Akal bulus Brianna

"Kamu tidak seharusnya bicara seperti itu ke Vania!" tegur Brian ketika baru saja mobil yang dikemudikan supir keluarga itu bergerak. Bahkan, sama sekali belum keluar dari Pagar sekolah.

"Kenapa? kamu tidak suka ya? kan semua yang aku katakan tadi benar," Brianna tetap bersikap santai sembari tetap menatap lurus ke depan.

"Iya, aku tahu. Tapi jangan sesarkas itu juga. Kamu itu seharusnya bisa jaga perasaan dengan menolak secara halus,"

"Cih, kamu kira bisa mengerti cara halus? dia pasti akan memasang wajah memelasnya yang membuatku ingin muntah. Lagian kenapa sih kamu membelanya? kamu suka ya sama dia?" Kali ini Brianna sudah menoleh ke arah Brian, dengan tatapan menyelidik.

Brian menghela napasnya dengan sekali hentakan. "Aku tidak menyukainya, tapi dia itu temanku. Jadi tidak salah kalau aku membelanya," sahut Brian dengan lugas.

Brianna berdecih kembali, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kamu ini bodoh atau bagaimana sih? yang aku lihat dia itu tidak menganggap kamu teman, tapi dia ingin lebih. Aku yakin kalau dia menggunakan kata sahabat hanya untuk bisa dekat denganmu, berusaha untuk mencari cara agar kamu suka padanya. Salah satunya dengan cara mengklaim dirinya berbeda dengan perempuan lain. Dia itu pick me girl menurutku. Jangan percaya pada perempuan parasit seperti itu!" nada bicara Brianna terdengar sangat ketus.

Brian akhirnya memilih untuk diam. Karena ia tahu kalau dia tidak akan pernah menang kalau berdebat dengan kembarannya itu.

Keheningan akhirnya tercipta di antara kakak beradik itu. Keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Brian dengan handphonenya, dan Brianna sibuk menyusuri jalanan yang mulai macet.

"Tunggu, tunggu! bukannya itu Ayesha!" pekik Brianna ketika melihat seorang gadis berseragam SMA seperti dirinya. Gadis itu terlihat gelisah berdiri di samping mobil yang mogok.

Mendengar teriakan kakaknya, tentu saja menarik perhatian Brian. Ia pun ikut melihat ke arah tangan kakaknya menunjuk.

Benar saja, dia melihat Ayesha berdiri di sana dengan mata yang sesekali menatap ke arah ponselnya.

"Pak, berhenti di dekat perempuan itu ya!" titah Brianna.

"Baik, Non!" sahut supir itu, menganggukkan kepalanya.

"Kenapa harus berhenti, Kak? bukannya lebih baik kita terus saja?" protes Brian tidak suka.

"Kamu diam saja, tidak usah protes! tidak baik membiarkan orang yang kita kenal kesusahan. Kamu tahu adab kan?"

Brian sontak terdiam, tidak berani membantah ucapan kembarannya yang dia tahu sangat cerewet itu.

Setelah dekat dengan posisi Ayesha berdiri, mobil yang membawa Brianna dan Brian itu melambat dan langsung menepis tepat di belakang mobil mogok itu.

"Ayesha, kenapa mobilnya?" panggil Brianna dengan kepala yang keluar dari jendela kaca mobilnya.

Merasa namanya dipanggil, Ayesha sontak menoleh ke arah datangnya suara. Gadis itu sedikit kaget melihat sosok yang memanggilnya adalah, Brianna. Gadis yang baru saja menjadi temannya.

"Eh, tahu nih. Mobilnya tiba-tiba mogok. Aku tidak tahu masalahnya di mana. Mau pesan taksi online, handphoneku lowbet," sahut Ayesha, sembari menunjuk mobil berwarna merah miliknya.

"Maaf ya, Non! mamang benar-benar lupa bawa ban serapnya," ucap seorang pria paruh baya yang diyakini adalah supir pribadi.

"Tidak apa-apa, Mang. Tapi lain kali jangan teledor lagi!" sahut Ayesha, pasrah.

Brianna kemudian keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Ayesha. Sementara Brian juga malas-malasan akhirnya ikut turun.

"Rumah kamu di mana Yesha?" tanya Brianna.

Ayesha pun tanpa sungkan menyebutkan alamatnya.

"Oh, searah. Bagaimana kalau kamu ikut mobil kami saja? nanti kami akan antar kamu pulang lebih dulu!" Brianna mencoba menawarkan bantuan.

"Hah, searah? kita nanti akan belok ke kanan, dia ke kiri," Brian buka suara, dengan alis bertaut.

"Itu tetap searah. Hanya beda jalur sedikit saja. Tidak jadi masalah besar kan? Ayo ikut mobil kami saja!"ucap Brianna, membuat kening Brian semakin berkerut, tidak mengerti dengan jalan pikiran kembarannya itu.

"Ta-tapi, Anna, aku ...." Ayesha menggantung ucapannya, lalu menatap ke arah Brian yang dia yakin tidak suka kalau dia ikut mobil mereka.

"Ayolah, tidak usah sungkan!" aku dan Brian sama sekali tidak keberatan kok, iya kan ,Yan!" Brianna mendelikkan matanya ke arah Brian, seakan memaksa adiknya itu untuk menjawab 'iya'.

"I-iya," sahut Brian akhirnya.

"Tuh kamu dengar sendiri, Brian tidak keberatan. Ayolah!" Brianna menarik tangan Ayesha.

"Ta-tapi bagaimana dengan mamang ...." Ayesha melirik tidak enak pada pria paruh baya yang berdiri di samping mobilnya.

"Tidak apa-apa, Non. Non Yesha pulang duluan saja! nanti aku cari toko yang jual ban dulu. Setelah benar, nanti aku akan pulang," pria yang dipanggil mamang oleh Ayesha itu, buka suara untuk menenangkan Nona mudanya.

"Baiklah kalau begitu, Mang. Aku pulang dulu ya!" pungkas Ayesha akhirnya bersedia ikut mobil Brian dan Brianna.

Brianna dengan riang menggandeng tangan Ayesha menuju mobil. Wajah wanita itu benar-benar terlihat cerah, seakan kehadiran Ayesha di mobil mereka adalah sesuatu yang sangat menggembirakan.

Melihat tingkah kembarannya, Brian hanya bisa berdecak, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Baru saja ia hendak membuka pintu mobil bagian depan, ia kembali dikagetkan dengan suara pekikan Brianna.

"Jangan duduk di depan, kamu duduk di belakang!" ucap Brianna sembari menarik tangan Brian dan mendorong tubuh adik kembarnya itu ke kursi belakang mobil.

"Apaan sih, Kak?" protes Brian, kesal.

Tapi bukan Brianna namanya kalau takut dengan protesan adiknya itu. Ia tetap membuka pintu mobil belakang dan mendorong tubuh adiknya itu masuk.

"Kamu geser ke sana, Ayesha mau masuk!" titahnya, membuat alis Brian semakin bertaut.

"Ayo, Yesha masuk! kamu duduk di belakang dengan Brian. Aku akan duduk di depan!" suara Brianna yang tadinya keras ke Brian kini berubah melembut kepada, Ayesha.

"Ta-tapi __"

"Ahh, sudahlah, kamu tidak usah sungkan!" kini giliran Ayesha yang didorong masuk ke dalam mobil. Setelah dia menutup pintu mobil, gadis itu pun membuka pintu mobil depan dan masuk.

"Ayo Pak, kita jalan. Kita nanti ke alamat ini dulu ya!" Brianna menyebut alamat rumah Ayesha.

Supir itu pun menganggukkan kepalanya, kemudian setelah menekan klakson mobil sebagai tanda permisi pada supir Ayesha, mobil pun mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Tanpa mereka sadari, Vania yang berada di dalam mobil Kenzo melihat semua yang terjadi. Perempuan itu benar-benar menggeram kesal. Tapi, ia tetap berpura-pura tenang, karena Kenzo kini menatapnya.

Sementara itu keheningan tercipta di antara dua insan yang duduk di bangku belakang. Kondisi mereka benar-benar canggung, terlebih Ayesha.

"Non, tadi mobil temannya kenapa?" keheningan langsung terpecah dengan bicaranya supir.

"Bannya bocor. Supirnya lupa bawa ban cadangannya," sahut Brianna.

"Kenapa tidak pakai b__"

"Pak, belok kanan!" pekik Brianna, mengalihkan pembicaraan supir mereka itu. Karena ia tahu, kalau sebenarnya mereka punya ban cadangan.Bisa saja dia meminjamkan, tapi dia tidak mau, karena dia memang mau Ayesha ikut mobil mereka.

"Kalian berdua di belakang sana, bisu ya? kenapa dari tadi diam saja? masa satu kelas, macam tidak saling kenal!" sindir Brianna, membuat Brian mengumpat kesal dalam hati.

Terpopuler

Comments

eva murjani

eva murjani

Baru engeh ini cerita Anak Kembar Bima dan Ayunda rupanya 😘🙏

2024-10-31

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Anna berusaha mendekatkan Brian dan Ayesha... hem... menarik..! semoga misinya berhasil ya Anna..! 🤭🤭

2023-11-23

4

Rara Kusumadewi

Rara Kusumadewi

kembar disini yg jadi kakak ceweknya ....

