Tak terasa waktu berputar sangat cepat. Sudah 1 tahun lamanya anggota ALTARES bersekolah di SMANBA. Tidak banyak perubahan dari mereka, ALTARES GANG memiliki anggota yang lumayan banyak 370 orang. Diantara mereka juga banyak dari sekolah lain.
Tak banyak pasang mata yang memandang mereka buruk, orang lain beranggapan bahwa gang mereka hanya membuat onar saja, bahkan orang-orang belum tahu seluk beluk mereka. Tapi tak sedikit pula orang yang merasa kagum pada mereka.
Deruman suara motor terdengar keras menuju parkiran SMANBA. Banyak pasang mata yang melihat penuh kagum pada inti ALTARES. Di pagi-pagi begini mereka disuguhi sarapan cogan-cogan SMANBA.
Aluna yang tadinya ingin melanjutkan langkahnya, kini terhenti. Bola matanya menyeleksi sudut didepan sana. Matanya menyipit kala mendapati temannya berdiri mematung menatap kagum segerombolan gang motor itu.
"Nara."
"ASTAGFIRULLAH, KAGET GUE LUN!" Nara memegangi dadanya sembari mengelus pelan.
"Masih pagi, jangan kebanyakan ngelamun."
"Nah itu, gue lagi cuci mata," Matanya kembali menatap laki-laki yang bertengger di motor kebesarannya, laki-laki itu masih setia memasang wajah datarnya. "Lumayan kan pagi-pagi dapet asupan kinclong."
Motor sport itu berjajar rapi di parkiran. Banyak siswi-siswi yang berhenti dan melihat ciptaan Tuhan yang hampir sempurna itu. Kesangaran mereka mampu membuat siapa saja tunduk.
Salah satu dari mereka ada yang menatap balik Nara dan Luna, dengan cepat Luna mencekal pergelangan Nara agar gadis itu mengikutinya.
"Yaelah Lun, gue-
"Ada yang liatin kita. Gue ngeri," Potong Luna cepat. Sebenarnya Luna tidak takut sama sekali dengan siapa mereka itu. Namun karena hari ini adalah jadwal piket bagiannya, Luna tidak ingin berlama-lama diluar sana membuang waktunya sia-sia.
"GILA, ADA CEWEK YANG LIATIN REZA!" Teriak Karlo saat dirinya melihat dua gadis yang menatap kearah inti ALTARES.
"Yakin, mata lo nggak katarak kan? Emang ada yang mau sama kulkas berjalan kayak dia," Tutur Razi saudara kembar dari laki-laki itu.
Penuturan Razi sontak mendapat tatapan tajam dari saudara kembarnya itu. Razi hanya cengengesan menanggapi itu. "Sori Za, gue gak berani."
"Cemen, sama kembaran sendiri takut," Lalu Devano mengedarkan pandangannya, cewek yang dimaksud Karlo sudah tidak ada didepan sana. "Tapi bagus si, biar Reza nggak dikatai homo."
"Bacot." Reza memilih pergi dari pada meladeni temannya yang kurang waras.
"Mau ke kelas Al?" Tanya Arka mengamati Alga yang sibuk dengan buku ditangannya.
Laki-laki itu menggeleng lalu menutup bukunya. "Ada rapat Osis."
Algazar, laki-laki itu sekarang menjabat sebagai ketua OSIS. Kecerdasan yang laki-laki itu miliki memang tidak main-main. Selain itu, Al juga berbeda kelas dengan teman-temannya. Arka dan yang lainnya berada di kelas 11 IPS 1, sedangkan dirinya berada di kelas 11 MIPA 2.
"Jadi pengin kayak Aga."
"Perbaiki diri dulu Zi, cewek lo aja banyak, sok-sokan mau jadi kayak Alga." Serobot Devano.
"Gue cuma gabut macarin mereka semua." Ucapnya tanpa dosa.
Mata teduh milik Arka tidak sengaja bertubrukan dengan mata coklat laki-laki yang ia benci. Laki-laki yang merebut segalanya yang seharusnya menjadi milik Arka. Laki-laki yang selalu menebar perhatian kepada keluarganya.
Saat laki-laki itu berjalan mendekat kearahnya, dengan cepat Arka menghindar, ia langsung berjalan meninggalkan teman-temannya.
"Woy bos, mau kemana?!" Teriak Karlo yang melihat ketua ALTARES pergi begitu saja.
"Lapangan." Jawabnya.
Lalu Karlo, dan Razi menyusul Arka yang sudah jauh. Sedangkan Devano tetap diam menatap sendu laki-laki didepannya.
"Sabar ya, lo kuat Lang. Arka cuma kecewa sama orang tuanya bukan sama lo." Devano menepuk pundak laki-laki itu, berusaha menyemangati.
"Thanks Dev."
Devano tersenyum dan pergi menyusul ketiga temannya. Hari ini memang jadwal pertama adalah olahraga, jadi Devano pergi ke kamar mandi dan segera mengganti pakainya.
...*****...
