"Dok bagiamana keadaan istri saya?" tanya Azriel setelah dokter yang memeriksa keadaan Febby keluar.
"Penyakit mag nyonya Febby kambuh tuan, sepertinya sedari pagi perut nyonya Febby belum terisi makanan sama sekali sehingga membuat perut nyonya Febby terasa perih dan jika nyonya Febby tidak kuat menahannya berakhir nyonya pingsan seperti tadi tuan," jelas dokter itu.
"Terus sekarang keadaan dia gimana?" balas Azriel bertanya lagi.
"Untuk saat ini nyonya Febby belum sadarkan diri, mungkin nanti satu atau dua jam lagi nyonya Febby akan siuman, saya sarankan tuan lebih memperhatikan lagi jadwal makan istri tuan," balas dokter itu.
"Baik dok, ini memang tadi kelalaian saya sampai lupa memperhatikan jadwal makan istri saya," balas Azriel.
"Apa saya sudah boleh masuk dok?" lanjut Azriel bertanya.
"Boleh tuan, tapi saran saya agar tuan tidak mengganggu nyonya Febby terlebih dahulu, biarkan dia istirahat nanti kalau sudah sadar baru tuan boleh berinteraksi dengan dia,"
"Baik dok saya mengerti," balas Azriel mengerti penjelasan dokter itu.
Setelah menjelaskan semuanya kepada Azriel, dokter itu pun pamit pergi dan Azriel pun memilih untuk langsung masuk ke dalam ruangan Febby untuk melihat keadaannya.
"Assalamualaikum istriku sayang," sapa Azriel di telinga istrinya yang masih terbaring pingsan.
Azriel duduk di kursi yang ada di samping bangkar Febby, dia memandangi wajah Febby yang mucat.
"Kenapa kamu sampai lupa makan hmm?" tanya Azriel pada Febby yang masih pingsan.
Azriel melupakan pesan dokter tadi agar tidak mengganggu waktu istirahat Febby, dia terlalu gemas untuk tidak mengajak istrinya berbicara.
"Kamu tahu, aku sangat khawatir saat melihat kamu pingsan tadi, aku takut kalau kamu akan meninggalkan aku sama seperti mama dan papa kamu yang meninggalkan kita berdua di sini," ucap Azriel mengajak Febby yang pingsan berbicara.
Azriel mengambil tangan Febby yang tidak terpasang selang infus dan menggenggamnya.
Cup.
Satu kecupan Azriel berikan di tangan Febby yang tengah dia genggam.
"Mungkin setelah kejadian ini aku akan lebih protektif kepada kamu, kamu harus menerima itu tidak ada penolakan, itu semua aku lakukan karena kamu sudah sangat ceroboh dalam menjaga diri kamu sendiri,"
"Aku sudah berjanji kepada papa dan mama untuk selalu menjaga kamu, dan hari ini aku merasa sangat sangat gagal dalam menjaga kamu, pasti papa akan marah kalau dia tahu aku tidak memperhatikan kamu sampai sampai kamu masuk rumah sakit seperti ini,"
Azriel terus mengajak Febby berbicara, meskipun tidak ada respon dari Febby tapi dia tetap melakukannya.
Hingga mungkin karena sudah terlalu capek berbicara tanpa henti, kantuk Azriel pun datang dan dia pun ketiduran di samping Febby dengan berbantalan tangannya yang tengah menggenggam tangan Febby.
Dua jam berlalu, Azriel masih tertidur di tempatnya, sedangkan Febby sudah mulai ada tanda tanda akan sadar, dia mulai menggerakkan jari jari tangannya hingga akhirnya kelopak matanya pun terbuka sempurna.
"Aku ada di mana?" ucap Febby lemah sambil memandangi ruangan yang serba putih yang tengah dia tempati.
Febby merasa kram di bagian tangannya, dia melihat kearah samping dan melihat kalau ada seseorang yang tengah tertidur di sana.
"Cih, sok perhatian sekali, pasti dia sangat bahagia melihat aku seperti ini," gumam Febby yang masih sempat sempatnya mencaci suaminya.
Karena sudah merasa sangat kram, Febby pun dengan sengaja mengerakkan tangannya dengan kasar hingga akhirnya mengusik tidur Azriel.
"Ughh...." lengkuh Azriel terbangun sambil menggerakkan otot tangannya.
Azriel mengucek kedua matanya, dan dia melihat kalau Febby sudah sadarkan diri.
"Kamu sudah sadar, mana yang sakit, aku panggilkan dokter dulu." Azriel bangkit dari duduknya dan pergi keluar untuk memanggil dokter agar memeriksa keadaan Febby.
Mungkin karena saking senangnya melihat Febby sadar sampai sampai dia melupakan tombol merah yang ada di ruangan Febby, tepat dimana dia bisa memencet tombol itu untuk memanggil dokter.
