Keesokan paginya Adrian yang sedang menikmati sarapan paginya berserta keluarganya sembari mengobrol santai.
“Mas, apakah Dina akan kembali bekerja lagi setelah resign dari perusahaan,” tanya Alia seraya menyantap roti di atas meja makan.
“Sepertinya tidak sayang suaminya melarang Dina untuk tidak bekerja kembali setelah melahirkan, jadi aki harap sekretaris baru itu dapat bekerja dengan baik,” sahut Rian seraya menatap wajah sang istri.
“Oh iya hari ini jadwal kamu periksa kandungan ya, selepas meeting aku akan menemanimu,” sambung Rian kembali.
Jam telah menunjukkan pukul 07.00 Rian pun bersiap-siap untuk berangkat bekerja sembari mengantarkan Sasa putri kecilnya ke sekolah.
Alia mengantarkan Rian hingga di depan teras rumah.
“Sayang aku pergi ke kantor dahulu,” ucap Rian sembari mencium lembut kening Alia serta perutnya.
“Hati-hati di jalan Mas,” sahut Alia seraya tersenyum kepada suaminya.
“Iya sayang, ayo Sasa kita berangkat,” ajak Rian menggandeng tangan mungil Sasa.
Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil, Sasa membuka kaca mobil seraya melambaikan tangannya ke ibunya.
“Dadah Mamah,” pekik Sasa melambaikan tangannya.
Rian pun mulai menjalankan mobilnya menuju sekolah Sasa yang searah dengan kantornya.
Di dalam perjalanan Sasa mengajak mengobrol ayahnya.
“Pah, kapan adik Sasa lahir?” tanya Sasa yang polos.
“Kenapa sayang? Yah kemungkinan 4 bulan lagi.”
“Sasa sepi di rumah, kalau adik sasa lahirkan Sasa bisa ajak main Pah.”
“Kamu sudah tidak sabar ya, punya teman bermain,” ujar Rian tersenyum kepada sasa seraya mengusap-usap kepalanya dengan lembut.
“Iya Pah,” ujar Sasa.
30 menit di perjalanan akhirnya Rian telah sampai di sekolah Sasa.
Rian memarkirkan mobilnya setelah itu keluar dari mobil bersama anaknya.
“Pah Sasa sekolah dulu ya,” ujar sasa yang mencium punggung tangan ayahnya.
“Iya Sasa, sekolahnya yang pintar,” ujar Rian seraya mencium pipi Sasa.
Sasa pun berjalan masuk ke dalam sekolah sementara Rian kembali masuk ke dalam mobilnya menuju kantor.
Di dalam perjalanan menuju kantor Rian sesekali melihat jam tangannya yang melingkar di tangan kirinya.
“Sudah hampir jam 8 aku harus cepat-cepat,” ucap Rian seraya mempercepat laju mobil.
Tidak perlu memakan waktu lama Rian pun sudah tiba di pakiran kantor, ia keluar dari mobilnya berjalan dengan cepat menuju kantor.
Setibanya di kantor, Rian saat itu sedang gesa-gesa berjalan menuju ruang meeting, sesekali ia meliat ke arah jam tangan yang telah menunjukkan jam 08.00.
Hingga Rian tidak fokus pada langkahnya dan menabrak seseorang.
Bruuk!
“Aduh!” pekik seorang wanita yang juga tengah tergesa masuk ke ruang meeting.
Kertas-kertas yang ia bawa pun berhamburan di lantai.
“Maaf saya tidak melihat anda tadi,” ucap Rian yang ikut membereskan kertas-kertas yang berhamburan di lantai.
“Tidak, saya juga salah karena tidak memperhatikan jalan,” sahut Bella seraya memperhatikan wajah Rian.
Mereka berdua pun berdiri dan masuk ke dalam ruang meeting berbarengan, terlihat beberapa karyawan yang telah ruang meeting.
Rian pun berjalan menuju tempat duduknya.
“Sebelum meeting ini di mulai saya ingin memperkenalkan sekretaris baru kita penganti bu Dina, Bella perkenalkan dirimu,” ujar Rian yang mengarahkan pandangannya ke Bella.
Bella pun berdiri dari tempat duduknya dan mulai memperkenalkan dirinya.
“Perkenalkan nama saya Bella sekretaris baru di perusahaan ini, mohon bimbingannya,” ucap Bella yang kembali duduk ke tempat duduknya.
Rian pun melanjutkan meetingnya kembali.
Satu jam telah berlalu Rian pun keluar dari ruangan meetingnya dan kembali menuju rumah untuk mengantarkan istrinya kembali dokter kandungan.
Sesampainya di rumah, terlihat Alia yang sedang menunggunya di ruang tamu.
“Sudah lama menunggunya, maaf ya sayang tadi meetingnya agak lama,” ujar Rian yang mendatangi istrinya di ruang tamu.
“Tidak Mas, aku baru saja menunggumu,” sahut Alia seraya tersenyum kepada Rian.
“Mari aku antar kamu ke dokter sayang,” ucap Rian seraya menggandeng tangan Alia.
Mereka berdua berjalan keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.
Rian mulai menjalankan mobilnya menuju dokter kandungan.
Di dalam perjalanan menuju dokter kandungan mereka berdua pun mengobrol santai.
“Oh iya bagaimana tadi meetingnya Mas?” tanya Alia.
“Berjalan dengan lancar sayang, tapi Papah menginginkan agar jasa pengiriman itu dapat sampai dengan cepat. Kamu tahu sendiri sayang kendalanya yang over load di penerbangan,” ucap Rian sambil mendengus.
“Sabar ya Mas, aku yakin kamu bisa mengatasi semua ini,” sahut Alia seraya mengusap-usap bahu Rian.
Rian pun meraih tangan Alia dan langsung mengecupnya dengan lembut.
“Terima Kasih ya sayang,” sahut Rian seraya menatap wajah sang Istri.
Tidak terasa mereka telah sampai di rumah sakit, Rian pun menggandeng Alia berjalan menuju dokter kandungan.
Sesampainya di ruangan sang dokter Alia pun merebahkan tubuhnya di ranjang pasien, dokter segera meletakkan alat USG untuk melihat calon bayi yang di kandung Alia.
Semua mata tertuju pada layar monitor yang memperlihatkan pergerakan bayi di dalam perut Alia.
“Bagaimana Dok?” tanya Rian seraya masih menatap layar monitor itu.
“Perkembangan janinnya bagus, Bayi sehat,” ucap dokter seraya menjalankan alat di perut Alia.
Alia tersenyum mendengar pernyataan dari dokter.
Setelah selesai dokter memberikan vitamin kepada Alia, dan mereka berdua pun kembali pulang.
Sesampainya di rumah Rian pun kembali berpamitan kepada istrinya untuk pergi ke kantor kembali.
“Sayang aku kembali ke kantor lagi ya,” ucap Rian sembari mencium kening istrinya.
“Papa pergi dulu ya, jangan nakal,” ucap Rian sembari mengecup lembut perut istrinya itu.
Rian pun pergi menuju kantornya lagi. Mobilnya melaju membelah ramainya jalanan kota.
Sesampainya di kantor, Rian kembali duduk di depan meja kerjanya yang masih penuh dengan tumpukkan kertas itu hingga terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok.
“Masuk.”
Bella pun masuk sambil membawa baki yang di atasnya ada segelas minuman.
“Permisi pak, jni saya bawakan minuman,” ucap Bella.
“Ya sudah kamu taruh di samping saja,” ucap Rian sembari tetap fokus memandangi kertas dengan penuh gambar grafik serta tabel itu.
Bella pun menaruh minuman tersebut, namun Bella cukup ceroboh.
Ia tidak sengaja menyenggol gelas yang baru saja ia letakkan hingga minuman itu tumpah dan membasahi baju serta celana Rian.
“Aduh maaf pak!” ucap Bella.
Bella langsung mengambil tissue dan mencoba membersihkan minuman yang tumpah di celana Rian.
“Sudah tidak perlu biar saya saja,” ucap Rian.
Bella tidak peduli, ia tetap membersihkan celana Rian dengan tissue yang ia ambil di atas meja kerja Rian.
Hingga Natan tiba-tiba datang.
“Ehem,” Natan mendeham.
“Masih siang ini, masa udah bagitu aja,” ucap Natan lagi.
“Apaan sih, kamu pikir aku ngapain?”
“Bella kamu bisa pergi biar saya yang bersihkan sendiri,” ucap Rian.
“Baik pak,” ucap Bella yang pergi meninggalkan mereka berdua.
Rian pun berdiri dan membersihkan kemeja serta celana dengan sapu tangan yang ia bawa.
“Udah basah aja, hebat juga si Bella” ucap Natan sambil tertawa.
“Otakmu itu sepertinya perlu aku cuci,” sahut Rian.
Natan pun tertawa lepas melihat wajah Rian yang kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Novi Ovi Naira
Wah Idaman baanget si Abang Rian.
tapi temennya itu dih, bikin orang ger...
2023-08-07
0
Putri Minwa
👍👍👍
2023-06-09
0
MasWan
ini nih, yg hanya melihat sebagian tanpa keseluruhan, hanya tau ujungnya tanpa tau kejadian awal seperti apa
2023-06-07
1