. Angel memutar bola matanya dan kembali sibuk dengan ponselnya.

“Tadinya Papa sama Mama lupa kalau punya anak satu lagi, tapi sebagai kakak yang baik aku mengingatkan mereka kalau aku punya adik dan aku mau keluarga kita lengkap saat ulang tahunku” Angel tidak perduli dengan ucapan Marisa, dia tetap saja sibuk dengan ponselnya.

“Aku nggak pernah membayangkan bakalan dapat hadiah mobil dari Mama Papa”, sambung Marisa lagi mencoba pamer di depan Angel.

“Aku mau tidur, besok mau sekolah” usir Angel dengan halus. Marisa hanya tersenyum, lalu meninggalkan kamar adiknya.

Marisa mungkin punya segalanya tapi ada beberapa hal yang selalu membuatnya iri pada adiknya itu. kulit Angel jauh lebih putih darinya, tinggi badan Angel juga ideal untuk anak seusianya, tidak lupa wajah cantik dan rambut ikalnya yang membuatnya sangat sempurna secara fisik. Berbanding terbalik dengan Marisa. Itulah hal yang selalu membuatnya iri dan membenci adiknya sendiri.

Pagi telah kembali tiba, Marisa menawarkan tumpangan pada Angel tapi di tolak gadis itu dan memilih di antar Ayahnya ke sekolah.

Vanesa yang baru turun dari mobil di buat terkejut melihat Angel di antar Ayahnya ke sekolah, hal yang hanya sesekali dia lihat.

“Kamu pulang juga?” tanya Vanesa yang hanya di anggukki Angel dengan malas. Mereka lalu berjalan masuk ke dalam kelas dan mendapati Nadia sudah ada di mejanya.

“Pagi-pagi muka kamu kok lemas banget”, tegur Angel melihat Nadia yang seperti tidak punya kekuatan selain untuk bernafas.

“Aku capek banget” jawabnya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Vanesa.

“Tahu nggak tadi Angel di antar siapa?” tanya Vanesa menggoyangkan bahunya agar Nadia bangun.

“Siapa, paling juga Om BRyan?” tanya Nadia balik.

“Bukan, di antar Papanya...” Nadia membulatkan matanya seolah bertanya pada Angel.

“Kamu pulang juga?”. Angel hanya mengendikkan bahunya dengan wajah masam, sudah di pastikan hal yang sama pasti terjadi lagi. Dia pasti mendapat perlakuan tidak adil lagi dari orang tuanya.

“Memangnya Tuan Bintang nggak cari pembantu lagi buat ganti Mbak Amy?” Vanesa tahu kalau Nadia kelelahan. Dia harus belajar juga membenatu pekerjaan rumah.

“Sayang, buang-buang uang” jawab Nadia.

“Kan bukan uang kamu, biarin aja dari pada kamu capek begitu”,

“Iya lagi, Nad. Nanti kalau kamu capek entar jadi malas belajar terus nggak lulus gimana”

“Ihhh, Angel. Apa-apaan sih, doanya jelek banget”, protes Nadia mendengar ucapan Angel.

“Itu bukan doa kali, Nad. Cuma pengandaian aja”, bela Vanesa.

“Ucapan adalah doa tau...”. mereka  menghentikan percakapan mereka saat guru mata pelajaran sudah masuk ke dalam kelas.

Tiga gadis dengan masalah yang berbeda-beda, ketiganya tidak memperlihatkan wajah ceria seperti biasa. Ada wajah lelah, ada wajah kecewa dan ada juga yang berawajah kesal. Tapi mereka tetap berusaha fokus pada pelajaran.

Vanesa memutar bola matanya saat melihat mobil jemputannya sudah terparkir di depan sekolah. Dia mengabaikannya dan tetap merangkul Nadia dan Angel. Seperti biasa sepulang sekolah, mereka bertiga selalu menyempatkan untuk duduk sebentar menikmati es teh dan siomay kesukaan mereka sambbil duduk santi di bawah pohon besar di depan sekolah.

Angel menceritakan apa yang terjadi semalam di rumahnya, dia bukannya ingin mejelekkan keluarganya di depan teman-temannya, tapi dengan menceritakan itu pada Vanesa dan Nadia, bisa mengurangi rasa sesak di dalam dadanya.

Nadia dan Vanesa mengusap lembut punggung dan rambutnya.

“Sabarnya, suatu saat pasti orang tua kamu akan menyesal sudah membeda-bedakan kasih sayangnya”, kata Nadia.

“Ayo ke showroom mobil, aku beliin kamu mobil yang lebih mewah dan mahal dari punya kakak kamu” kata Vanesa bercanda.

“Anak sultan nih”, cibir Nadia. Vanesa hanya menaikkan dagunya dengan sombongnya. Angel dan Nadia terkikik geli melihatnya.

“Eh, bagaimana Papa Mama kamu, sehat-sehat aja?” mereka beralih pada Vanesa. Gadis itu hanya menarik nafas.

“Mereka sehat walafiat” katanya. Tanpa di tanya kelanjutannya pun Nadia dan Angel sudah tahu kelanjutan cerita Vanesa hanya menebak dari raut wajah kesal dan kecewa Vanesa.

“Oleh-oleh ada nggak?” canda Angel.

“Katanya nggak sempat buat beli oleh-oleh, mau cepat-cepat pulang buat ketemu sama anak kesayangannya” Nadia dan Angel tertawa melihat bagaimana wajah Vanesa saat mengatakannya.

Terpopuler

Comments

Lia Shechibie'slove

Lia Shechibie'slove

mau ayok lah

2024-03-25

2

Fenty Dhani

Fenty Dhani

kenapa ada ortu kayak gitu y😔

2024-03-19

0

Widi Widurai

Widi Widurai

ortunya cm bsa sediain uang, gausa disimpen simpen. foya foya lah wkwkkw

2024-02-11

5

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!