Febby yang melihat tingkah Azriel pun diam saja, dia memilih untuk memandang ke arah lain dari pada harus melihat kearah Azriel.
...***...
"Bagaimana dok?" tanya Azriel setelah dokter yang dia panggil tadi memeriksa keadaan Febby yang sudah sadarkan diri.
"Alhamdulillah keadaan nyonya Febby sudah berangsur membaik, tapi saya sarankan agar nyonya Febby rawat inap satu malam di sini untuk memulihkan cairan tubuh nyonya Febby," jelas dokter itu.
Azriel pun senang mendengar itu, akhirnya tidak ada terjadi sesuatu yang buruk kepada istrinya, Azriel sangat takut kalau sampai istrinya kenapa kenapa.
"Apa saya tidak boleh pulang saja dok, saya masih ada banyak kerjaan yang belum selama," ucap Febby yang tidak suka kalau harus tinggal di rumah sakit, apalagi mengingat pekerjaannya yang sangat banyak.
"Udah stop, kamu gak usah memikirkan pekerjaan dahulu, kamu fokus saja sama penyembuhan kamu, untuk kerjaan kamu biar aku yang urus sementara," sela Azriel yang tidak suka kalau Febby masih terus terusan memikirkan pekerjaannya, padahal dirinya saat ini tengah sakit.
"Siapa ka...."
"Apa tidak ada lagi yang perlu di khawatirkan dok?" tanya Azriel kepada dokter yang memeriksa keadaan Febby, dia sengaja memotong ucapan Febby karena takut kalau nanti sampai dokter itu tahu rahasia pernikahan dirinya selama ini.
"Tidak ada kalau nyonya Febby rawat inap tuan, tapi kalau nyonya Febby memaksa untuk pulang saya khawatir dengan keadaan tubuhnya yang kekurangan banyak cairan," jawab dokter itu.
"Ya sudah dok saya menyetujui rawat inap untuk istri saya, nanti ada asisten saya yang akan mengurus semuanya," balas Azriel tanpa bertanya kepada Febby.
"Kamu...."
"Mari saya antar keluar dok, saya yakin pasti dokter masih ada pasien yang lain," lagi dan lagi Azriel memotong ucapan Febby.
Dan hal itu sukses membuat Febby kesal, dia kesal sekaligus marah karena Azriel mengambil keputusan tanpa persetujuan darinya.
"Baik tuan, kalau begitu saya permisi dulu nyonya, jangan lupa makanannya di makan agar cepat sembuh," balas dokter itu dan memberikan pesan kepada Febby dan segera pergi dari sana di ikuti Azriel yang menghantarkan dokter itu keluar ruangan Febby.
"Kamu jangan main ambil kepuasan sendiri ya, di sini aku yang berperan jadi kamu jangan sok jadi penguasa pakai mengambil keputusan tanpa persetujuanku," marah Febby saat Azriel sudah kembali lagi ke ruangannya setelah mengantarkan dokter tadi.
Azriel diam, dia tidak membalas ucapan istrinya, tapi dia malah berjalan semakin mendekat kepada Febby.
"Aku suami kamu, jadi aku berhak mengambil keputusan sendiri demi kesehatan kamu, aku gak mau kamu sakit seperti ini," ucap Azriel setelah sampai di samping Febby.
"Cih, jangan sok peduli deh sama aku, aku tahu pasti sekarang di dalam hatimu sedang tertawa kan melihat nasibku yang seperti ini," balas Febby memfitnah Azriel.
."Astaghfirullah hallazim, aku gak pernah berpikir jahat seperti itu sama kamu, aku cinta sama kamu, mana mungkin aku tega melihat kamu sakit seperti ini, yang aku bisa hanya memberikan fasilitas yang berbaik buat kamu," balas Azriel sabar.
"Ckckck mulutmu ternyata sama saja kayak cowok lain, mulutmu sangat manis sekali, sampai sampai aku enek lihatnya," balas Febby yang tak ada habis habisnya dia menghina Azriel, tapi Azriel tetap sabar dalam menghadapinya.
"Semua yang aku katakan itu benar, aku tidak pernah berbohong kalau aku benar benar mencintai kamu," balas Azriel meyakinkan.
"Halah bulsit, semua cowok juga pada bilang seperti itu kalau lagi becanda," balas Febby yang masih saja belum percaya.
"Ya sudah terserah kamu saja ingin beranggapan seperti apa kepada diriku, yang penting sekarang kamu harus makan dulu habis itu minum obat biar cepat sembuh," suruh Azriel perhatian.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Susi Sidi
gemes, aku ma febby kapan sadar nya sih.. gitu amat ma azriel..
2023-07-07
0