Husain mengalihkan pandangannya ketika ia mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman ketika mendapati Azalea yang berdiri di depan pintu sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Mau di bantuin gak, cintaku?" tawar Husain.
Azalea yang sedang mengeringkan rambutnya langsung menghentikan pergerakan tangannya. Matanya menatap lurus ke depan dimana Husain sedang duduk selonjoran di atas ranjang.
Sejenak Azalea termenung. Menimang apakah ia terima saja tawaran yang Husain tawarkan padanya.
"Boleh," ujar Azalea pada akhirnya.
"Sini, cintaku," Husain menyuruh Azalea untuk berjalan mendekat ke arahnya.
Ketika Azalea sudah duduk di hadapannya, Husain langsung mengambil alih handuk yang Azalea pegang. Dengan gerakan lembut dan penuh hati - hati, Husain mengeringkan rambut Azalea menggunakan handuk. Setelah setengah kering, Husain menyalakan hairdryer dan melanjutkan mengeringkan rambut Azalea dengan menggunakan hairdryer.
"Nah, rambut kamu sudah kering. Mau sekalian disisir?"
Azalea lantas mengangguk semangat.
Setelah rambutnya selesai disisir, Azalea membalikkan badan nya menghadap ke arah Husain.
"Terimakasih, sayang," ujar Azalea sedikit menggoda.
Blush
Untuk pertama kalinya Azalea dapat melihat raut wajah salting Husain. Pria yang sudah berstatus menjadi suaminya itu terlihat tersenyum malu - malu dengan telinga yang memerah.
Azalea berjalan ke arah meja riasnya untuk memakai rangkaian skincare pagi nya. Selama step by step Azalea memakai urutan skincare-nya, mata Husain tak pernah berkedip memandang ke arah istrinya. Azalea yang sadar dengan kelakuan suaminya itu hanya membiarkan saja.
Setelah semua rangkaian skincare-nya Azalea pakai, kini jari lentik Azalea mengambil tiga buah liptint dengan warna yang berbeda.
"Aza cocoknya hari ini pakai liptint yang warna apa?" tanya Azalea meminta pendapat pada Husain.
Husain yang tadinya terlalu fokus memandang Azalea langsung tersentak mendapati Azalea tiba - tiba bertanya padanya. Tapi sedetik kemudian ia langsung menormalkan raut wajahnya.
Dengan tangan mengusap - usap dagu, Husain bertingkah seolah ia sedang berfikir keras.
"Kayaknya warna yang ditengah cocok deh, sayang,"
Mendapatkan jawaban dari suaminya, Azalea lantas langsung memoles liptint warna peach pilihan suaminya ke bibir tipisnya.
Setelahnya, Azalea kembali menghadap ke arah Husain, "Gimana? Bagus gak?" tanya Azalea lagi.
"MasyaAllah. Kamu cantik banget sih, cinta," puji Husain tulus.
Mendengar pujian suaminya, Azalea menjadi salting brutal. Gadis itu mengalihkan pandangannya menjadi menghadap ke depan. Kedua tangannya ia bawa untuk menangkup kedua pipinya yang memerah.
Namun, tiba - tiba saja Husain berjalan mendekati Azalea dan langsung mengecup pucuk kepala Azalea dengan mesra.
"Abang tunggu di meja makan ya, cinta." bisik Husain mesra.
Lagi dan lagi, Azalea kembali dilanda salting brutal akibat perbuatan dari suaminya.
Mendengar suara pintu yang ditutup, Azalea lantas berteriak kecil demi melampiaskan rasa saltingnya.
"Gemes banget sih, suamiku. Pengen gigit pipinya deh," ujar Azalea disela saltingnya.
Tiba - tiba saja, Azalea mendapatkan sahutan dari arah belakangnya.
"Mau gigit pipi Abang? Nih cobain, Abang ikhlas kok. Asalkan bidadari Abang senang," sahut Husain yang ternyata belum keluar. Ia hanya membuka pintu lalu menutupnya seolah dirinya berjalan keluar dari kamar.
Azalea yang tadinya terkikik geli langsung terdiam. Kepalanya dengan perlahan berputar mengarah ke arah pintu dimana Husain berdiri menyender di samping pintu dengan sebelah tangan berada di dalam saku celananya.
"Hai, sayang," sapa Husain riang.
Azalea menelan ludah gugup.
Husain yang melihat Azalea dilanda gugup, tersenyum manis. Dengan langkah tegap dan pasti, Husain berjalan ke arah Azalea.
"Nih pipi Abang. Tadi katanya mau gigit kan." ujar Husain menyodorkan pipinya di depan wajah Azalea.
...-HUSAIN dan AZALEA-...
Siang ini, Azalea dan Husain langsung pindah ke rumah ibu Husain. Mereka berdua sudah memasukkan koper berisi baju dan segala peralatan milik Azalea ke dalam bagasi mobil. Tak lupa juga mereka membeli beberapa buah tangan untuk di berikan kepada ibu Husain nantinya.
"Assalamu'alaikum, Ibu," sapa Husain kala pria itu melangkahkan kakinya memasuki rumahnya sambil menggeret koper besar milik Azalea.
Dari arah belakang, Azalea mengikuti setiap langkah Husain dengan menunduk. Dirinya dilanda gugup karena ini adalah kali pertamanya Azalea menginjakkan kaki di rumah sang mertua.
"Wa'alaikumussalam, Nak," sahut wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah memasuki kepala lima.
"Alhamdulillah, akhirnya kalian datang juga ke rumah Ibu," sambut ibu Husain dengan bahagia.
Azalea berjalan mendekati ibu mertuanya. Tak lupa Azalea menyalim tangan ibu mertuanya yang terlihat sangat senang dengan kedatangan mereka berdua.
"Apa kabar, Ibu?" tanya Azalea berbasa-basi.
"Alhamdulillah, Ibu baik, Nak. Kamu apa kabar, sayang?" tanya ibu Husain balik.
"Alhamdulillah, kabar Azalea juga baik Ibu. Oh iya ini Azalea bawain brownies untuk Ibu. Ibu harus cobain deh, rasanya enak banget. Soalnya ini brownies kesukaan Aza," ujar Azalea dengan semangat.
"Oh ya? Kalau begitu ayo kita ke dapur. Ibu juga pengen nyobain brownies kesukaannya menantu Ibu," ucap ibu Husain tersenyum lembut.
Mertua dan menantu itu saling berjalan beriringan menuju dapur. Meninggalkan Husain sendiri dengan koper besar di sampingnya.
Husain yang melihat interaksi antara ibunya dan juga istrinya tersenyum bahagia. Tidak salah Husain menikahi Azalea secara tiba - tiba, walaupun bisa di bilang dengan cara sedikit memaksa.
Ibu dan Azalea sama - sama menikmati brownies coklat kesukaan Azalea di meja makan. Sesekali mereka berdua melemparkan candaan satu sama lain.
"Ibu bersyukur Husain dapat istri seperti kamu," ujar ibu dengan tiba - tiba.
Azalea yang sedang meminum air putih lantas menoleh ke arah ibu.
"Ibu salah, Aza yang beruntung dinikahi oleh anak Ibu," sahut Azalea tersenyum tulus.
Ibu menggeleng. Tangan ringkih nya ia bawa menggenggam tangan menantu satu - satunya. Husain itu anak tunggal, sejak umur 17 tahun, Husain hanya tinggal berdua dengan ibunya karena sang ayah sudah tiada.
"Nak, Ibu titip Husain ya. Ibu percaya kamu adalah istri terbaik yang Allah pilihkan untuk Husain,"
Azalea tersentuh. Dari raut wajah ibu mertuanya, dapat Azalea lihat bahwa ibu mertuanya itu sedang bahagia bercampur sedih.
"Ibu sudah tenang kalau seandainya Allah memanggil Ibu setelah ini. Karena anak Ibu sudah bersama kamu, wanita yang benar - benar ia cintai," lanjut ibu.
Azalea menggeleng. Tangannya menggenggam balik tangan ringkih ibu mertuanya.
"Gak, Ibu. Ibu harus sembuh. Aza masih mau bercanda gurau sama Ibu,"
"Nak, kita gak tahu kapan Allah memanggil kita, yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan segalanya. Jadi Ibu sudah ikhlas jika seandainya Allah memanggil Ibu setelah ini. Ibu juga sudah terlalu kangen dengan ayahnya Husain," tutur ibu sendu.
Azalea paham. Cinta ibu pada ayah bukan lagi tentang sampai mau memisahkan, tapi sampai Jannah kembali menyatukan.
"Kamu harus hidup bahagia sama Husain. Kalau bisa, kalian harus saling bergenggam tangan sampai jannahnya Allah. Bukan hanya sekedar bergandengan tangan di dunia saja,"
"Aamiin. Do'a-in kita berdua ya, Bu. Semoga Allah jodohkan Aza dan Husain dunia akhirat till jannah,"
"Aamiin,"
Di depan pintu dapur, Husain mendengar semua percakapan antara ibu dan juga istrinya. Air mata Husain tanpa di komando jatuh membasahi kedua pipinya. Rasanya Husain bahagia namun juga sedih.
"Ya Allah, terimakasih engkau telah mengizinkan hamba hidup bersama dengan Ibu dan juga istri hamba. Jangan lupakan hamba untuk bersyukur selalu ya Allah atas ketetapan yang telah engkau tetapkan untuk hamba. Aamiin," do'a Husain dalam hati.
-To Be Continue-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
anggita
ikut ng👍like aja. smoga novelnya sukses thor.
2023-06-11
1