"Astagfirullahal'adzim, Aza. Kamu dari tadi masih nangis? Udah dong, Nak,. Nanti kalau kamu nangis terus makeup nya jadi luntur." tutur Ibu sambil mengelap lembut air mata Azalea.
Azalea masih saja sesegukan menangis. Meratapi jalan takdirnya yang serba tiba - tiba. Tiba - tiba lulus kuliah, tiba - tiba keterima kerja, tiba - tiba beli mobil dengan hasil jerih payah sendiri, tiba - tiba terkena masalah dan sekarang tiba - tiba menikah?
"Aza, dengar Ibu," kali ini Azalea bisa melihat sorot mata ibunya yang serius.
"Setelah ini, kamu akan menjadi seorang istri, lalu jika diizinkan Allah, kamu juga akan menjadi seorang ibu. Nak, hidup itu tak semuanya sesuai dengan keinginan kita. Melainkan sesuai dengan ketentuan Allah. Yang harus kamu lakukan adalah sabar dan menjalankannya dengan ikhlas dan ridho. Ibu tahu kamu bisa melewati segalanya karena itu Allah memilihkan jalan ini. Jadi jangan menyesal ya, nak," pesan ibu.
Dengan linangan air mata, Azalea mengangguk. Setelahnya ia memeluk erat tubuh ibu. Karena setelah ini, ia pasti akan jarang bertemu dengan ibu dan ayahnya.
"Kamu harus menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Lakukan semuanya dengan niat kepada Allah SWT, maka kamu akan ikhlas dan bahagia," lanjut ibu lagi.
"Iya Ibu, terimakasih atas nasehatnya,"
"Ibu masih akan tetap menjadi Ibu Aza. Jadi jika ada sesuatu yang membuat Aza ragu, selain kepada Husain, Aza masih bisa berkeluh kesah pada iIbu,"
"Iya, Ibu,"
Karena terlalu larut, Azalea dan ibu bahkan tidak sadar jika pengucapan ijab kabul sudah selesai. Dengan kata lain, Husain dan Azalea sudah resmi menjadi pasangan suami istri sah secara agama dan juga hukum.
Kak Ina yang merupakan kakak kandung Azalea membuka pintu kamar Azalea dengan pelan. Dapat Azalea lihat raut wajah kakaknya yang terlihat bahagia ketika memandangnya.
"Ayo Aza kita ke depan, suami kamu sudah menunggu," ujar kak Ina.
Dengan perasaan campur aduk dan jantung yang berdetak kencang, Azalea menyambut uluran tangan kak Ina dan juga ibu.
"Bismillahirrahmanirrahim," ujar Azalea lirih.
Azalea sudah berdiri di depan Husain yang kini telah berganti status menjadi suaminya, kegugupan Azalea mendadak bertambah berkali - kali lipat. Bahkan rasanya tubuh Azalea akan merosot jika saja kedua tangannya tak di pegang oleh kak Ina dan ibu.
Setelah duduk berdampingan dengan Husain, penghulu menyodorkan berkas - berkas pernikahan mereka berdua untuk ditandatangani. Dirasa semua berkasnya sudah selesai ditandatangani, kini penghulu menginstruksikan Azalea untuk mencium punggung tangan Husain.
"Mempelai perempuannya dipersilahkan untuk mencium punggung tangan mempelai laki - laki,"
Mendengar ucapan dari penghulu, perasaan Azalea bertambah gugup. Rasanya sekujur tubuh Azalea mendadak bergetar karena sangking gugupnya.
"Ayo, Aza dicium tangan suami kamu," ujar ibu lembut.
Ketika tangan Azalea hampir menyentuh tangan Husain, tiba - tiba saja Azalea menarik kembali tangannya.
Husain yang menyadari kegugupan Azalea, lantas mengambil inisiatif dengan lebih dulu menggapai tangan Azalea untuk ia genggam. Sontak saja hal itu membuat Azalea terkejut.
Dengan tangan yang bergetar, bahkan Azalea yakin bahwa Husain menyadari tangannya yang bergetar, Azalea membawa punggung tangan Husain untuk ia cium dengan takzim.
"Alhamdulillah," seru tamu undangan yang sepertinya sudah greget menunggu Azalea mencium punggung tangan Husain.
"Setelah ini, giliran mempelai laki - laki yang mencium kening mempelai perempuan," ujar penghulu lagi.
Sebelum mencium kening Azalea, Husain meletakkan tangan kirinya di ubun - ubun Azalea. Sementara tangan kanannya menengadah. Azalea yang melihat hal itu, sontak langsung menengadahkan kedua tangannya mengikuti apa yang Husain lakukan.
Sudut bibir Husain terangkat membentuk sebuah senyuman manis di bibirnya. Gemas sekali melihat tingkah polos istrinya.
Kedua mata Husain terpejam. Dengan khusyuk Husain memanjatkan do'a khusus untuk istrinya.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih. AAamiin,"
Selesai melantunkan do'a, Husain mencium kening Azalea dengan lembut. Sangking lembutnya, Azalea bahkan sampai memejamkan matanya meresapi setiap desiran hangat di dadanya.
Husain yang menyadari Azalea masih memejamkan matanya berinisiatif menggoda Azalea.
Ia dekatkan wajahnya ke telinga kanan Azalea lalu membisikkan kalimat yang mempu membuat Azalea dilanda salting brutal.
"Kamu cantik banget, sayang. Saya beruntung Allah izinkan menikahi kamu dan menjadi imam kamu dunia akhirat,"
Blush
Kedua pipi Azalea menghangat. Senyumannya tak dapat lagi ia tahan.