Lapangan dengan rerumputan hijau segar dipenuhi oleh siswa-siswi SMANBA. Hari ini adalah jadwal olahraga kelas 11 IPS 1 dan 12 MIPA 1.
Seperti biasa Pak Anwar selaku guru olahraga memberikan pertandingan basket pada setiap kelas. Mengingat bulan depan SMA NEGERI BANGSA akan mengikuti pertandingan basket dengan beberapa sekolah terbaik.
Sorak sorai teriakan beberapa siswa terdengar begitu keras dan semangat.
Dua kubu dari dua kelas itu terus menyemangatinya kelas mereka masing-masing.
Saat laki-laki bertubuh jangkung dengan mata teduh, berhasil memasukan bola kedalam ring basket, saat itulah terdengar gemuruh suara penonton yang saling berseruan.
"Lo hebat bos seperti biasanya." Ucap Devano bertos ria dengan Arka, begitu juga dengan Reza, Razi, dan Putra teman sekelas mereka.
"Gue kan ganteng."
"Emang apa hubungannya, Ka?" Tanya Putra bingung
"Nggak ada," Arka mengguyar rambutnya yang basah kebelakang, sontak itu membuat beberapa kaum hawa berteriak histeris. "Gue emang ganteng."
"Ganteng doang tapi jomblo." Ucap Razi sembari menaikan bajunya sampai memperlihatkan perutnya.
"Mau gue penggal pala lo?!" Arka menatap tajam Razi yang cengengesan.
"Stres." Cibir Reza pelan
Suara peluit sudah terdengar menandakan permainan berlanjut.
Pertarungan sengit terjadi saat Arka berhadapan dengan Raki, ketua gang KABOR. Musuh bebuyutan dari ALTARES gang. Raki memang kerap mencari masalah dengan inti Altares.
"Kayaknya kali ini tim gue yang menang." Sombong Raki saat dirinya menghadang Arka
"Dalam mimpi lo." Jawab Arka sedikit berbisik.
Di tengah lapangan sanah, Arka bermain dengan sangat lincah. Laki-laki itu memang jagonya bermain basket, bahkan Arka memiliki beberapa piala yang dipajang dirumah. Lemparan Arka jarang sekali meleset, jadi keberuntungan buat mereka yang satu tim dengan Arka.
Di menit-menit terakhir, laki-laki bertubuh jangkung dengan rambut yang basah karena keringat itu, berhasil memasukan bola ke dalam ring sebelum waktunya selesai. Sorak-sorai para penonton semakin keras melihat kemenangan di kelas 11 IPS 1.
"UNTUK KELAS 11 IPS 1, HARI INI DAPAT TRAKTIRAN!!." Teriak Devano dari tengah lapangan.
"Emangnya lo punya duit? Untung lo sama gue aja belum lo bayar." Tanya Razi.
Arka, Devano, Putra, Razi, dan Reza berjalan menepi ke tepi lapangan. Terik matahari yang menyengat kulit mereka membuatnya terasa terbakar.
Kenapa pak Anwar tidak mengatakannya di lapangan dalam ruangan saja. Ah ya kata guru itu, ruangan itu sedang direnovasi.
"Hehe. Kan yang bayar bos Arka, yakan bos.'' jawab Devano cengengesan.
"Huuu." Teriak Razi, dan putra kompak.
...*******...
Seperti dugaan sebelumnya, seisi kantin penuh dengan siswa-siswi kelas 11 IPS 1. Setiap meja disuguhi makanan dan minuman yang begitu banyak. Mereka tidak akan menyia-nyiakan begitu saja, selagi ada gratisan kenapa tidak. Bahkan jika ada kelas lain yang datang kesini itu, tidak diperbolehkan. Kantin ini sudah dibooking sehari oleh Arka untuk mentraktir teman-temannya.
Inti ALTARES mengambil tempat duduk di bagian pojok, meja itu sudah diklaim oleh mereka. Jika ada yang mendudukinya, maka hukumannya bukan main-main.
"Jadi kangen Nisa." Ucap Devano ngelantur.
"Mau mati lo!" Alga menatap tajam Devano.
Anisa Ratu Mayla-Satu-satunya inti ALTARES perempuan. Gadis itu sedikit bandel dan usil kepada siapa saja, suka mencari gara-gara. Namun jika Nisa sudah berhadapan dengan Alga, gadis itu sudah tidak berani menatapnya. Alga itu dunianya, Alga adalah cintanya, Alga juga alasan untuk Nisa bertahan hidup.
"Ampun Aga sayang," Devano menirukan bak ucapan Nisa. "Gue tuh cuma nganggep Nisa kayak adik gue."
"Santai Ga, Nisa itu ratunya ALTARES. Jadi sampai kapanpun bakal kita jaga." Tutur Razi.
"Kenapa Nisa sama Okta gak pindah aja kesini? Kan lebih seru, gue bisa bogem-bogeman sama Okta." Tanya Karlo yang tengah memainkan ponselnya.
Tak ada yang menjawab suasana nya hening, bukan tidak mau, tapi mengurus perpindahan dari sekolah asal mereka itu sulit dan lama. Belum lagi mereka harus mengejar pelajaran yang tertinggal nantinya.
Razi yang merasa tenggorokannya kering, lantas berdiri dan memesan minuman. Namun dari arah depan tiba-tiba ada yang menabraknya dan menumpahkan jus Alpukat ke seragamnya.
"ANJIR." Teriak Razi reflek karena saking kagetnya, apalagi dingin dari minuman itu menembus kulitnya.
Perhatian inti ALTARES teralihkan dan menatap dua orang itu. Alga menyipitkan matanya kala melihat perempuan yang tidak asing baginya.
"Aduh, sori gue bener-bener gak sengaja." Panik Luna saat melihat seragam laki-laki itu bercampur dengan jus Alpukat yang dirinya bawa.
Razi menatap perempuan di depannya. Raut wajah khawatir jelas tercetak disana. "Lo bukan kelas 11 IPS kan?"
Aluna menggeleng. "Gue anak MIPA."
Laki-laki bertubuh jangkung dengan mata teduh berdiri dari duduknya, ia menghampiri mereka berdua. Tangan laki-laki itu dimasukkan kedalam saku, dasinya ia kalung di leher bak seperti tukang parkir.
"Lo ke kamar mandi, bersihin tuh seragam. Kalau perlu beli lagi," Ucap Arka kepada Razi. Lalu laki-laki itu menatap perempuan didepannya. "Lo buta."
Aluna tercengang. Apa maksud ucapan laki-laki didepannya. 'Buta' jika iya mana mungkin Luna bisa berjalan dari kelas ke kantin sendirian. Dan kenapa wajah laki-laki itu nampak menahan amarah.
"Hah?" Beo Luna.
Arka mengacak rambutnya kasar, lalu laki-laki itu menggebrak meja sehingga menjadi pusat perhatian di kantin. Seluruh pasang mata kini fokus pada Arka dan Luna.
"LO BUTA APA GIMANA!! JELAS-JELAS DIDEPAN SANA ADA TULISAN, 'HANYA KELAS 11 IPS YANG BISA MASUK KE KANTIN'." Bentak Arka tepat di depan Luna.
Sedangkan Luna sedikit terkejut karena suara keras Arka. Dia tidak pernah dibentak selama 17 tahun ini. Dan perihal kesalahan kecil, laki-laki di depannya ini dengan mudah membentaknya.
"Gue cum-
"Sok kecantikan lo hah! Mau apa, mau caper?" Arka nampak menjeda kalimatnya. "Basi. Lo itu sama aja kayak perempuan diluar sana, yang dengan suka rela menawarkan tubuhnya kepada lelaki hidung belang."
PLAK!
Satu tamparan meluncur ke pipi tampan Arka. Wajah Arka nampak memerah. Ini kali pertama ada yang berani menampar Arkabian. Memang ucapan Arka tadi sudah sangat keterlaluan. Tetapi Arka tidak suka jika perintahnya di bantah oleh siapa saja.
Arka dengan cepat mencekal tangan Luna dan sedikit melintirnya untuk memberi hukuman padanya.
"Awhh sakit." Rintih Luna
Teman-teman Arka hanya bisa melihatnya dengan sorot mata kasihan. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa jika Arka sudah bertindak seperti ini. Emosi Arka sangat sulit untuk reda sebelum menghajar seseorang.
"Berani banget lo ya, selama ini nggak ada yang berani menampar Arkabian Selat Muara." Arka melintirnya lebih keras. "Cuma lo yang berani seperti ini."
"Sakit, lepasin."
Akhirnya dengan berani Alga melepaskan cekalan tangan Arka pada Luna. Bisa ia lihat, Arka menatap tajam dirinya. Dengan sekali pukulan menyebabkan wajah Alga oleng ke samping.
"Nggak usah ikut campur." Ucap Arka datar.
Alga mengusap pelan pipinya yang terasa nyeri. "Cuma kesalahan kecil Ka, lo harus bisa ngendaliin emosi lo. Gue juga disini bukan kelas IPS kan, tapi gue di bolehin masuk, apa itu adil?"
Arka menatap malas Algazar. Sebelumnya dirinya pergi, ia sempat melihat name tag perempuan itu 'Aluna Tasya Aprilia'. Ia akan selalu mengingat perempuan yang berani menampar dirinya ditempat umum.
"Awas lo!"
Setelah itu Arka benar-benar pergi meninggalkannya. Alga tersenyum sebelum menyusul Arka dan inti ALTARES lainnya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Luna berjalan kembali ke kelasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Fumiko Sora
ada masalah apa tuh si Arka, sampai2 nyerang & ngatain Luna kek gitu? hmmmm.. cowok kok kasar sama cewek. banci itu namanya😌
2023-06-10
1
Bintang Ray234🌸🌸
Semangat terus ya kak, bila akak ad waktu lebih alias waktu luang mampir yuk ke cerita aku berjudul "Cinta Yang Diawali Dengan Permen" terimakasih💪💪
2023-06-04
1