2023-11-03

0

lihat semua
Episodes
1 Kebetulan yang memalukan
2 Bertemu Brianna
3 Kekesalan Vania
4 Aku bukan kakakmu
5 Akal bulus Brianna
6 Telat
7 Dihukum
8 ambil photo
9 Kehebohan baru
10 Keberanian Ayesha.
11 Kekesalan Brian
12 Galau
13 Vania ke rumah Brian
14 Aku mau fokus belajar
15 Pertandingan basket
16 Pengakuan Brian
17 Menyelamatkan Ayesha
18 Dalang sebenarnya
19 Peringatan Brian
20 Confess
21 Malam minggu, belajar bersama
22 Ke Bali
23 Rencana licik Vania.
24 Brian salah paham
25 Meninggalkan penginapan
26 Semakin salah paham
27 Memberanikan diri
28 Rencana Brian
29 Kuliah di beda universitas
30 Ketegasan Brian ke Vania
31 Hampir saja
32 Rencana ke Paris
33 Kegelisahan Radit.
34 Tiga tahun Kemudian.
35 Mengantar pulang
36 Kekesalan Brian
37 Rencana makan siang
38 Kok bukan Retha?
39 Pertemuan sahabat lama
40 Arga tahu yang sebenarnya
41 Kekagetan Brian
42 Aku tidak mau!
43 Penolakan Ayesha
44 Tidak memberikan kesempatan lagi
45 Ini aku, Retha!
46 Izinkan aku untuk tetap memperjuangkanmu
47 Tidak berhenti berdebat
48 Ungkapan hati Kenjo
49 Usah pertama Brian
50 Kamu yang harus bertanggung jawab
51 Akal bulus Brian
52 Permohonan Vania
53 Aku akan ke sana
54 Permohonan papanya Vania
55 Kamu bukan sahabat kami lagi!
56 Kebahagiaan Vania
57 Radit menemui Vania
58 Ayo menikah
59 Kaget
60 Saling minta maaf
61 Road to Resepsi
62 Kegugupan Vania
63 Tekad Radit
64 Pasrah
65 Yakinlah, dia mencintaimu
66 Aku sudah dijodohkan
67 Alasan Radit.
68 kejutan untuk Radit
69 Resepsi
70 Ada apa dengan Ayesha
71 Hamil
72 Tidak mau lagi
73 Turunkan egomu
74 Kamu calon istriku!
75 Brianna's wedding.
76 Welcome baby Aleena
77 Ending.
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Kebetulan yang memalukan
2
Bertemu Brianna
3
Kekesalan Vania
4
Aku bukan kakakmu
5
Akal bulus Brianna
6
Telat
7
Dihukum
8
ambil photo
9
Kehebohan baru
10
Keberanian Ayesha.
11
Kekesalan Brian
12
Galau
13
Vania ke rumah Brian
14
Aku mau fokus belajar
15
Pertandingan basket
16
Pengakuan Brian
17
Menyelamatkan Ayesha
18
Dalang sebenarnya
19
Peringatan Brian
20
Confess
21
Malam minggu, belajar bersama
22
Ke Bali
23
Rencana licik Vania.
24
Brian salah paham
25
Meninggalkan penginapan
26
Semakin salah paham
27
Memberanikan diri
28
Rencana Brian
29
Kuliah di beda universitas
30
Ketegasan Brian ke Vania
31
Hampir saja
32
Rencana ke Paris
33
Kegelisahan Radit.
34
Tiga tahun Kemudian.
35
Mengantar pulang
36
Kekesalan Brian
37
Rencana makan siang
38
Kok bukan Retha?
39
Pertemuan sahabat lama
40
Arga tahu yang sebenarnya
41
Kekagetan Brian
42
Aku tidak mau!
43
Penolakan Ayesha
44
Tidak memberikan kesempatan lagi
45
Ini aku, Retha!
46
Izinkan aku untuk tetap memperjuangkanmu
47
Tidak berhenti berdebat
48
Ungkapan hati Kenjo
49
Usah pertama Brian
50
Kamu yang harus bertanggung jawab
51
Akal bulus Brian
52
Permohonan Vania
53
Aku akan ke sana
54
Permohonan papanya Vania
55
Kamu bukan sahabat kami lagi!
56
Kebahagiaan Vania
57
Radit menemui Vania
58
Ayo menikah
59
Kaget
60
Saling minta maaf
61
Road to Resepsi
62
Kegugupan Vania
63
Tekad Radit
64
Pasrah
65
Yakinlah, dia mencintaimu
66
Aku sudah dijodohkan
67
Alasan Radit.
68
kejutan untuk Radit
69
Resepsi
70
Ada apa dengan Ayesha
71
Hamil
72
Tidak mau lagi
73
Turunkan egomu
74
Kamu calon istriku!
75
Brianna's wedding.
76
Welcome baby Aleena
77
Ending.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!