"Hoam~ eh udah selesai gak? Pengen nyalin, nih." Gabriella bangun dari tidurnya dan menanyakan jawaban tugas yang diberikan oleh bu guru Nia barusan.
"Udah, nih!" sahut Laura yang menaruh bukunya di atas meja Gabriella.
"Aaaaa ... baik dech, thanks ya!" Gabriella senang bukan kepalang. Lagi-lagi ia mendapatkan contekan gratis dari salah satu sahabatnya itu.
"Najis, baik ada maunya!" gerutu Laura.
"Gue bersikap baik salah, gue bersikap jahat, apalagi! So, mau lo itu apa sih?"
"Ga ada,"
"Dih, gaje banget. Ya udah, gue mau nyalin dulu. Jangan diganggu ya, cinta!"
"Iya, tapi cepetan, bentar lagi bu Nia masuk," desak Laura.
"Iya, sabar! Baru juga ngebuka bukunya." Gabriella membuka buku tulis miliknya dan mengambil pena yang berada di atas mejanya. Ia kemudian menyalin semua jawaban milik Laura.
Beberapa menit kemudian.
"Udah selesai semua?" tanya Bu Nia yang berjalan memasuki kelas mereka sambil membawa tumpukan buku di tangannya.
"Udah, Bu!" jawab siswa-siswi secara serentak.
"Taruh di sini bukunya, biar Ibu periksa," titah Bu Nia sembari menepuk meja yg ada di depannya.
"Bu, saya dan Vio izin ke toilet, ya!" ucap Natha dan Vio yang berada di depan meja guru.
"Iya, baiklah. Tapi, jangan lama-lama!" jawab Bu Guru.
Natha dan Vio pun segera melangkahkan kaki mereka keluar dari kelas dan menuju toilet. Dan setibanya di toilet, bukannya buang air kecil atau apa, mereka malah diam di sana untuk beberapa saat.
"Mau ngapain kita di sini?" tanya Vio dengan kedua alis berkerut heran.
"Cuma istirahat bentar. Habisnya mataku ngantuk," sahut Natha yang kemudian berjalan menghampiri wastafel untuk cuci muka. Kedua gadis itu mencuci muka mereka sebab rasa kantuk yang tak tertahan,mulai menyerang mereka. Mereka tidak ingin tertidur di saat masih jam pelajaran.
"Bentar, Nat, gue mau ke dalam dulu!" Vio bergegas masuk ke dalam toilet.
"Natha mengangguk dan membiarkan Vio memasuki ruangan itu. Tidak lama kemudian, Vio pun keluar lalu mencuci tangannya sebelum kembali ke kelas.
"Udah selesai?" Natha bersiap untuk melenggang pergi. Kemudian mereka pun melangkahkan kaki mereka ke arah kelas. Kedua gadis itu menaiki tangga karna kelasnya ada di lantai dua. Di saat mereka menaiki tangga, bel sekolah berbunyi, bel pergantian jam pelajaran kesepuluh.
"Nah, abis ini pelajaran apa?" tanya Vio kepada Natha.
"Kalo gak salah, sebentar lagi mata pelajaran sosiologi. Memangnya kenapa, sih?"
"Bukan apa-apa, jawab Vio sembari menganggukkan kepalanya
"Lo, belum dapat buku paketnya, ya?" tanya Natha setelah sadar bahwa Vio adalah murid baru.
"Iya, belum. Katanya sih besok," celetuk Vio, Natha hanya menganggukkan kepalanya mengerti.
"Nanti pulang, lo jadi bareng gue kan?" lanjut Natha, mencoba memastikan.
"Jadi, tapi gak ngerepotin kan gue ikut sama lo?"
"Tentu saja, enggak lah. Lagian di rumah paling ga ada orang juga."
"Loh? Emangnya pada ke mana?" tanya Vio heran.
"Nyokap gue sibuk bekerja," jawab Natha dengan wajah datar.
"Oh." Vio ber oh ria setelah mendengar cerita dari Natha "Lah, trus di mana bokapmu?" tanya Vio yang makin penasaran.
Tiba-tiba ekspresi wajah Natha berubah. Kini wajah cantiknya terlihat sedih. "Entahlah, g pernah ada kabar tentangnya," lanjut Natha.
"Eh? Maaf, ya. Gue ga tau. Btw, maaf gue udah lancang. Emang bokap nyokap lo, gak barengan lagi, ya?"
Natha menggelengkan kepalanya perlahan. "Udah gak, mereka udah pisah 3 tahun yang lalu"
"Maaf, ya. Lancang banget gue nanya kayak gitu."
"Ga papa, santai aja. Nanti pulang sebelum ke rumah lo kita mau jalan dulu, ya?"
"Sabi aja, mau ke mana emang?" balas Vio.
"Mau ke taman aja si, nyari angin sambil nyari makanan. Lo mau gak?"
"Ayoo, dah! Lagian udah lama gue gak ke taman," sahut Vio. Kini mereka sudah berada di depan kelas dan ternyata Bu Guru Nia sudah tidak ada di ruangan itu.
"Ke mana aja lo berdua, lama banget!" celetuk Niki yang saat itu tengah berada di depan pintu kelas.
"Toilet lah, kemana lagi?" sahut Natha dengan santainya.
"Ya, siapa tau ke kantin!" celetuk Niki.
"Ya kali gue ke kantin pada jam pelajaran gini, gue ngantuk jadi gue cuci muka di sana," jelas Natha.
"Oh, ya udah, sana masuk!" titah ketua kelas tersebut.
"Ya, gimana mau masuk, lo aja di depan pintu gini, anjir!" celetuk Natha, sementara Vio hanya tersenyum mendengarnya.
"Oh, iya. Maaf!" ucap Niki sambil tertawa kecil lalu memundurkan tubuhnya beberapa centi ke belakang.
Natha dan Vio berjalan ke arah kursi yang mereka duduki. Menjatuhkan diri di sana lalu memalingkan tubuh mereka menghadap Gabriella dan Laura yang masih asik memainkan hp mereka masing-masing. Natha melihat Gabriella yang sedang tersenyum sendiri melihat layar hpnya.
"Kenapa, nih? Sejak tadi gue perhatiin elo senyum-senyum mulu?" tanya Natha penasaran.
Gabriella tersentak kaget. "Eh, bukan apa-apa, kok!" balas Gabriella yang menyembunyikan layar hpnya dari Natha.
"Dih, kepedean! Emangnya elo pikir gue mau ngelihat isi hp lo, apa? Ish, kagak!" Ucap Natha sembari memutar bola matanya malas.
"Ya, siapa tau, kan!"
"Hhh, makin pede aja!"
"Lah, emang gue pede!" ucap Gabriella sambil meledek Natha. Natha memasang wajah masam menatap Gabriella.
Beberapa menit kemudian. Jam pelajaran pun berganti dan kini guru yang mengajar sosiologi masuk ke kelas mereka.
"Siang, anak-anak!" ucap guru sosiologi ketika memasuki kelas itu. Bu Dira adalah guru yang mengajar mata pelajaran sosiologi di kelas 11.
"Siang juga, Bu!" sahut seluruh siswa di kelas itu secara serentak.
"Bu, ada pr!" ucap salah satu siswa yang ada di kelas itu. Mencoba mengingatkan sang guru bahwa ad tugas yang harus dikumpulkan kepadanya.
"Duh, gila malah dikasih tau, anjr!" gerutu Gabriella yang tidak ingat mengerjakan tugas-tugasnya.
"Bukannya lo sudah? Yang pagi tadi dikasih di tau di grub wa?" Tanya Natha.
"Gak gue kerjain." Gabriella terkekeh.
"Nyengir, lo. Gue ga tau paling juga di suruh ke depan lo nantinya,."
"Duhhh, siapa aja ya yang belum ngerjain selain gue?"
"Entah."
"Vio, lo velum kan?"
Vio mengangkat kedua bahunya. "Gue gak tau. Kan baru saja masuk! sahut Vio."
"Mampus!" gumam Laura, menyela pembicaraan mereka.
"Diem lo!" sahut Gabriella dengan wajah memerah, menahan marah.
"Eh iya, makasih udah ngingetin, ya. Ya udah, semuanya keluarkan buku latihan. Yang belum mengerjakan silahkan ke depan," Ucap Bu Dira, guru yang mengajar sosiolog
"Hayoloh, kena hukuman lo nanti," ucap Laura yang mencoba menakut-nakuti Gabriella
"Diem!" Gabriella berjalan ke depan kelas.
"Heeleh, malah nyengir dia! Sana, maju ke depan," kata Niki dengan setengah berbisik sambil terkekeh pelan.
"Diem lo, Nik!" ucapnya dengan wajah yang masih memerah kesal dan malu.
"Kenapa tugasnya gak dikerjain, Gab?" tanya Bu Dira kepada Gabriella.
"Saya lupa, Bu," sahut Gabriella sambil terkekeh kecil.
"Ya ampun, Gab. Trus, apa yang kamu ingat? Ya sudah, sejarang berdiri di samping papan tulis sampai jam pulang nanti," titah Bu Dira yang berhasil membuat Gabriella menekuk wajahnya.
"Wah, gila!" batin Gabriella.
***
Kring! Kring!! Kring!!! Kring!!!!
"Ya sudah, Anak-anak! Hati-hati di jalan, ya. Jangan mampir sana-sini, langsung pulang ke rumah aja. Dan buat kamu, Gabriella, silakan kembali ke tempat duduk. Namun, ingat! Jangan pernah lupakan tugasmu lagi," ucap Bu Dira memperingati.
"Makasih, Bu!" Gabriella mengangguk lalu kembali ke kursinya.
Gabriella berjalan ke arah meja. Tangannya menepuk meja Laura, "Seneng banget ya, lo liat temen dihukum kek gitu?"
