Baby Ken Demam

Alif yang sudah bersiap untuk tidur di ranjang empuknya tiba tiba merasa perutnya tidak nyaman. Ia pun teringat jika belum mengisi perutnya semenjak mereka tiba di apartemennya itu dari siang.

Pria yang mengenakan kaos bulat dan celana pendek selutut itu pun menuju kamar Dila berniat menyuruh gadis itu untuk memasakkan sesuatu untuknya, namun di lihatnya lampu dapur yang menyala dan sekelebat bayangan seseorang sedang menggendong berdiri di sana ia pun mendekat dan melihat ternyata Dila yang hendak makan.

Sedangkan Dila baru saja duduk setelah mengatur posisi Baby Ken nyaman dalam gendongannya supaya ketika dia makan tidak mengganggu tidur bayi yang mudah terbangun tersebut.

" Apa itu? Kamu mau makan sendiri sedangkan aku kau biarkan kelaparan? Sini makanannya buat aku saja!" Tiba tiba suara bariton Alif terdengar mengejutkannya, pria itu datang dan menyambar mangkok mi dari hadapan Dila tanpa rasa kasihan sedikit pun.

"Ck..Apa Tuan tidak ada perasaan sedikit pun? Itu mi nya saya buat untuk saya sendiri karena saya lapar sejak siang tadi belum makan. Kenapa Anda tega sekali merebutnya?" Dengan perasaan dongkol Dila menarik kembali mangkok mi tersebut dari Alif. Ia sungguh tak perduli lagi jika majikannya itu akan mengamuk karena sikap kurang ajarnya, namun sekarang yang penting dia harus menyelamatkan perutnya dulu supaya bisa fokus merawat Baby Ken yang mungkin saja nanti malam berulah kembali.

Alif jelas marah dan tak menyangka dengan sikap Dila yang berani melawannya.

" Kau melawanku? Siapa kau yang berani beraninya mengambil sesuatu di rumahku tanpa seizinku?!" Bentaknya dengan wajah merah saking kesalnya.

Dila kemudian mengambil sesendok mi tersebut dan menyuapkan ke dalam mulutnya. Ia harus makan agar bisa mendebat majikannya yang tidak punya rasa empati sedikit pun itu.

" Bukannya saya yang lancang mengambil apapun milik Anda di rumah ini, tapi Anda sendiri yang tidak peka. Sudah dari siang kita di sini tapi tidak ada menawarkan makanan. Saya ini manusia biasa yang merasakan lapar, Tuan. Dan jika Anda keberatan karena saya makan mi instan ini, tenang saja besok saya akan menggantinya dua kali lipat" ujarnya sambil terus melahap mi yang sudah agak dingin itu.

"Huhh... Sial sekali hidupku harus bertemu manusia sepertimu. Aku harap waktu 3 bulan segera lewat supaya kau cepat enyah dari hidupku!" Alif mengumpat karena kesal melihat Dila yang nyaris menghabiskan mi di dalam mangkok tersebut tanpa berbasa basi menawarinya.

" Anda tenang saja, Tuan. Waktu 3 bulan itu akan segera terlewati dengan cepat jika Anda tidak mengganggu saya. Dan saya pastikan ketika saat itu datang, saya akan pergi sejauh mungkin agar tidak pernah bertemu dengan Anda lagi" Dila menjawab dengan tenang. Kemudian dia minum air putih lalu beranjak menuju wastafel untuk mencuci mangkok dan gelas yang di gunakannya. Setelah itu dia pun melangkah menuju kamar Baby Ken berniat membaringkan bayi itu di boxnya dan meninggalkan Alif yang berdiri dan menatapnya dengan tatapan benci.

Namun, baru saja ia melepas kain gendong dari bahunya Baby Ken sudah menggeliat dan merengek. Sepertinya bayi itu tidak ingin di baringkan dan maunya di gendong saja.

Dila pun akhirnya kembali mengendongnya dan berjalan jalan di dalam kamar yang tidak terlalu luas itu sambil menepuk nepuk bokong anak asuhnya itu supaya tenang dan tidur kembali.

***

Pagi menyapa..

Dila memijit keningnya yang dirasa pening. Itu karena semalaman dia memang tidak tidur, lebih tepatnya tidak di biarkan tidur oleh Baby Ken yang langsung menangis ketika akan di baringkan di ranjang maupun box nya.

Alhasil, Dila pun begadang semalaman ini dan terus menggendong Baby Ken agar tidak menangis.

Pagi ini tubuh bayi itu sedikit hangat.

"Ken kamu demam,sayang?" Wajah kuyu Dila berubah panik setelah menyentuh wajah bayi yang masih terpejam itu.

Ini tidak bisa di biarkan, dia harus memberitau Alif agar bisa di bawa berobat segera.

Tok tok tok...

Dila mendatangi kamar Alif yang berada di ujung dan mengetuknya dengan tergesa gesa.

" Tuan, bangun!" Panggilnya panik sambil terus menatap wajah bayi di dalam gendongannya.

"Tuannn!" Dila terus memanggil Alif yang sepertinya tidak mendengar suaranya.

Ceklek

"Apa sih? Pagi pagi sudah bising, mengganggu saja" ketus Alif ketika pintunya sudah terbuka.

" Baby Ken sepertinya demam, Tuan. Saya tidak berani memberikannya obat karena kata nyonya Rubiana dia tidak boleh sembarangan makan obat kalau bukan dari Dokter" dengan cepat Dila melaporkan keadaan Baby Ken kepada majikannya.

Alif pun menyentuh kening anaknya dan merasa cemas karena memang badan anak itu begitu hangat sekali.

"Tidak perlu ke Rumah sakit. Aku akan menelepon Dokter keluarga supaya memeriksa keadaannya" ucapnya kemudian mengambil gawainya dan menghubungi seseorang.

"Cepat kemari dan bawa peralatanmu!"

Setelah mengatakan itu Alif mematikan gawainya dan melihat Dila yang masih berdiri di depan pintunya.

" Ngapain kamu masih berdiri di situ? Lakukan sesuatu supaya hangat di tubuh Ken bisa berkurang" ucapnya merasa kesal.

"Ba-baik, Tuan. Permisi" Dila tergagap dan segera meninggalkan tempat itu. Ia merasa aneh karena melihat Alif yang tidak begitu cemas melihat keadaan putranya yang tidak baik baik saja.

Dila pun ke dapur dan mengambil air serta baskom berniat mengompres bayi itu.

Setelah sampai di kamar, dia baru akan memulai kegiatannya mengompres ketika ponselnya berdering.

Dila pun mengambilnya dan melihat nama ibu mertuanya di sana.

"Hallo,Bunda" ucapnya dan menampilkan senyum terbaik.

" Hallo menantu Bunda. Lagi apa? Kamu dimana? Kok kayaknya lagi menggendong ya?" Cecar Rubiana begitu melihat wajah menantunya itu.

"Oh.. Dila lagi di kamar, Bun. Iya nih Dila menggendong Baby Ken karena dia sedikit demam" jawab Dila apa adanya.

"Demam? Kok bisa? Semalam waktu Bunda tinggal dia baik baik saja." Ujar Rubiana dengan wajah khawatir.

"Tidak tau kenapa, Bun. Dari semalam dia menangis dan rewel terus" balas Dila.

"Aduh..kenapa ya? Udah ke dokter belum,Dil? Eh..tapi itu kayaknya bukan di kamarnya Ken ya? Kalian dimana ini dan kenapa wajah kamu kelihatan kusut begitu, Dila?" Rubiana rupanya memperhatikan ruangan tempat Dila saat ini yang berbeda dengan kamar Baby Ken sebelumnya.

" Kami ada di apartemen Bang Alif, Bunda. Semalam dia mengajak kami pindah kesini" jawab Dila jujur.

"Apa? Kenapa dia membawa kalian kesana? Mana dia sekarang? Bunda mau bicara!" Suara Rubiana memekik kuat dan terlihat begitu marah karena keputusan putranya yang membawa Baby Ken ke apartemennya tanpa permisi dari mereka terlebih dahulu.

"M..Bang Alifnya sedang di depan, Bun. Sedang menunggu dokter yang akan memeriksa Baby Ken" Dila sedikit ketakutan melihat kilat amarah di wajah Rubiana yang selama ini selalu terlihat lembut.

Dan saat itu Alif datang ke kamar dengan membawa seorang dokter yang masih muda.

"Cepat periksa anakku,Dean. Dia menangis dan rewel sejak semalam siang" Ucap Alif kepada dokter tersebut. Terlihat wajahnya datar dan biasa saja tanpa rasa cemas sedikit pun.

Dokter Dean melihat Dila lalu mematung sejenak karena kecantikan wajah gadis yang mengenakan seragam baby sitter tersebut.

"Dean..Woii...Apa yang kamu lihat? Aku memintamu memeriksa Baby Ken, malah bengong lagi" sungut Alif tak sabaran.

"Oh..Eh..i-iya. Mana Baby Ken nya? Bisa di baringkan saja?" Dokter Dean pun meminta Dila untuk membaringkan bayi itu supaya bisa dia periksa.

Rubiana yang melihat kedatangan Dokter dan anaknya ke kamar itu melalui layar ponsel Dila pun meminta supaya bicara dengan putranya.

"Dila, bisa kamu berikan ponsel kamu kepada Alif? Bunda mau bicara dengannya" pintanya.

"Iya,Bun." Dila melihat Alif " Bunda mau bicara katanya" ucapnya sambil menyerahkan pomsel iti kepada Alif lalu ia membuka gendongan Baby Ken dan meletakkan bayi itu di atas ranjang.

"Bunda? Kamu menghubungi beliau karena Ken sakit?" Alif sengaja menutup layar ponsel dan bicara berbisik kepada Dila. Dia menduga jika gadis itu mengadu kapada ibunya.

"Bukan. Bunda kebetulan menghubungi ponsel saya karena ingin melihat Baby Ken katanya" jawab Dila jujur.

"Hallo... Lif? Kamu di situ'kan? Kenapa layarnya gelap? Bunda mau bicara sama kamu" pekik Rubiana dari seberang dan berhasil menginterupsi perdebatan Alif dan Dila.

"I-iya, Bunda. Ini Alif sedang bicara dengan Dokter Dean soal keadaan Baby Ken" jawabnya berbohong setelah ia keluar dari kamar.

"Sekarang juga kamu bawa Dila dan Baby Ken ke rumah Bunda!"ucap Rubiana tanpa basa basi membuat Alif kalang kabut karena Rubiana tidak pernah semarah itu kepadanya sebelumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!