You'Re My Destiny

You'Re My Destiny

1. Kontrak Pernikahan.

'Praak!!!'

"Baca dan tanda tangani surat ini!!." Suara tegas dan dingin menyertai sebuah lemparan map di atas meja tepat di hadapan seorang gadis yang masih mengenakan baju seragam khas baby sitter.

"Apa ini,Tuan?" Tanya sang gadis dengan polos.

"Aku suruh baca!! Bukan malah bertanya balik!!" Suara ketus dan dingin itu kembali keluar dari mulut si pria yang berdiri di depan si gadis sambil bersedekap.

Gadis tersebut mengambil map coklat tersebut dan mengeluarkan isinya. Perlahan, ia pun mulai membaca isinya tanpa terlihat ada perubahan di raut wajahnya yang nampak mengantuk.

'Surat kontrak pernikahan'

Itulah yang sedang di bacanya. Ada beberapa poin yang di selipkan oleh si pria di dalam kontrak tersebut, salah satunya pernikahan mereka hanya akan berlangsung selama 3 bulan saja. Sungguh pernikahan sangat singkat,bukan?

Setelah membaca semua isi di dalam kontrak tersebut, sang gadis segera mengambil pulpen yang terletak di samping map tadi dan membubuhkan tanda tangannya di sana tanpa mengajukan protes apapun pada si lelaki.

Melihat itu, jelas saja laki laki tersebut mengernyit. Sedikit heran karena gadis itu langsung menandatangani surat kontrak tersebut tanpa protes atau berpikir.

'Dilara Pramesti'

Itulah nama yang di bubuhkan sang gadis di bawah tanda tangannya.

" Ini, Tuan. Saya sudah baca dan tanda tangani" ucapnya sambil menyerahkan secarik kertas tersebut kepada lelaki yang melihatnya dengan tatapan aneh dan datar.

"Hemm..Kamu tidak ada pertanyaan atau protes?" tanyanya sedikit heran.

Dilara tersenyum tipis seraya menggeleng.

"Memang kalau saya mau protes, Tuan akan membatalkan kontrak ini?" Tanyanya balik dengan gaya santai bak di pantai.

Si pria bungkam. Tak menyangka akan mendapat pertanyaan balik dari si gadis.

"Oke. Kalau begitu setelah kontrak ini berakhir kamu harus segera menghilang dari kehidupanku. Aku tidak mau hidupku terkekang karena pernikahan paksa ini" ucapnya seraya mengambil map tersebut dan membawanya pergi dari hadapan Dilara.

"Huft"

Dilara menarik napas setelah lelaki itu menghilang di balik tembok yang menjadi penghalang dengan tempatnya berada saat ini.

"Aku sudah yakin jika akan begini" gumamnya seraya bangkit dari duduknya dan menuju ke kamarnya yang tak jauh dari ruangan tersebut.

Ke esokan harinya..

"Wah..Kamu cantik sekali Dila. Bunda sampai pangling melihatmu" puji Rubiana takjub dan kagum melihat kecantikan Dilara setelah selesai di poles oleh MUA profesional yang di datangkan untuk meriasnya.

"Makasih, Nyonya.Jangan memuji Dila seperti itu nanti aku jadi kegeeran" wajah Dila tersipu malu mendapat pujian calon mertuanya tersebut.

"Tapi kamu memang beda banget,loh. Benar ,kan Mbak?" Rubiana bertanya kepada seorang wanita yang sedang menggulung rambut Dila.

"Benar, Nyonya. Saya setuju dengan Anda. Saya saja yang meriasnya tadi sempat pangling" imbuh wanita tersebut menimpali ucapan Rubiana yang semakin membuat Dilara jadi salah tingkah.

"Tuh,kan bukan Bunda saja yang berkata begitu. Bunda memang tak salah memilih kamu jadi menantu selain cantik,kamu juga keibuan sampai sampai baby Ken sudah lengket sama kamu dan tak mau lagi Bunda gendong" Rubiana pura pura mencebikkan bibirnya.

"Itu karena Nyonya sekarang sudah jarang menemani baby Ken karena sibuk" Dilara terkekeh melihat mimik calon mertuanya itu.

"Mungkin juga ya" Rubiana menghela napasnya karena sejak mempekerjakan Dilara sebagai baby sitter baby Ken, ia selalu saja sibuk mendampingi suaminya mengurusi perusahaan mereka.

***

"Saya terima nikah dan kawinnya Dilara Pramesti binti Harun dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai!!" Dengan lantang dan lancar Teuku Alif Prasetya mengucapkan ijab kabul di depan penghulu yang sekaligus wali untuk Dilara Pramesti karena ayah gadis itu sudah tiada.

"Bagaimana saksi? Sah?" Tanya penghulu.

"Sah!!" Serentak semua yang hadir di ruangan itu menjawab.

Penghulu tersebut pun membacakan doa dan setelahnya menyuruh pasangan pengantin itu untuk saling bertukar cincin.

"Selamat ya Dila, sekarang kamu sudah resmi jadi istrinya Alif dan ibu baby Ken" Rubiana memeluk erat Dilara setelah semua prosesi pernikahan selesai.

"Terima Kasih,Nyonya" jawab Dila sendu.

"Eh? Mulai sekarang panggil Bunda dong. Kamu ,kan sudah jadi menantu yang berarti anak Bunda juga" ucap Rubiana protes.

"I_Iya,Bunda" Dila gugup menjawab ucapan wanita paruh baya yang sudah sah menjadi mertuanya itu.

"Gantian dong,Bun. Masa kamu aja yang kasih ucapan selamat kepada menantu kita. Ayah juga mau memberi ucapan" celetuk seorang pria yang dari tadi berdiri di samping Rubiana dan jadi penonton drama dua wanita beda generasi tersebut.

Dia adalah Teuku Rizal Bimantara ayah dari Alif.

"Eh, maaf, Yah. Bunda sampai lupa" Rubiana terkekeh sambil enggan melepaskan pelukannya pada Dila.

"Selamat ya Dila. Semoga kamu bisa menjaga dan mengurus anak serta cucu kami dengan baik. Ayah percayakan mereka berdua dalam penjagaan kamu" dengan lembut Rizal mengusap kepala dan lengan Dila.

"Ck..Ayah ini bicara apa sih? Memangnya Dila itu bodyguard apa malah di suruh menjaga anak sama cucu kita? Yang benar itu, Alif yang menjaga mereka berdua, gimana sih?" Rubiana protes sebelum Dilara sempat menjawab ucapan selamat dari Ayah mertuanya tersebut.

"Insya Allah,Yah. Dila akan melaksanakan perintah Ayah" Dilara memjawab dengan tersenyum sebelum perdebatan itu makin memanjang.

"Ck...Bukannya Ayah dan Bunda harus segera ke Bandara sebentar lagi?" Suara ketus Alif menginterupsi suasana haru tersebut. Sepertinya ia cukup jengah berada disana berlama lama.

" Kamu ini kenapa,Lif? Hari ini hari pernikahan kamu tapi kenapa wajahmu kusut begitu? Dan apa tadi? Kamu mengusir kami?" Rubiana beralih pada putranya dengan cemberut.

"Siapa yang mengusir,Bun? Bukankah kalian bilang pesawatnya berangkat jam 11? Nah, sekarang sudah jam 9. Nanti kalau terlambat gimana?" Jawab Alif mengingatkan jadwal pesawat orang tuanya.

" Alif benar,Bun. Kita harus segera berangkat sekarang, takut nanti macet di jalan" kali ini Rizal membela anaknya itu.

"Baiklah, Yah." Ucap Rubiana akhirnya mengalah. "Dila, Bunda sama Ayah titip Alif dan Baby Ken sama kamu ya? Tolong jaga mereka dengan baik. Dan kalau ada masalah jangan segan beritau Bunda" sambungnya menatap Dila dengan tatapan memohon.

"Iya,Bun. Ayah sama Bunda jaga kesehatan di sana ya." Ucap Dila yang juga merasa berat hati untuk melepas mertuanya tersebut untuk pergi.

"Alif, kamu harus memperlakukan Dila dengan baik. Jangan membuatnya sedih" kembali Rubiana menoleh pada putranya yang dari tadi terlihat sangat tidak nyaman bersama mereka.

"Iya,Bun" jawab Alif singkat.

"Ayo,Ken cium Oma sama Opa dulu. Mereka mau pergi,loh"  Dilara mengambil baby Ken dari Bi Marni yang sedari tadi bertugas menjaga bayi itu selama acara berlangsung.

Setelah mencium cucunya sampai puas, Rubiana dan Rizal pun meninggalkan ruang tamu yang di jadikan tempat ijab kabul tadi dan menuju halaman.

"Malam ini Aku tidak pulang. Jadi pastikan menutup semua pintu dengan baik!!!" Sambil berjalan melewati Dilara yang berdiri di teras yang menggendong baby Ken, Alif berkata ketus dan meninggalkan keduanya untuk mengantar orang tuanya ke Bandara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!