Setelah membaringkan tubuh Baby Ken di box dalam kamar yang di desain untuk bayi itu, Dila kembali ke basemen untuk mengambil barang barangnya yang masih tertinggal di mobil.
Ada 2 tas besar lagi yang berisi pakaian dan perlengkapan lainnya milik Baby Ken di sana dan juga 1 koper yang berisi pakaian Dila sendiri.
Di saat ia masih tersengal karena membawa barang berat itu, di depan pintu Alif dengan santainya berkata hal yang membuatnya seketika naik darah.
"Aku akan mencarikan baby sitter baru buat Ken besok." Ucap lelaki itu.
Tas yang masih dalam tentengan Dila pun ia jatuhkan begitu saja lalu ia mengusap keringat yang mengucur di keningnya.
"Maksudnya?" Dila mengernyitkan tak mengerti.
"Aku berencana menggantikanmu dengan pengasuh baru yang sesuai pilihanku" jawab Alif santai.
"Tapi bukankah dalam kontrak yang saya tanda tangani waktunya adalah 3 bulan?" Tanya Dila lagi.
"Aku bisa mengubah isi kontrak itu sesuka hatiku. Dan karena dari awal aku tidak menyukaimu untuk mengasuh anakku."
Dila mengulas senyum getir. Ia tak tau apa masalah lelaki di depannya ini hingga begitu tak menyukainya dan menunjukkannya langsung.
"Kalau saya tidak setuju,bagaimana?" Tantangnya dengan berani.
Alif menatapnya tajam. "Apa hakmu untuk tidak setuju? Jangan coba coba untuk membawa bawa status pernikahan ini karena sampai kapanpun aku tidak akan mengakuinya!" Sentak Alif begitu emosi.
"Saya juga tidak ingin menganggap pernikahan ini di akui. Saya hanya ingin melaksanakan kewajiban saya dan bertanggung jawab kepada Nyonya Rubiana karena beliau yang membawa saya bekerja di rumah Anda." Jawab Dila. "Dan kalau memang Anda ingin menggantikan saya dengan mencari baby sitter baru, Anda katakan saja pada Nyonya Rubiana supaya dia memecat saya terlebih dulu" lanjutnya berapi api.
"Kau.."
Kerongkongan Alif rasanya tercekat karena kalimat yang keluar dari mulut Dila. Ia tak mengira jika gadis kampung itu akan berani membantah ucapannya dan mendebatnya.
" Oeek..Oeekk..!"
Perdebatan keduanya seketika di kejutkan oleh suara tangisan Baby Ken yang terdengar begitu nyaring dan menggema. Dengan perasaan lega karena bisa lepas dari hadapan Alif, Dila beranjak menuju kamar.
" Cup.. Cup.. Sayang.. Kamu udah bangun? Haus ya? Tante buatkan susu dulu ya" Dia menggendong bayi yang terus menangis itu dan menyiapkan susu. Untung saja di tas yang di bawanya tadi ada termos kecil yang sudah di isi air panas sehingga memudahkannya membuat susu.
"Anak baik, minum susunya nih" Dila menyodorkan botol susu itu ke mulut Baby Ken dan langsung di sedot dengan lahap. Dila bernapas lega karena ternyata bayi itu menangis hanya kehausan.
Namun setelah susunya habis, Baby Ken kembali merengek dan menangis lagi dengan suara kuat dan tubuhnya dia geliatkan seperti orang tidak nyaman.
"Duh.. Apa popoknya sudah penuh ya?" Gumam Dila lalu membaringkan bayi itu di ranjang dan membuka baju serta memeriksa popok Baby Ken dan ternyata masih kosong. Merasa mungkin dia kegerahan mengenakan popok itu, Dila pun membukanya. Namun, tangis bayi itu makin kencang.
"Kenapa, Sayang? Panas ya? Kita mandi, hmm?" Dila kembali mengajak Baby Ken bicara sambil menggoyangkan tubuh bayi mungil itu berharap bisa mendiamkannya.
Dengan sabar dan telaten Dila menyiapkan baju ganti Baby Ken sambil menggendong anak itu yang terus saja menangis histeris.
***
Keringat sudah mengucur di kening Dila, setelah mandi pun bayi itu tetap saja menangis hingga suaranya hampir hilang.
"Kamu kenapa, sih Ken? Apa ada yang sakit badannya? Kok nangis terus?" Ucapnya frustasi dan kehabisan akal karena tidak pernah pernahnya bayi yang di urusnya selama hampir satu setengah bulan ini bertingkah begitu.
