4. Titik Awal

Basecamp ALTARES terisi penuh oleh beberapa anggota inti dan yang lainnya. Setiap pulang sekolah atau memiliki waktu luang, mereka pasti akan berkunjung ke basecamp.

Ruangan yang sedikit besar itu disertai ruang tidur dan dapur, karena beberapa dari mereka kadang suka bermalam disini.

"WOI RAZI JELEK BALIKIN BUBU GUE." Teriak cewek dengan rambut yang dikuncir kuda.

"NISA, BUBU LO LEBIH JELEK DARI GUE." Jawab Razi tak mau kalah.

Anisa Ratu Mayla. Satu-satunya anggota inti perempuan. Nisa juga kekasih dari Algazar, Nisa memiliki sifat yang agak nakal, jail, dan keras kepala. Namun siapa sangka cewek itu sangat jago dalam ilmu bela diri.

Nisa dan Razi berlari kejar-kejaran di dalam basecamp bak seperti kucing dengan tikus. Karena tidak memperhatikan sekitar, Nisa terjatuh karena tersandung kaki Reza.

Bruk!

Alga yang melihat kekasihnya terjatuh, ia segera bangkit dari duduknya dan berlari ke arah Nisa. Cewek itu sedikit meringis karena nyeri pada lututnya.

"Ica nggak papa? Mana yang sakit?" Tanya Alga khawatir.

Alga menuntun Nisa agar duduk di kursi dekat meja bundar, Alga benar-benar khawatir tingkat atas jika menyangkut Nisa. Nisa adalah dunianya, Nisa adalah bahagianya, Nisa adalah separuh nafasnya.

"Lutut Ica sakit," Adu Nisa dengan wajah menggemaskan. "Razi jahat, masa Bubu dikatain jelek."

Sedangkan Razi menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia takut jika nanti Alga akan menghajar dirinya habis-habisan. Devano yang menyaksikan itu tidak tinggal diam, ia mengambil paksa Bubu dari tangan Razi dan memberikan kepada Nisa.

"Tenang aja Ca, Razi bakal gue bikin jadi dadar gulung, karena udah bikin adik gue luka." Ucap Devano Bak seperti seorang kakak.

"Sekalian bikin dia mati aja Dev."

"Ica..." Tegur Alga

Nisa hanya tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya. Jika Alga sudah bicara dengan nada seperti itu, nyali Nisa akan menciut secara tiba-tiba. Nisa paling takut membuat Alga marah. Soal Bubu, itu adalah boneka bebek yang pernah Alga berikan sebagai kado ulang tahunnya dulu.

Menurut Nisa, Bubu itu seperti Alga. Jadi jika dirinya merindukan cowok itu, dia akan memeluk Bubu dengan penuh cinta.

"Anjing, lo curang!" Teriak seseorang dari meja pojok.

"Lo aja yang lemah." Jawab Karlo

"Kalau lo nggak injak kaki gue, gue tadi yang menang." Ucapnya tidak terima.

"Okta, Karlo, jangan kayak anak kecil. Ganggu gue aja lo, berisik." Protes Arka yang sejak tadi mencoba untuk tenang.

Okta Vian Nugroho-Inti ALTARES yang memiliki sifat hampir sama dengan Razi, random dan begitu ceria. Okta dan Karlo tengah adu panco, karena sejak tadi Karlo menginjak kakinya jadi Okta terus-menerus kalah karena itu.

Arka duduk disebelah Reza dan memegangi kepalanya yang sedikit pening. Jika ingin mencari ketenangan bersebelahan dengan Reza mungkin akan membantu, karena cowok itu jarang sekali bicara dan tidak mau melakukan hal yang tidak penting baginya.

Alga yang sudah mengobati lutut Nisa beralih duduk di depan Arka.

"Ka, lo ada masalah?" Tanya Alga yang memang sedikit tahu tentang kehidupan cowok itu.

"Gue gak tau Al, gue harus gimana sekarang?" Arka bersender disofa dan memejamkan matanya. "Alasan buat gue hidup udah nggak ada." Ucapnya ngelantur

"Mati aja." Tutur Reza yang sejak tadi mengamati dua sahabatnya.

Sontak itu membuat perhatian seisi ruangan beralih pada mereka bertiga. Ucapan Reza memang pedas seperti cabe rawit, namun cowok itu sebenarnya memiliki hati seperti malaikat tanpa sepengetahuan mereka.

"Zi, kembaran lo kalau ngomong nggak ngotak ya." Ucap Devano yang kini tengah bermain dengan Nisa dan Bubunya.

"Dia udah bosen hidup makannya bilang kayak gitu, iya nggak Za?" Jawab Razi yang sekarang menatap Reza.

Reza hanya menatap malas saudara kembarnya itu, tiba-tiba ponsel Reza bergetar menandakan ada telepon masuk. Jari cowok itu memencet tombol hijau dan menaruh ponselnya ditelinga.

"Hallo."

Seluruh anggota ALTARES melihat Reza dengan tatapan penuh tanda tanya. Pasalnya raut wajahnya seketika berubah drastis, walaupun Reza selalu memasang wajah datar, raut wajahnya yang kini mudah ditebak.

"Jangan panik, gue kesana. Dan satu lagi, teleponnya jangan dimatiin." Begitulah yang Reza katakan dengan lawan bicaranya di telepon.

"Ada apa Za?" Tanya Alga melihat Reza mengambil jaket kebesarannya dan memakainya.

Langkah Reza terhenti ketika didepan pintu basecamp dan berbalik. "Bukan urusan lo." Setelah itu Reza benar-benar hilang dari pandangan mereka semua.

Kulkas dua pintu mau kemana?

...*****...

Suasana malam hari begitu menenangkan, suara deruman motor terdengar begitu merdu di telinga Arka. Cowok itu mengendarai motor sport nya dengan kecepatan sedang.

Pikiran cowok itu benar-benar kosong sekarang, banyak sekali beban yang ia pikul.

Lampu hijau seketika berubah berwarna merah, membuat Arka terpaksa mengerem mendadak. Untung saja Arka mahir mengendarai motor kebesarannya itu. Ponsel Arka bergetar dan menampilkan sebuah notifikasi muncul dilayarnya.

Bos Besar

|Ka, bisa kesini?

^^^Arka^^^

^^^Bisa. Kemana?|^^^

Bos Besar

|Ke cafe tempat biasa

^^^Arka^^^

^^^Siap meluncur|^^^

Arka memasukkan kembali ponselnya kedalam saku, lampu yang semula merah juga kini sudah berubah menjadi hijau. Dengan kecepatan maksimal cowok itu meluncur ketempat yang dimaksud.

Kondisi jalanan yang memang tidak terlihat ramai membuat cowok itu cepat sampai tujuan. Arka memarkirkan motornya dan segera berjalan kearah pintu cafe. Matanya menelusuri seisi cafe, sampai matanya menangkap sosok pria paruh baya.

"Malam om." Arka berjabat tangan dengan pria itu.

"Malam Ka, silakan duduk." Pria itu mempersilahkan Arka duduk, ia juga sudah memesankan minuman untuk cowok itu.

"Jadi om Rey manggil Arka kesini ada apa?" Tanya Arka to the poin

Reyhan-Pria paruh baya yang merupakan mantan Ketua ALTARES pada masanya. Pria itu sangat ditakuti oleh semua orang, namun hatinya tidak seseram cerita belaka.

Reyhan juga memiliki perusahaan yang cukup menjulang tinggi, dan tak banyak pula pesaing yang ingin menjatuhkan usaha yang telah ia bangun.

"Om mau minta tolong sama kamu." Ucapnya setelah menyeruput kopi ditangan nya.

"Minta tolong apa ya?"

Rey menghembuskan nafasnya kasar. "Kamu tau kan pesaing bisnis om banyak, om takut dengan keadaan yang seperti ini mereka bakalan nyakitin anak om."

Arka masih setia mendengarkan cerita Rey, apapun yang pria itu katakan pasti akan Arka usahakan untuk memenuhinya. Rey itu sangat berharga, dia sangat berjasa terhadap ALTARES.

"Jadi, om minta tolong kamu supaya bisa jagain anak om."

Arka mengangguk paham. "Boleh om, ciri-ciri anak kayak gimana? Biar Arka gak salah orang."

Rey memberikan dua foto putrinya yang cantik diatas meja, lalu tangan Arka terulur untuk mengambilnya. Dahinya berkerut kala melihat cewek tidak asing dalam foto itu.

"Itu putri saya, namanya Aluna Tasya Aprilia," Rey nampak menjeda ucapannya. "Dia juga satu sekolah sama kamu jadi itu bakal mempermudah tugas kamu buat jagain dia."

Arka beralih dan menatap Rey dalam. Mana mungkin ia akan mengecewakan pria itu, pria yang sudah sangat berjasa baginya dan ALTARES besar.

"Akan Arka lakukan yang terbaik om."

Rey berdiri dan menepuk pundak Arka pelan. "Makasih Ka, om tahu kamu bisa diandalkan. Om pamit ya, putri om udah nyariin."

Arka menganggukkan kepalanya. "Sama-sama om, om hati-hati dijalan.''

Rey pergi meninggalkan Arka sendiri dicafe, sementara Arka terus memandang foto ditangan nya. Dadanya tiba-tiba terasa sakit dan nyeri. Kepalanya tiba-tiba saja terasa sedikit pusing.

Arka menggeleng dan menepis pikiran itu jauh-jauh. Ia tidak boleh terlihat lemah seperti ini. Arka memejamkan matanya sambil memegangi dadanya.

"Loly, gue kangen."

...*****...

Cewek dengan piyama ungu tengah memandangi sebuah foto wanita ditanganya, bibirnya tersenyum sehingga membentuk bulan sabit.

Dia tengah berada di teras balkon kamarnya, menikmati angin malam yang menembus kulitnya. Cewek itu memandang langit yang terhiasi bintang-bintang yang bersinar terang.

"Ibu." Cicitnya

Mata cewek itu terpejam membiarkan angin menyapu rambutnya, dia akan membayangkan jika ibunya lah yang sedang mengelus pucuk kepalanya dengan penuh kasih sayang.

Suara langkah kaki membuat nya membuka matanya, dia menoleh kebelakang dan hampir terkejut dengan kehadiran Rey yang tiba-tiba disini.

"Ayahh?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!