Brian baru saja keluar dari kantin dan berjalan hendak menuju kelas. Namun, langkahnya sontak berhenti karena tiba-tiba Ayesha, murid baru yang mengaku-ngaku pacarnya sudah berdiri di depannya dengan raut wajah cengengesan.
"Hi, Brian! kenalkan namaku Ayesha! kamu boleh panggil aku Yesha!" Ayesha mengulurkan tangannya ke arah Brian.
Bukannya membalas uluran tangan gadis itu, Brian jusru bersikap apatis dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Mata pria itu, hanya menatap tangan Ayesha yang terulur ke arahnya dengan tatapan dingin.
Melihat sikap Brian yang dingin, Ayesha kemudian menarik tangannya kembali. Senyuman yang tadinya menghiasi bibirnya, meredup seketika, berganti dengan raut wajah sendu.
"Ih, sombong amat! untung kamu ganteng!" umpat Ayesha dalam hati.
"Udah ngomongnya? kalau kamu mau ngomong itu saja, aku sudah dengar. Sekarang kamu tolong menyingkir, aku mau lewat!" ucap Brian dengan raut wajah datar.
Ayesha dengan refleks menyingkir memberikan jalan untuk Brian. Namun, tiba-tiba dia teringat apa tujuan awalnya mengajak Brian bicara. Apalagi kalau bukan ingin minta maaf. Gadis itu sontak kembali menghadang langkahnya Brian dan kembali menyunggingkan senyum manisnya.
"Emm, a-aku hanya mau minta maaf ke kamu. Sumpah aku tidak tahu kalau kamu sekolah di sini, aku juga tidak tahu kamu anak siapa. Aku hanya asal comot photo saja. Aku hanya ingin membungkam mulut teman-teman sekelasku di sekolah lama. Mereka selalu menghinaku, dan mengatakan kalau tidak akan ada laki-laki yang mau dengan perempuan jelek sepertiku. Kamu mau kan memaafkanku?" Ayesha mengerjab-erjabkan matanya di balik kaca matanya.
Brian sama sekali tidak menjawab. Pemuda itu justru menghela napasnya dan berlalu melewati Ayesha tanpa sepatah katapun.
Merasa dicuekin, Ayesha menggeram. Namun dia hanya berani mengerutu di dalam hati. Karena selain ingin meminta maaf, dia ada tujuan lain.
"Brian, kamu tidak mau memaafkanku ya? please maafin aku dong!" Ayesha dengan berani mengejar Brian dan berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah pemuda itu.
Namun, Brian tidak menanggapi sama sekali. Pemuda itu tetap saja melangkah tanpa mengindahkan Ayesha.
Karena merasa tidak berhasil, Ayesha memberanikan diri meraih tangan Brian untuk menahan pria itu agar berhenti melangkah.
Brian sontak berhenti dan menatap tangan Ayesha yang mencengkram lengannya.
Menyadari hal itu, Ayesha pun langsung menarik tangannya kembali.
"Hei, lancang sekali kamu menyentuh Brian!" tiba-tiba seorang wanita yang tidak lain adalah Vania, menarik Ayesha dengan kasar dan mendorong tubuh gadid itu dengan kasar. Retha yang dari tadi memantau dari jauh sontak berlari untuk menolong sahabatnya itu.
"Hei, apa hakmu mendorong Ayesha!" Retha balas mendorong balik tubuh Vania, hingga terjatuh ke tanah.
"Hei, brengsek! berani sekali kamu mendorongku?" bentak Vania sembari menepuk-nepuk roknya yang kotor.
"Kamu yang duluan! kamu juga punya hak apa mendorong Ayesha?" Retha menatap tajam ke arah Vania, siap untuk menghadapi apa pun yang akan dilakukan wanita itu nantinya.
Melihat tatapan Retha yang sangat tajam bak sebilah belati, Vania beringsut mundur.
"Sudahlah jangan berisik lagi! Vania ayo ke kelas!" Brian kembali buka suara, sembari melangkahkan kakinya.
Melihat Brian yang sudah melangkah kembali, Ayesha yang sama sekali belum menyerah kembali berlari mengejar pemuda itu.
"Brian, kamu memang tidak menjawab permintaan maafku tadi, tapi aku menganggap kalau kamu sudah memaafkannya. Tapi, boleh nggak aku minta satu permintaan lagi padamu?" Ayesha sudah kembali berdiri di depan Brian.
"Hei, Ayesha! kamu benar-benar tidak tahu diri ya! kamu itu tidak punya harga diri ya? Brian sama sekali tidak menanggapimu dari tadi, tapi kenapa kamu masih keras kepala? benar-benar memalukan!" lagi-lagi Vania mengumpat.
"Aku tidak bicara denganmu. Aku bicara dengan Brian. Kenapa sih dari tadi kamu yang selalu sibuk? kamu wakil Brian, atau kamu memang kurang kerjaan?" sahut Ayesha dengan lantang. Untuk pertama kalinya gadis yang terlihat kuno itu, berani melontarkan kata-kata tegas, hingga membuat Retha yang tahu sifat Ayesha, terkesiap kaget.
"Heh, dia benar-benar Ayesha kan? kenapa bisa bicara keras seperti itu?" Retha sampai mengucek-ucek matanya, memastikan kalau yang baru menentang Vania itu adalah sahabatnya yang selama ini selalu lembek.
"Kamu ya, berani sekali kamu bicara seperti itu? kamu mau aku__"
"Sudah, cukup! ini sekolah, jangan buat keributan di sini!" Brian buka suara menyela ucapan Vania, hingga membuat wanita itu terdiam.
Kemudian ia pun mengalihkan tatapannya ke arah Ayesha. "Sekarang aku kasih kamu kesempatan, katakan apa permintaanmu!" ucapnya, tegas.
Ayesha, terdiam untuk beberapa saat saking kagetnya mendengar suara keras Brian barusan. Saking kagetnya, wanita itu hampir lupa apa yang hendak dia minta.
"Kenapa diam? kamu tidak mau mengatakannya? kalau tidak mau, aku akan pergi!"Brian kembali buka suara, menyadarkan Ayesha dari rasa kagetnya.
"Tu-tunggu, jangan pergi dulu! aku akan katakan permintaanku. Aku mohon ke kamu, boleh tidak, aku tidak perlu menghapus photo itu dan aku tidak perlu klarifikasi? kamu tahu sendirikan kalau aku melakukannya aku akan__"
" Terserah kamu! belum selesai Ayesha bicara, Brian sudah menyambar lebih dulu.
"Kenapa terserah sih? jawabnya Iya atau tidak. Kalau terserah kan, Kesannya jadi abu-abu," sahut Ayesha.
Brian mendengus, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalau aku menjawab terserah, itu berarti aku kasih kamu pilihan untuk memilih yang menurutmu baik. Kalau kamu tidak ingin menghapusnya silakan, sebaliknya, kalau kamu ingin menghapusnya juga silakan. Paham kamu!" pungkas Brian, lalu akhirnya kembali melanjutkan langkahnya.
"Oke, baiklah! aku anggap kamu tadi menjawab iya. Terima kasih ya Brian!" teriak Ayesha, dengan semangat.
Brian sama sekitar tidak menjawab lagi. Pemuda itu tetap melanjutkan langkahnya, disusul oleh Vania yang tampak sangat kesal sekarang.
"Brian, kenapa sih kamu tidak langsung saja meminta dia untuk menghapusnya dan memintanya untuk klarifikasi? kalau dia tidak klarifikasi, bisa-bisa orang-orang menganggap kalau kalian memang punya hubungan," protes Vania, berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah Brian.
"Biarkan saja! hitung-hitung kabar itu juga membantuku!" ucap Brian, ambigu.
"Membantumu? apanya yang membantu? justru itu membuat orang-orang yakin kalau kamu sudah punya pacar. Kalau cantik tidak masalah, lah ini modelan seperti itu. Bukannya itu akan membuat orang-orang menganggap kamu bodoh?" Vania masih berusaha memprovokasi Brian.
"Justru itu yang aku inginkan. Untuk sekarang biarlah orang-orang menganggapku sudah punya pacar. Setidaknya, aku bebas dari kejaran mereka. Dan satu lagi, untuk sekarang,aku juga tidak ingin menjalin hubungan dengan wanita manapun. Jadi, aku minta kamu jangan buat tindakan bodoh yang ingin melakukan klarifikasi sendiri nantinya, tanpa seizinku. Kalau kamu melakukannya, ingat, aku tidak akan mau berteman denganmu lagi! kamu tahu aku kan? walaupun nanti kamu pakai akun lain, aku bisa tahu kalau itu kamu!" pungkas Brian, yang setelah menyelesaikan ucapannya, langsung mempercepat langkahnya, meninggalkan Vania yang tingkat kekesalannya sudah sampai ke ubun-ubun.
"Sial! bisa-bisanya Brian bicara seperti itu! tadi dia bilang apa? dia. bilang kalau sekarang, dia tidak ingin menjalin hubungan apapun dengan wanita? benar-benar menyebalkan!" umpat Vania sembari menghentak-hentakkan kakinya.
Tanpa sengaja, wanita itu menoleh ke belakang. Kekesalannya semakin bertambah ketika melihat Ayesha yang menjulurkan lidah ke arahnya.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Vania lagi terobsesi dgn Brian... 🤔
2023-11-23
2
Fenita Dewayani
kayak e seru nie cerita ne... lanjuuttt
2023-06-25
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙡𝙞𝙣𝙜 𝙠𝙚𝙯𝙚𝙡 𝙠𝙡 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙚𝙧 𝙟𝙖𝙬𝙖𝙗𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙨𝙚𝙧𝙖𝙝 😌😌😌
2023-06-03
1