"Kayaknya kamu kebanyakan pakai blush on deh, sayang. Merah banget itu pipinya." goda Husain sembari mengelus lembut kedua pipi Azalea.
Tamu undangan yang melihat keromantisan pengantin baru itu hanya dapat menggigit jari sambil mendumel. Apalagi bagi mereka yang jomblo.
"Romantisnya dilanjutin lagi nanti ya, kasian itu para tamu yang menyaksikan keromantisan kalian berdua, apalagi yang jomblo," ujar kak Ina sedikit menggoda.
Husain terkekeh kecil mendengar sindiran disertai godaan yang kak Ina lontarkan. Sedangkan Azalea memilih menundukkan kepalanya. Terlalu malu untuk sekedar menatap para tamu.
...-HUSAIN dan AZALEA-...
Husain dan Azalea kini berada di dalam kamar Azalea yang sudah di sulap secantik dan semenarik mungkin. Keduanya tampak grogi dan juga gugup.
Husain sedikit berdehem sebelum dirinya membuka suara.
"Saya mau sholat sunnah," ujar Husain tiba - tiba.
Azalea yang mendengar itu sontak berdiri dari duduknya.
"Oke. Saya siapin sajadah dan sarungnya." setelah mengatakan itu, Azalea langsung berjalan menuju lemarinya untuk mengambil sarung dan juga sajadah untuk Husain. Sementara Husain sendiri sedang berada di dalam kamar mandi untuk melakukan wudhu.
Melihat Husain yang akan melaksanakan sholat sunnah, Azalea mendadak ingin ikut berjama'ah dengan Husain.
"Eh tunggu. Saya boleh ikut?" tanya Azalea dengan wajah polos dan memohonnya.
Husain menarik sudut bibirnya. Jika tidak ingat ia sudah dalam keadaan berwudhu, maka ia akan berlari menerjang sang istri dengan banyak ciuman. Terlalu gemas sampai hampir kehilangan kendali.
"Boleh, sayang. Saya tunggu," ujar Husain.
Selesai melakukan sholat sunnah, Husain dan Azalea kembali duduk di tepi ranjang.
"Azalea bolehkah saya berkata jujur? Karena saya ingin terjalin komunikasi yang baik diantara kita dan kelanjutan rumah tangga kita," tanya Husain memecah keheningan diantara mereka berdua.
"Tentu, silahkan. Saya akan mendengarkannya," jawab Azalea dengan gugup.
"Istriku, maafkan saya, karena sesungguhnya sebelum saya menikah dengan kamu, saya telah lama mengagumi dan memendam rasa cinta kepada seorang gadis. Tapi pada akhirnya saya menikahi kamu. Kamu adalah istri saya dan saya adalah imam kamu, maka dari itu, mari kita berdua bersama - sama membangun keluarga yang diridhoi Allah," ujar Husain lembut.
Mendengar penuturan Husain, Azalea lantas mendongak menatap netra pekat milik sang suami. Dadanya terasa sakit mendengar penuturan yang Husain lontarkan padanya.
Sedangkan Husain yang melihat mata Azalea berkaca - kaca menjadi panik. Di dekatinya Azalea yang masih melihat dirinya dengan mata yang berkaca - kaca.
"Istriku, cintaku, Azalea sayang, astagfirullahal'adzim, maaf sayang. Saya tak ada maksud ingin menyakiti kamu. Demi Allah saya hanya ingin jujur padamu. Saat ini kamulah pemilik cintaku. Ratu yang menguasai hatiku," ujar Husain menenangkan.
Azalea blushing.
"Lalu kenapa kamu menikahi saya jika kamu mencintai gadis lain?" tanya Azalea menuntut.
"Gadis itu kamu sayang. Saya sudah lama memendam perasaan sama kamu. Karena itu saya melamar kamu di depan kedua orang tua kamu dan menjadikan kamu istri saya. Selain ingin membuat ibu saya bahagia di sisa - sisa umurnya, saya juga ingin meminang kamu untuk saya jadikan ratu di hati saya," jelas Husain lagi.
Azalea mengulum senyum malu - malu. Dan itu terlihat sangat lucu dimata Husain.
"Boleh saya memeluk kamu, cintaku?" pinta Husain lembut.
Mendengar permintaan pertama suaminya, Azalea mengangguk malu - malu.
Sedetik kemudian, Azalea bisa merasakan pelukan hangat dan nyaman selain pelukan ayahnya.
"Terimakasih sudah sudi menerima saya sebagai suami kamu," tutur Husain lembut.
"Lalu bagaimana tentang one years marriage agreement?" tanya Azalea cemberut.
"Batal, cintaku. Saat itu saya hanya melakukan siasat agar kamu masuk dalam jebakan saya," jawab Husain sambil terkekeh.
"Bapak nyebelin juga ya. Saya udah capek-capek galau dan nangis. Eh malah di prank," sahut Azalea sinis.
Cup
Husain mencium gemas bibir Azalea dengan tiba-tiba.
"Bapak kok cium - cium saya sih," rajuk Azalea.
Cup.
Sekali lagi, Husain kembali mencium bibir Azalea dengan gemas.
Sebelum Azalea kembali protes, Husain terlebih dahulu menyampaikan keinginannya.
"Kamu dilarang memanggil saya dengan panggilan bapak. Kalau kamu panggil saya dengan panggilan bapak, maka saya akan hukum kamu dengan mencium bibir kamu. Paham, cintaku?"
Azalea mendengus malas. Tapi tak urung kepalanya mengangguk mengiyakan ucapan Husain.
- To Be Continue -
Fyi, aku terinspirasi dari kisah malam pertama anak kesayangan nabi Muhammad SAW, yaitu Fatimah dengan suaminya, Ali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments