2. Sengaja Menyentuh?

"Setelah kami kembali dari London, sebaiknya kamu segera resmikan pernikahan kalian ke kantor KUA agar seluruh dunia tau jika kamu sudah menikah, Alif" suara tegas Teuku Rizal memecah keheningan di dalam mobil yang di setir oleh Alif menuju bandara.

"Apa harus,Yah? Bukankah pernikahan siri juga sudah sah?" Jawab Alif malas

"Memang sudah sah tapi hanya di mata agama saja dan tidak di mata hukum. Ayah tidak mau nanti anak kamu yang lahir dari Dila tidak di catat dan tidak di akui negara. Cukup Kenzi saja yang mengalami nasib malang itu" lagi lagi suara Teuku Rizal terdengar tegas memperingatkan putranya yang pernah melakukan kesalahan fatal sehingga lahirlah baby Ken ke dunia.

Terdengar helaan napas berat dari bibir Alif. Lelaki berjambang tipis itu tidak menanggapi lagi ucapan sang ayah karena mengingat betapa besarnya salahnya di masa lalu.

Setelah pesawat yang di tumpangi kedua orangtuanya berangkat, Alif menuju Mall tempatnya bekerja selama ini.

Dan di sinilah dia sekarang. Duduk di kursi kebesarannya dan menyandarkan punggung di sandaran kursi empuk tersebut sambil memejamkan matanya.

Pikirannya begitu kacau karena pernikahan mendadak yang di rencanakan oleh bundanya. Apalagi melihat istri barunya itu yang sungguh sangat di bencinya karena begitu mudah menerima perjodohan itu.

"Aku akan membuatnya benar benar menyesal karena menikah denganku. Pasti dia melakukan itu karena bunda memberikannya banyak uang. Dari penampilannya pertama kali datang ke rumah dia terlihat begitu gembel" monolognya sinis.

Dan demi menjalankan rencananya itu,Alif yang mengatakan tidak akan pulang ke rumah orang tuanya segera mengambil kunci mobilnya dan meninggalkan ruang kerjanya.

Dia berubah pikiran dan akan memulai aksinya untuk menyingkirkan baby sitter Ken itu dari hidupnya selagi orang tuanya tidak di rumah.

"Pak, ada beberapa investor yang ingin menemui Anda siang ini untuk membahas kerja sama mengenai pembangunan restoran di kota Medan" ucap Stefy sekretaris pribadi Alif ketika lelaki itu baru membuka pintunya.

Alif melirik sekilas pada sekretarisnya yang mengenakan baju ketat dan juga rok span ketat di atas lutut hingga menampakkan lekuk tubuhnya yang montok itu.

"Kamu handle dulu semua urusan pekerjaan. Hari ini saya tidak ingin di ganggu."

Selesai mengatakan itu Alif meninggalkan Stefy yang terbengong di depan pintu.

"Kenapa dengan Pak Alif hari ini? Tidak biasanya meninggalkan pekerjaan. Apa ada sesuatu yang terjadi?" Gumamnya keheranan melihat tingkah atasannya yang tidak lazim.

Satu jam kemudian Alif tiba di rumah mewah bertingkat dua milik orang tuanya. Sebenarnya dia tinggal di sebuah apartemen mewah di pusat kota yang letaknya tidak jauh dari mall tempatnya bekerja. Namun sejak kehadiran Baby Ken, Rubiana mengajak mereka tinggal di rumah itu supaya dia bisa merawat bayi itu karena Alif pasti tidak bisa mengurusnya sendiri.

Dilara yang baru saja membuatkan susu untuk baby Ken terkejut melihat kedatangan Alif.

"Loh, Tuan bukannya Anda bilang tadi tidak akan pulang malam ini? Tapi kenapa siang siang malah sudah datang?" Tanyanya basa basi.

"Jaga bicaramu. Ini rumahku jadi aku mau pulang atau tidak itu terserahku. Jangan mencampuri urusanku, ingat poin di dalam surat kontrak itu!" Jawab Alif tajam dan terkesan tak suka.

Dilara menggedikkan bahunya acuh. Memang salahnya karena membuka mulut di hadapan laki laki kaku itu. Dia pun segera membawa langkahnya menuju sofa di ruang keluarga karena dia meninggalkan baby Ken di sana.

***

Sampai di ruang tengah, Dila mendengar rengekan baby Ken sepertinya bayi itu kehausan.