" Kamu apakan anak ku? Dari tadi menangis terus" Alif yang dari tadi mendengar tangis anaknya dari ruang kerja pun akhirnya mendatangi Dila ke kamar anaknya.
" Saya juga tidak tau kenapa Ken menangis begini. Biasanya dia akan diam dan tidur setelah mandi dan minum susu. Mungkin dia tidak mau tinggal di sini, Tuan" jawab Dila seadanya.
"Ck..Jangan ngawur kamu. Mana mungkin anak sekecil itu tau dimana tempatnya biasa" balas Alif tak mau tau.
"Buktinya semenjak keluar dari rumah Nyonya tadi dia terus saja menangis. Apa Tuan akan tetap egois membiarkan dia begini demi keinginan Anda?" Akhirnya Dila tak tahan untuk tidak mengeluarkan uneg unegnya.
Alif melihat anaknya yang masih menangis itu dan juga melirik penampilan Dila yang sudah kacau sekali, bahkan rambutnya sudah tak teratur lagi.
" Untuk malam ini coba dulu bujuk dia agar bisa diam dan tenang. Kalau mau kembali ke rumah utama aku tidak sanggup lagi karena capek" ucapnya kemudian dan melenggang menuju kamarnya hendak beristirahat.
Dila menghela napasnya karena keegoisan majikannya yang tidak kasihan sedikitpun melihat anaknya yang sudah seperti ketakutan itu.
" Ken.. Untuk malam ini kita bobok di sini dulu ya, Nak. Besok baru kita kembali ke rumah Opa. Jadi tolong diam ya" Dila mencoba membujuk dengan kata rayuan yang tentu saja tidak akan di mengerti bayi berumur 6 bulan tersebut.
Dila sudah merasa sangat lelah sekali mengurus bayi itu sejak di mobil tadi hingga ia belum sempat makan dan sekarang sudah merasa sangat lapar.
Teringat tentang makan, Dila baru menyadari jika ia tidak tau akan makan apa di sini karena ia belum sempat mengecek ke dapur apakah ada bahan makanan yang bisa di masak.
Merasa perutnya tidak bisa di ajak kompromi lagi dan kepalanya sudah mulai pening karena kelaparan sementara Baby Ken masih saja menangis, akhirnya Dila menggendong bayi itu dan menuju dapur. Ia tak akan membiarkan dirinya kehabisan tenaga karena akan berakibat buruk kepada Baby Ken nantinya jika ia kenapa kenapa.
Dila sampai di di dapur dan melihat isi kulkas, namun ternyata kosong dan hanya berisi air mineral 2 botol. Ia kemudian membuka kabinet dan menemukan 2 bungkus mi instan.
Sambil terus berusaha mendiamkan Baby Ken agar diam, Dila mencari keberadaan kompor agar bisa memasak mi instan tersebut namun tak di temukannya. Dila hampir saja menangis karena putus asa, mana Baby Ken terus merengek dan meronta dalam gendongannya.
Hingga kemudian netranya melihat dispenser di ujung ruangan itu, Dila pun membuka mi instan itu dan meletakkannya di sebuah mangkok kemudian menyeduhnya dengan air panas dari dispenser.
"Alhamdulillah..Akhirnya bisa makan juga" gumamnya merasa sedikit lega. Sambil menunggu mi nya lembek, Dila kemudian membuatkan susu untuk Baby Ken berharap bisa mendiamkan anak itu.
" Minum ya, Nak. Kamu pasti capek nangis terus. Tante janji, besok kita keluar dari tempat ini ya? Sekarang diam ya?" Ucapnya sambil menyodorkan botol susu itu kepada Baby Ken.
Entah karena kelaparan atau kelelahan menangis terus, akhirnya setelah susu dari botol itu habis, Baby Ken pun tertidur di gendongan Dila.
"Huft..Akhirnya bisa makan" gumamnya merasa lega dan mengambil mangkok yang berisi mi instannya tadi bersiap hendak makan.
" Apa itu? Kamu mau makan sendiri sedangkan aku kau biarkan kelaparan? Sini makanannya buat aku saja!" Tiba tiba suara bariton Alif terdengar mengejutkannya, pria itu datang dan menyambar mangkok mi dari hadapan Dila tanpa rasa kasihan sedikit pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments