Black saat ini tengah terpaku kagum melihat sosok wanita cantik di hadapannya yang mana saat ini sedang mengenakan gaun pengantin berwarna putih gading.
Black tidak menyangka jika wanita yang selama ini ia goda dan dia buat kesal serta marah terus padanya akan menerima dirinya sebagai pengantin pria.
Jika bukan karena keinginan nyonya Nadia entah kapan harapannya ini akan terwujud. Sebab, semua hal telah Black lakukan namun tak ada satupun yang berkesan bagi wanita itu.
Red menoleh ke belakang dan ia pun mendapati tatapan dari seorang pria yang selama ini sangat menyebalkan baginya. Walaupun begitu entah kenapa Red merasa kehilangan ketika Black merubah kebiasaannya.
Hal yang tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya adalah menikah dan yang lebih mustahil lagi adalah musuh bebuyutan yang sangat Red benci ini akan menjadi pengantin pria.
Akan menjadi laki-laki yang akan menemaninya seumur hidup. Bukankah ini gila? Sungguh-sungguh hal yang gila kenapa dirinya bisa menyetujuinya keinginan sang Nyonya.
Red, melihat sosok pria yang tampan dan berkharisma saat ini. Tak ada kesan Black yang ingin sekali ia ledakkan kepalanya.
Tak ada lagi pembawaan pria menyebalkan yang ingin sekali ia kirim ke antariksa.
Pria yang ternyata mampu membuat ia merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Pria yang nyatanya telah memberi warna-warni dalam kehidupan Red yang hanya abu-abu monyet itu.
Black melangkah mendekati sosok yang kini sedang menatapnya lekat.
"Kenapa senyum-senyum? Aku ganteng kan? Kasian ... kamu pasti baru nyadar," bisik Black yang mana ucapannya itu membuat telinga Red gatal seketika.
"Gak usah pura-pura gak ngakuin. Kamu itu beruntung pokoknya dapetin aku," tambah Black lagi.
Pernyataannya yang terakhir sontak saja mendapat tatapan malas dari Red. "Apa katamu? Beruntung? Ah, aku bahkan merasa jika saat ini sedang sial," kata Red asal.
Akan tetapi Black tergelak karena ucapan wanita cantik ini. Padahal Red belum mengenakan riasan sama sekali diwajahnya tapi aura kecantikannya sudah nampak.
"Kau ini memang wanita yang memiliki gengsi tinggi. Aku tau kau pasti tidak akan memujiku makanya aku puji diri sendiri saja," gelak Black lagi.
"Haish, dasar gila!" celetuk Red yang meminta pada sang designer untuk membuka semua yang menempel pada kepalanya.
Semua telah sempurna dah siap tanpa ada hal kecil yang harus di perbaiki sekalipun.
Melihat kelakuan pasangan ini, tentu saja sang designer dan para karyawannya memasang wajah kaget campur heran.
Pasalnya baru kali ini mereka melihat calon pengantin yang saling mengejek satu sama lain. Bahkan mereka terlihat seperti musuh saja.
Emang musuh bebuyutan. 😆
"Kenapa di buka? Kita foto dulu!" tahan Black pada sang asisten designer yang ingin melepaskan mahkota yang tersemat di kepala Red.
"Untuk apa?" tanya Red heran.
"Tentu saja laporan sayangku yang cantik," jawab Black dengan aksen menggoda.
Blush.
Sekalipun Black memanggilnya dengan bermaksud bercanda tetap saja Red tak dapat membohongi hatinya jika ia merasa senang acapkali pria itu bersikap manis padanya.
Gapapa, Red. Manusiawi dan takkan mengurangi kehebatan kamu. 😁
Sehebat dan sekuat apapun perempuan, mereka tetaplah makhluk yang sensitif dan lembut. Nyatanya tetap butuh sandaran dan pelukan. Hanya saja beberapa tipikal wanita ini tak mudah memberikan kepercayaannya untuk menggantungkan hati dan perasaannya pada seseorang.
Black meminta asisten sang designer untuk mengambil beberapa gambar dia dan juga Red. Beberapa adegan kaku tertangkap kamera. Apalagi Red memang tak bisa bergaya anggun kayaknya wanita kebanyakan.
"Jangan terlalu dekat. Kau ini jangan mengambil kesempatan!" ketus Red.
Black menghela napasnya. Karena begitu susah mengatur Red untuk menggunakan gaya yang lebih intim dengannya. Padahal dirinya memang berniat ingin menyelam sambil minum air.
Red sudah tau akal bulusmu Black. 😆
Sekian tahun mereka bersama, tentu Red cukup tau apa modus Black di balik setiap tindakannya.
Tak lama mereka pulang, dan Black saat ini tengah mati-matian membujuk Red agar mau makan malam mumpung mereka sedang di luar dan bersama.
"Red, ini adalah momen langka untuk kita dan aku sudah meminta ijin pada tuan. Jadi kau mau ya?" pinta Black dengan nada memohon.
"Baiklah. Tapi jangan lama-lama, perasaanku tidak enak," jawab Red yang akhirnya menyerah juga.
Bagaimanapun juga wanita ini tak mampu membohongi hatinya jika ia pun merasa nyaman ketika bersama dengan Black. Lagipula, pernikahan mereka hanya tinggal menghitung hari. Red nyatanya harus membangun chemistry itu dari sekarang.
Black membawa mobil mewah itu melaju dengan kecepatan sedang. Sedangkan dua orang yang sejak tadi memata-matai kegiatan keduanya pun langsung menyusul.
"Kita mau makan apa, sayang?" tanya Black. Pandangannya sesekali menoleh kesebelah dimana Red saat ini tengah memperhatikan kaca spion.
"Terserah kau saja," jawab Red.
"Bagaimana kalau sushi?"
"Aku tidak mau."
"Kalau ramen, bagaimana?"
"Aku tidak berselera makan ramen."
"Kalau begitu kau saja yang katakan kita mau ke restoran mana," kata Black.
"Tidak kau saja," jawab Red singkat.
"Jadi kita mau ke restoran China, Jepang atau Eropa?" tanya Black rinci.
"Terserah kau saja," jawab Red lagi santai.
"Kita makan steak saja ya. Aku tau cafe yang keren di seratus meter ke depan," ajak Black lagi dengan harapan Red akan setuju kali ini.
"Terserah, tapi aku tidak mau makan daging," kata Red.
Black menggaruk kepalanya karena mendadak pusing. Ternyata tak mudah mengajak wanita maskulin memilih restoran dan menu makan malam mereka.
"Jadi, sebenarnya kamu mau makan apa, Red?" tanya Black frustrasi karena mereka tak kunjung menemukan ide yang sama.
Red, sekali lagi melihat ke arah kaca spion dan menengok jam yang melingkar di lengan kirinya.
"Kita ke tempat itu saja!" tunjuk Red pada salah satu kafe pinggir jalan yang terbuka. Bahkan tempat makan mereka juga hanya sekedar kursi dan meja kayu biasa. Dengan terpal dan juga spanduk yang menunjukkan identitas dari tempat makan tersebut.
"Kau yakin?" tanya Black memastikan. Pandangan pria itupun mengedar kesekeliling untuk menyisir lokasi.
"Kamu yakin di sini bersih dan higienis?" tanya Black lagi yang memang seumur hidupnya belum pernah menginjakkan kaki di tempat makan rakyat jelata seperti ini apalagi untuk mencoba makanannya.
"Kau lihat saja wajahku. Apa ada nampak aku tak yakin!" tukas Red serius.
Black pun sengaja memajukan wajahnya untuk menatap Red dengan lamat dan seksama.
Puk!
"Menjauh dariku!" dorong Red pada wajah Black yang semakin dekat.
"Kata kamu kan tadi suruh lihat, nah ini aku lagi tengok dengan seksama," jawab Black dengan kelakarnya.
"Tidak lucu!" ujar Red dan wanita itu pun turun namun Black menahan lengannya.
"Tunggu dan tetap di dalam," titah Black serius.
"Kenapa dia? Apa dia akhirnya sadar kalau ada yang mengikuti kita sejak tadi?" gumam Red dalam hati.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
hati² ada yang mengekori
2024-02-05
2
Uyhull01
mkanya Black harus tau isi wanita itu apa jgan bnyak nanya langsung pke tindakan klo gak mau ribet dan debat karna wanita akan mngatakan Terserah,
eehhh apa kalian peka ??
2023-06-05
1
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
kukira yang awas akan musuh cuman Red doank 😄😄😄 apa black juga tau klo di ikutin 🤨🤨🤨
2023-06-04
1