"Cup..cup..cup...Sayang jangan nangis. Ini susunya sudah Tante buatin.  Di minum dulu ya biar hausnya hilang" gadis itu segera menempelkan ujung botol susu ke mulut si bayi setelah dia mengambilnya dari strollernya.

Dilara memandangi baby Ken yang menghisap susunya dengan lahap hingga terdengar suara dari mulutnya.

" Sayang, pelan pelan saja minumnya. Ini semua punya kamu kok, tidak ada yang akan merampasnya" kekehnya merasa geli melihat kelakuan bayi itu.

Alif yang tadi mengikuti Dilara ke ruang tengah itu memperhatikan interaksi keduanya. Dia merasa aneh melihat baby Ken yang begitu mudah lengket kepada Dilara padahal gadis itu baru satu bulan bekerja mengasuhnya.

Sebelumnya bayi itu tidak mau kepada siapapun kecuali kepada Rubiana saja bahkan padanya saja yang notabene ayah kandungnya Ken tidak mau. Namun kepada Dilara, Ken langsung lengket bahkan di hari pertama gadis itu bekerja.

Melihat pertumbuhan baby Ken yang semakin hari semakin meningkat di bawah asuhan Dilara membuat Alif merasa senang karena anaknya semakin sehat saja. Dia mengakui jika gadis itu begitu pintar merawat anaknya. Namun, hanya sebatas pengasuh saja dia mengagumi kinerja Dilara. Jika mengingat dia sudah menikahi gadis itu membuat hati Alif kembali kesal. Pasalnya dia tak suka dengan gadis yang di jodohkan padanya itu, entah apa sebabnya.

"Tinggalkan aku dengan Baby Ken di sini. Kamu kerjakan saja pekerjaan yang lain!" Ketusnya setelah melihat botol susu anaknya itu kosong dan berpindah ke perut.

Dilara mendongak dan lagi lagi terkejut melihat Alif sudah berdiri di depannya. Mungkin karena dari tadi dia asik mengajak baby Ken bicara jadi tidak menyadari kedatangan majikannya itu.

"Baik,Tuan" Dilara mengangguk patuh serta hendak meletakkan baby Ken ke dalam strollernya namun di cegah Alif.

"Biar aku gendong saja" tangan Alif terulur untuk mengambil anaknya dari pangkuan Dila. Gadis itu pun menyerahkan baby Ken dan tak sengaja kulit tangan mereka saling bersentuhan. Dilara terlihat biasa saja dengan hal itu, namun Alif malah membeku dan merasakan desiran aneh di sekujur tubuhnya.

"Bisa tidak kalau tidak menyentuhku? Kamu sengaja kan menyentuh tanganku? Cari kesempatan dalam kesempitan saja" gerutunya sinis untuk menutupi perasaan gugup yang tiba tiba di rasanya.

Dilara menatap aneh majikannya itu. Dia heran bagaimana caranya menyerahkan bayi itu ke tangan Alif tanpa menyentuh kulitnya?

"Maaf,Tuan. Saya tidak sengaja" Dia memilih minta maaf saja dari pada ribut.

"Sudah sana pergi!!"

Alif mengusir Dila dari hadapannya karena ia merasa tidak nyaman di dekat gadis yang sudah bergelar istrinya itu hari ini.

Dilara menarik napas lalu segera mengambil botol susu baby Ken yang sudah kosong dan membawanya ke belakang untuk di cuci dan di sterilkan sebelum digunakan lagi nanti.

"Anak Papa hari ini anteng banget ya. Sudah kenyang ya? Mau bobo lagi?" Alif mengajak anaknya berbicara seperti yang di lakukan Dilara tadi. Namun, baru saja selesai berkata begitu baby Ken malah merengek dan dalam hitungan detik sudah menangis dengan suara yang keras.

"Eh kenapa? Ini Papa loh,Nak, kenapa kamu menangis begitu ketika Papa ajak bicara?" Alif terlihat panik dengan tangisan anaknya yang semakin kencang itu hingga wajah bayi itu memerah.

"Dila!! Cepat kesini!!" Karena tak tau harus berbuat apa akhirnya Alif kembali memanggil Dila untuk menenangkan putranya yang seolah ketakutan melihatnya.

"Ada apa,Tuan? Kenapa baby Ken menangis sekuat itu?" Dilara datang tergopoh gopoh dan langsung mendekati Alif yang tampak panik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!