"Sayang, di ujung gang ada yang jual mie ayam. Kamu mau beli?" tawar Husain mendongak menatap Azalea.
Azalea yang sedang menyisir rambut Husain pun mengangguk dengan semangat.
"Mau,"
Melihat keantusias-an Azalea, Husain terkekeh kecil. Jari - jari tangannya yang kokoh ia bawa untuk mengusap tangan kiri Azalea yang menganggur.
"Kalau begitu kita buat kesepakatan,"
Kening Azalea berkerut bingung memandang kearah sang suami.
"Kita berdua akan lomba lari menuju ke kedai nya. Siapa yang kalah, dia yang akan membayar mie ayam nya. Bagaimana?" ujar Husain.
"Oke, deal," sahut Azalea yakin.
Ketika mereka berjalan ke luar rumah, mereka berpapasan dengan ibu yang baru saja balik dari rumah tetangga.
"Mau kemana?" tanya Ibu saat melihat anak dan menantunya keluar dari rumah.
"Mau ke kedai mie ayam di depan gang Ibu. Ibu mau mie ayam juga?" ujar Azalea sekalian menawari sang mertua.
Ibu Husain tersenyum, "Tidak, Nak. Tadi Ibu sudah disuguhi makanan sama tetangga," tolak Ibu halus.
"Kalau begitu Husain dan Aza pergi dulu ya, Bu," pamit Husain.
Kedua pengantin baru itu berdiri di garis start dengan bersejajar. Terlihat keduanya sangat fokus dan bersemangat untuk memenangkan lomba lari yang akan mereka lakukan.
"1,"
"2,"
"3,"
"GO!!" teriak Husain lantang.
Azalea langsung berlari sekuat tenaganya mendahului Husain. Begitu pula dengan Husain. Namun karena Azalea yang dulunya saat sekolah sering mengikuti lomba lari, wanita itu jadi lebih memiliki kecepatan yang tinggi dalam berlari di banding Husain.
Para tetangga yang melihat lomba lari dadakan yang dilakukan oleh pengantin baru itu hanya mengulum senyum maklum. Ada rasa gemas ketika melihat tingkah lucu keduanya dalam membangun chemistry di dalam rumah tangga mereka.
"Lucu ya mereka,"
"Mereka juga cocok banget. Yang satu masyaAllah ganteng banget, yang satunya juga masyaAllah gak kalah cantik,"
"Iya bener. Cara membangun chemistry nya unik banget,"
"Iya, semoga rumah tangga mereka sakinah mawadah warahmah ya. Aamiin,"
"Bahagia banget ya kalau rumah tangga di landasi dengan cinta Allah,"
Beberapa ibu - ibu komplek turut menyanjung Husain dan Azalea yang terlihat bahagia satu sama lain.
Balik lagi dengan Azalea, gadis itu terlihat tersenyum cerah kala mendapati dirinya hampir mendekati garis finish. Kedua tungkai kakinya ia bawa berlari dengan langkah yang besar, sehingga hanya butuh beberapa detik saja Azalea sudah tiba di depan kedai mie ayam yang Husain maksud.
"Yeay, Aza menang!" pekiknya bahagia.
Husain yang tertinggal lumayan jauh di belakang Azalea, membutuhkan waktu satu menit untuk menghampiri istrinya yang sedang terlihat bahagia.
"Abang, Aza menang," ujar Azalea sedikit sombong.
Husain tersenyum gemas. Tangannya ia bawa menuju pucuk kepala Azalea yang berbalut kerudung bergo untuk ia usap dengan sayang.
"Selamat ya, sayang," puji Husain tulus.
"Ayo Abang kita pesan mie ayamnya. Aza udah lapar banget karena udah menghabiskan banyak energi untuk lomba lari dengan Abang," ajak Azalea antusias dengan wajah menggemaskan.
"Ayo, sayang,"
Husain meletakkan jari - jemarinya yang kokoh di sela jari - jemari mungil Azalea. Menggenggam tangan mungil istrinya dengan erat seolah takut istrinya akan hilang ketika genggaman mereka terlepas.
"Mau pesan apa Mas, Mbak?" ujar Ibu penjual mie ayam.
"Mau pesan mie ayamnya dua, Bu. Sama es teh manisnya dua," jawab Husain ramah.
"Siap, mas. Mohon ditunggu sebentar ya,"
"Iya, Bu,"
Husain membawa Azalea untuk duduk di salah satu meja kosong yang letaknya sedikit ke pojokan. Tak lupa Husain menarik salah satu bangku dan mengelapnya dengan tisu yang ada di atas meja agar Azalea bisa duduk dengan nyaman.
"Terimakasih, Abang," ujar Azalea tulus.
Melihat act of service Husain untuknya, Azalea menjadi tersentuh. Sungguh Azalea beruntung diberikan imam seperti Husain.
"Sama - sama, sayang,"
Husain duduk di hadapan Azalea dengan sorot mata yang tak lepas memandang Azalea dengan hangat.
"Kenapa? Di wajah Aza ada sesuatu ya?" tanya Azalea panik.
"Gak ada, sayang," jawab Husain sekenanya. Namun, sorot matanya tak pernah berpaling sedikitpun dari wajah Azalea.
"Terus Abang kenapa lihatin Aza nya begitu banget?"
Bukannya menjawab, Husain malah balik bertanya pada Azalea, "Kamu gak capek ya?"
"Capek. Kan tadi kita habis lomba lari," jawab Azalea polos.
"Bukan itu, sayang,"
"Terus capek apa dong?"
"Kamu gak capek cantik terus?" jawab Husain tiba - tiba.
Blush
Pipi Azalea bersemu merah. Senyum malu - malu nya tak bisa lagi ia tahan.
"Abang diem deh,"
"Sayang Abang kalau malu - malu jadi tambah cantik deh. Bahagia terus ya, sayang," ujar Husain tulus.
"Aamiin. Abang juga bahagia terus,"
"Abang bahagia kalau kamu bahagia, sayang. Kebahagiaan Abang kan ada di kamu,"
"Abang kayaknya kalau gak nge-gombal sehari bibirnya kering ya," ujar Azalea pura - pura sinis.
Husain hanya menanggapi dengan kekehan kecil. Kedua tangannya ia gunakan untuk mengusap - usap punggung tangan Azalea. Memberikan kehangatan dan juga kenyamanan untuk sang istri kapan pun dan dimana pun.
Tak lama, mie ayam yang mereka tunggu - tunggu akhirnya datang.
"Ini Mas, Mbak, mie ayam nya. Selamat menikmati,"
"Terimakasih, Bu,"
"Sama - sama,"
Husain meletakkan sendok dan garpu yang sudah ia lap dengan tisu ke hadapan Azalea. Setelahnya ia melakukan hal yang sama pada sendok dan garpu miliknya.
"Terimakasih, Abang,"
"Sama - sama, sayang,"
Ditengah - tengah menikmati mie ayamnya, Husain tiba - tiba saja meletakkan sendok dan garpu nya di atas meja yang sudah di alasi dengan tisu. Tangannya dilipat di meja dan menatap lurus ke arah Azalea yang sedang menyeruput mie ayam miliknya.
"Kenapa?" tanya Azalea yang menyadari Husain sedang menatapnya.
"Kayaknya mie ayam Abang rasanya kurang pas deh,"
"Masa sih? Mie ayam Adek rasanya pas kok. Malah enak banget," ucap Azalea kebingungan.
"Masa sih? Mana coba, Abang mau rasain mie ayam punya kamu,"
Azalea mengangguk, tangan lentiknya menyendok kan mie ayam miliknya beserta beberapa suwiran ayam ke arah Husain.
"Punya kamu enak banget, sayang." puji Husain setelah menelan mie ayam di mulutnya.
"Aza mau nyobain punya Abang juga dong. Masa sih kurang pas,"
Husain mengangguk. Dengan semangat pria yang memiliki senyum manis itu menyendok kan mie ayam miliknya beserta beberapa suwiran ayam ke arah Azalea.
Saat mie ayam milik Husain masuk ke dalam mulutnya, Azalea mengernyit bingung. Setelah mengunyah dan menelan mie ayam yang ada di mulutnya, Azalea menatap heran pada Husain.
"Enak kok. Rasanya juga pas," ujar Azalea.
"Sebenarnya rasanya memang pas sayang, tapi menurut Abang lebih enak lagi kalau makannya di suapin sama kamu. Jadi suapin ya, cintaku," pinta Husain memelas.
Azalea mendengus malas.
"Ya udah sini Aza suapin,"
Husain tersenyum cerah. Mangkok mie ayamnya ia sodorkan ke arah Azalea.
"Ayo buka mulutnya." pinta Azalea yang mulai menyuapkan Husain.
Tak ingin berlama - lama, Husain langsung membuka mulutnya dan menerima suapan dari Azalea.
"Manja banget sih. Suaminya siapa sih ini?" goda Azalea.
Dengan mulut penuh, Husain menjawab Azalea, "Suaminya Azalea Hilya Meccayla dong. Yakan, sayangkuh," jawab Husain lantang.
"Iya, ayo ini habiskan dulu mie ayamnya,"
"Kamu juga makan dong, sayang. Sini Abang suapin juga."
Tanpa memperdulikan sekitar, Husain dan Azalea makan dengan saling menyuapkan. Membuat siapapun yang melihatnya merasa iri dengan keromantisan yang mereka ciptakan berdua. Apalagi para jomblo yang pengen nikah muda.
- To Be Continue -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
anggita
mie🍜 ayam... koyoe enak tenan..
2023-06-11
0