"Kok tadi dikelas gue gak liat mereka?" tanya Vio kepada tiga orang teman barunya.
"Biasalah, paling mereka bolos." Gabriella menjawab pertanyaan Vio dengan wajah datar.
"Eh itu, siapa ... siapa nama cowo baru tadi?" tanya Gabriella yang lupa dengan nama anak baru itu.
"Aksa?" tanya Vio balik.
"Nah iya, Aksa! Dia cowok lo, ya?"
"Bukan lah, dia sepupu gue. Kenapa, naksir ya?" goda Vio sambil terkekeh.
"Eh, enggak kok!" sangkalnya.
"Halah, bilang aja suka, haha!" Tawa Vio pecah sembari menggoda Gabriella.
"Ish, gak lah. Eh, ngomong-ngomong kalian mau makan apa? Gue mau makan nasi goreng aja deh," kata Gabriella, setibanya mereka di kantin.
Ketiga gadis lainnya mulai memikirkan makanan apa yang akan mereka beli pada istirahat kedua ini.
"Dih, mencoba mengalihkan topik pembicaraan kita, ya!" goda Natha sembari meledek Gabriella.
"Ish, diem lo!" Muka Gabriella memerah, menahan malu.
"Gue beli batagor aja!" ucap Laura.
"Ya udah kita barengan aja, Lau. Lagi pula tempatnya kan sebelahan," ucap Gabriella sembari mengajak Laura.
"Oke lah, kalau begitu!"
"Bye! Kami duluan mesen ke sana, yak!" teriak Gabriella di tengah keramaian kantin. Natha dan Vio hanya menganggukkan kepala mereka sebagai jawabannya. Gabriella dan laura berjalan ke pojok kanan kantin. Di mana ada nasi goreng serta batagor yang menjadi pilihan mereka.
Kini tinggal Natha dan Vio. "Lo, mau makan apa, Vio?" tanya Natha.
"Gue udah makan, gue mau beli kentang goreng aja deh. Lo, sendiri?"
"Gue juga udah makan, samain aja deh biar gak ribet."
"Ya udah! Ayo, mumpung belum rame." Natha dan Vio berjalan kearah pojok kiri kantin, di mana penjual kentang goreng itu berada.
\*\*\*
Mereka berempat sudah selesai membeli makanan yang inginkan dan sekarang tinggal mencari tempat duduk untuk menikmati makanan tersebut.
"Yah, di belakang udah ditempatin sama siswa lain, jadi kita harus duduk di mana nih?" tanya Laura yang agak kecewa karena tempat mereka biasa berkumpul, kini ditempati oleh siswa lain.
"Yang mana, sih?" tanya vio memasang wajah bingung.
"Yang mana apanya?" Bingung Laura juga
"Tempat duduk yang udah didudukin. Yang mana tempatnya?"
"Oh, itu, di situ!" jawab Laura dengan tangan kirinya menunjukkan tempat duduk yang diduduki oleh dua orang siswa laki-laki.
"Yang ditempatin oleh Aksa," sela Natha.
"Ohh, gabung aja. Lagian tempat duduknya muat kok buat kita berempat," ajak Vio kepada ketiga gadis itu.
"Ga—" Belum sempat Natha menyelesaikan, perkataanya dipotong oleh Gabriella
"Ayoo!!" ucap gadis itu dengan penuh semangat.
"Gak-gak, apa-apaan, sih! Mending kita cari tempat duduk yang lain aja," jawab Natha dengan sedikit kesal. Dia tidak ingin bergabung di tempat itu bersama Aksa dan juga Gibran.
"Udahlah, dari pada kita gak dapet tempat duduk mending gabung aja dulu." Laura pun tidak kalah semangat.
"Iya, nanti gue yang bilang ke Aksa," lanjut Vio dan Natha hanya bisa mengikuti ketiga temannya tersebut dengan pasrah.
Vio, Gabriella, Laura dan Natha berjalan ke arah meja yang diduduki oleh Aksa dan Gibran, yang tengah asik memakan makanan mereka.
Kini keempat gadis itu sudah berdiri di samping Aksa.
"Aksa, gue sama temen gue duduk di sini, ya?" ucap Vio sembari menepuk pelan pundak Aksa yang lagi asik dengan santapannya.
"Gak ada tempat duduk lain?" jawab Aksa sembari menoleh ke arah Vio dengan ekspresi wajah datar.
"Ga ada! Lo liat aja sendiri, udah penuh ditempatin sama orang-orang."
"Ya udah, duduk aja," sela Gibran. Aksa menatap Gibran dengan wajah menekuk dan seolah tidak terima dengan keputusan teman barunya itu. .
"Kenapa? Lagian, kasian tau mereka ga ada tempat duduk," lanjut Gibran tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"ya, udah!" Akhirnya Aksa pun pasrah dan membiarkan keempat gadis itu bergabung bersama mereka.
Natha dan ketiga temannya segera duduk di kursi yang ada di tempat itu. Natha duduk di samping gibran, Gabriella duduk di samping Natha. Di seberang tempat duduk Gibran, ada Aksa dan Vio, lalu Laura.
Seluruh siswa itu mulai menikmati makanan mereka, terkecuali Natha. Gadis itu hanya meminum minuman yang sudah dia pesan sebelumnya, tanpa berkeinginan memakan kentang goreng yang ia pesan barusan.
"Loh, kenapa kentang gorengnya gak dimakan?" tanya gibran yang ternyata sejak dari tadi memperhatikan Natha.
"Ga papa, gue udah kenyang. Lo mau?" tanya Natha kepada lelaki itu.
"Gak, gue juga udah kenyang," tolak Gibran.
"Aneh, udah kenyang kok malah dibeli. Kebiasaan banget sih lo," celetuk Gabriella. Natha memang selalu begitu. Walaupun sudah kenyang, tetapi masih kekeh membeli makanan. Alhasil, makanannya pun tidak dimakan dan selalu dikasih ke Gabriella atau Laura.
"Terserah gue lah, nih abisin!" Natha mendorong makanannya ke hadapan Gabriella.
"Gak, gue aja belum ngabisin makanan gue. Laura, lo aja nih!" Gabriella pun menolak lalu menyerahkan kentang goreng tersebut ke hadapan Laura.
"Sini! Biar gue yang abisin," sahut Laura, lalu meraih bungkus kentang goreng tersebut. "Thanks, ya!" lanjutnya sambil tersenyum lebar.
"Gue mau ke toilet dulu. Kalo kalian udah selesai, duluan aja ke kelas. Nanti gue nyusul." Natha berdiri dari tempat duduknya. "Gue duluan, Gib!" lanjut Natha lagi dengan tangan kanannya menepuk bahu Gibran yang ada di sampingnya.
"Yoi!"
\*\*\*
Natha melangkahkan kakinya dan berjalan menuju toilet sekolah.
'Gue kayak pernah ketemu sama cowok itu, tapi di mana, ya?' batin Natha sambil terus melangkah. "di taman ... Nah iya, di taman!" pekiknya.
"Apanya yang 'di taman'?" tanya seseorang yang tiba-tiba berada di samping Natha.
"Loh, lo ngapain di sini? Jangan bilang lo ngikutin gue, ya?!" pekik Natha dengan nada kesal kepada orang itu.
"Dih, kepedean! Ngapain gue ngikutin lo? Kayak penting aja, gue juga mau ke toilet!" jawab seseorang itu dengan acuh tak acuh.
Natha menekuk wajahnya sambil memperhatikan lelaki itu. Aksa–lelaki itu kemudian berjalan mendahului Natha.
"Ngomong-ngomong, apa yang kamu bicarakan tadi, ha?" Aksa tiba tiba menghentikan langkahnya di depan Natha.
"Gak! Gak ada, minggir!" ucap Natha kepada Aksa sedang berdiri di depannya.
"Lo, yang dulu di taman bantuin nyokap gue 'kan?" Aksa menatap lekat kedua bola mata Natha.
"Hah? Yang mana?" Natha dengan wajah yang bingung.
"Bantuin nyokapnya? Di taman? Yang mana, sih?" gumam gadis itu dalam hati.
"Itu loh, yang dulu bantuin bunda gue pas keserempet motor. Itu lo, kan?"
-flashback on-
"AAAA!!!"
"Bu! Ibu ga papa? Kita menepi dulu, obatin kaki Ibu."
Dengan tergopoh-gopoh, Natha membantu wanita itu berjalan ke pinggir taman kemudian mendudukkannya ke kursi yang ada di samping pohon besar.
"Bu, tunggu disini ya! Saya mau nyari obatnya dulu," ucap Natha kepada wanita paruh baya itu sebelum pergi. Namun, belum sempat Natha pergi dari tempat itu, ibu-ibu tersebut meraih tangannya dan menghentikan aksi Natha.
"Ga usah, nak. Lagian ini gak terlalu sakit juga kok," tolak Ibu itu lemah lembut. Natha pun menganggukkan kepalanya dan ikut duduk di samping ibu-ibu tersebut.
"Kamu sibuk, Nak?" Ibu itu menoleh ke arah Natha lalu tangan kanannya memegang tangan kiri gadis itu.
"Gak kok, Bu. Memangnya kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Natha.
"Bisa temenin Ibu disini dulu, gak? Temenin Ibu nungguin supir yang akan menjemput Ibu?"
"Oh, boleh-boleh, Bu!" Natha pun mengangguk dengan cepat.
"Ya hdah, makasih ya, Nak. Oh ya, ngomong-ngomong nama kamu siapa?" tanya ibu itu lagi.
"Nama saya Nathalia, Bu. Panggil aja Natha," jawab gadis itu.
"Nak Natha gak keberatan kan temenin Ibu di sini?"
"Gak apa-apa lah, Bu. Lagian Natha tadi di sini cuman jalan-jalan doang, kok! Nyari angin," jawabnya.
Mereka berdua pun menunggu di sana. Mereka duduk di kursi taman yang di belakangnya terdapat pepohonan nan tinggi menjulang.
Natha dan wanita paruh baya itu berbagi cerita sambil menunggu jemputan datang. Hingga sebuah mobil pun tiba dan berhenti tepat di depan mereka.
"Mari, Bu." Pak Sopir bergegas keluar dari mobil lalu membuka pintu untuk wanita paruh baya tersebut.
"Nah, Ibu sudah dijemput, kamu mau pulang? Biar sekalian dianterin," ajak Ibu tersebut mengajak Natha untuk pulang bersama dirinya.
"Ga usah, Bu. Lagian rumah Natha deket sini, kok." jawab Natha dengan ramah serta tersenyum lebar menatap wanita paruh baya tersebut. .
"Ya udah kalau begitu, Ibu duluan, ya. Hati-hati di jalan!"
Baru saja Ibu itu membalikkan badan, tiba-tiba ada seorang laki laki yang datang menghampiri lalu memeluk tubuhnya.
"Bunda! Bunda ga papa 'kan? Ada yang sakit gak?" tanya seorang laki laki seumuran Natha.
"Ga papa, untung aja ada anak manis ini yang bantuin bunda. Dia juga bersedia nemenin Bunda nungguin pak Hendra yang akan menjemput Bunda," jawab Ibu itu dengan melukis senyum manis di wajahnya.
"Makasih, ya udah bantuin Bunda gue," ucap Aksa yang kemudian dibalas dengan anggukan oleh Natha. Ya, Aksa adalah laki laki-laki itu. Yang rela melakukan apa saja untuk sang bunda.
"Hati-hati, Nak, pulangnya." Bunda Aksa melambai-lambaikan tangannya kepada Natha.
"Iya, Bu. Ibu juga lain kali hati-hati, ya!" Natha melihat mobil yang ditumpangi oleh Ibu itu pun berlalu.
-flashback off-
\*\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Eka elisa
jodoh ini mah kyaknya...
tk ksih vote mak biar semngat.. ngahalu nya... 😘😘🌷🌷
2023-06-13
1