"Iya lah" sahut Laura sambil tertawa kecil.
"Ish, sialan!" umpat Gabriella dengan kasar.
"Udah-udah, ayo pulang," ajak Natha.
"Lo, pulang bareng siapa?" tanya Gabriella kemudian kepada Natha.
"Bareng Vio, memangnya kenapa?"
"Oh .... Ya udah kalau gitu gue duluan, ya. Oh ya, jadi jalan gak malam ini?"
"Jadi, donk!" Natha dengan antusias menjawab pertanyaan Gabriella.
"Ajak Vio sekalian, mau ga lo, Vi?" tanya Laura kepada teman barunya itu.
"Ke mana?" tanya Vio dengan wajah bingung.
"Nongkrong doang, kok."
"Sama siapa aja?" tanya Vio lagi.
"Kami bertiga, Mecca, sama Zeze kelas sebelah. Ikut aja ya? Biar rame."
Vio tampak menimbang-nimbang. "Tapi, ga papa gue ikut kalian?"
"Ya, ga papa, donk! Orang kami yang ajak, kok." Gabriella menjawab pertanyaan Vio.
"Ya udah, nanti gue izin sama tante gue dulu," sahut Vio.
"Oke, sipp!"
Mereka berempat keluar dari kelas lalu pergi ke parkiran sekolah. Gabriella dan Laura sudah pulang lebih dulu dari Natha serta Vio. Natha menghampiri motornya yang berwarna biru, dia melajukannya lalu menghampiri Vio yang sedang menunggu di depan pagar sekolah.
"Mari," ajak Natha.
"Lo, gak pake helm?" tanya Vio ke Natha yang ternyata tidak menggunakan pelindung kepala.
"Ada di dalam jok, tapi gue males makenya."
"Ya ampun, Natha-Natha!" Vio menggelengkan kepalanya kemudian menaiki motor tersebut.
Mereka berdua langsung menuju taman yang berada tak jauh dari rumah Natha. Tempat di mana dia pernah menolong ibunya Aksa. Natha memilih tempat itu karna selain sejuk dan banyak pepohonan, di sana juga banyak terdapat tempat bersantai, orang jual makanan, dan lain-lain.
"Mau beli minuman dulu gak?" tanya Natha ke Vio.
"Boleh. Kebetulan aku juga haus."
Selesai memesan minuman, mereka pun duduk di salah satu kursi yang dekat pohon, mereka duduk di kursi itu sambil berbincang ringan.
"Gue pernah ke sini dulu sama tante gue, tapi udah lama, sih," tutur Vio sambil memandangi sekeliling taman.
"Oh ya, kapan?" tanya Natha.
"Sekitar tiga tahun yang lalu, sih," jawab Vio kemudian.
"Terus, kenapa gak pernah kesini lagi?"
"Males, karena gue ga ada teman," kata Vio dan Natha hanya menganggukkan kepalanya.
"Btw, nyokap sama bokap lo?" tanya Vio kemudian.
"Kenapa?"
"Ga jadi, lancang banget gue nanya gitu."
"Ga papa, tanya aja."
"Lo, ikut nyokap?"
"Iya, kadang gue nginep dirumah nenek gue kalo males ketemu nyokap gue."
"Kenapa gitu?"
"Males aja, dia ga pernah merhatiin anaknya, lebih mentingin pekerjaan dari pada anaknya sendiri. Biasanya berangkat pagi, pulang larut malam. Ga pernah ada waktu buat gue," tutur Natha.
"Lo? Sendirian?"
"Gue punya abang, dia baru lulus tahun kemaren," sahut Natha. Sementara Vio hanya mengangguk tanda mengerti.
"Kalo lo? Tinggal sama tante lo?"
"Iya, nyokap sama bokap nitipin gue ke tante gue," jawab gadis itu.
"Emang nyokap bokap lo, ke mana?"
"Yaa, sama kayak nyokap lo, mentingin pekerjaan dari pada anaknya sendiri. Mereka selalu keluar kota untuk melakukan pekerjaannya," sahut Vio.
Beberapa menit kemudian.
"Eh, kita balik, yo! Gue mau mandi. Nanti malam kita jalan lagi," kata natha karena awan sudah mulai menggelap.
"Eh, ayo!" Mereka pun segera pergi meninggalkan tempat itu. Natha menjalankan motornya menuju rumah tantenya Vio.
"Nih, disini!" ucap Vio sambil menunjuk sebuah rumah milik tantenya itu.
"Di sini?"
"Iya, makasih ya. Nanti malem jam berapa?"
"Iya. Sekitar jam delapan kayaknya, nanti gue yang jemput lo," sahut Natha yang kembali bersiap melajukan motornya kembali.
"Ga papa nih? Takut ngerepotin gue."
"Ga papa, lagian gue yang mau jemput lo, kok."
"Baiklah kalau begitu, hati hati, di jalan, ya!"
Natha mengacungkan jari jempolnya dan pergi meninggalkan rumah Vio menuju kediamannya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments