Milly keluar dari ruangan bu Vania.
Milly tidak langsung ke ruangannya. Milly memutuskan untuk ke toilet kantor dulu. Milly ingin mencuci mukanya.
Dia tidak ingin teman teman satu ruangannya curiga. Jika melihat nya keluar dari ruangan bu Vania dalam kondisi muka yang berantakan dan seperti habis menangis.
Setelah mencuci mukanya dan memperbaiki riasan wajah, Milly kembali menuju ruangan kerjanya. Benar saja, Rara dan beberapa teman lain nya, langsung menatap Milly dengan tatapan menyelidik.
Milly pun memaksakan dirinya tersenyum, untuk menegaskan jika tidak terjadi apa-apa. Dia harus bersandiwara agar tidak ada yang curiga.
"Apa yang di katakan bu Vania,Mil. kenapa kamu lama banget di sana," Rara mulai menanyai Milly.
"Gak ada apa-apa, hanya membicarakan pekerjaan," bohong Milly.
"Tapi kamu benaran gak melakukan kesalahan kan," tanya Rara lagi.
"Gak lah, bisa di pecat aku, Ra. Jika melakukan kesalahan. Kamu kan tau sendiri jika atasan kita itu tidak mentoleransi kesalahan," jawab Milly meyakin kan Rara.
"Tapi kamu gak lagi ada masalah sama bu Vania kan, Mil?"
"Gak Rara, jika ada masalah mana bisa aku tetap tersenyum seperti sekarang," bohong Milly lagi, sambil memamerkan senyum manis nya ke pada Rara.
"Ya udah, aku percaya sama kamu. Aku hanya takut kamu bikin kesalahan dan di pecat. Jika tidak bekerja, gimana kamu sama ibu kamu nanti nya. Apalagi saat ini mencari pekerjaan baru tidak lah mudah."
"Makasi ya, Ra, kamu memikirkan aku sampai segitu nya," jawab Milly dengan tulus. Milly pun memeluk Rara.
"Kamu memang teman aku yang pengertian Ra," lanjut Milly.
Setelah berpelukan sebentar, kemudian Rara dan Milly pun tertawa bersama. Teman teman yang lain nya hanya tersenyum melihat mereka berdua. Milly pun bisa melupakan masalah nya sebentar. Milly dan Rara pun kembali ke meja meraka masing masing untuk melanjutkan pekerjaannya.
****
Sepulang bekerja, Milly memutuskan untuk tidak langsung pulang. Dia akan mampir dulu ke kafe kemarin, untuk menikmati segelas minuman coklat panas dan di beri topping mashmellow.
Itu di lakukan Milly setiap kali dia merasa lelah selepas bekerja, mau pun ketika dia lagi banyak masalah. Coklat panas membuat mood nya menjadi baik.
Minuman coklat panas di kafe ini adalah yang terbaik menurut selera Milly.
Milly memilih duduk di dekat jendela kaca bagian samping kafe. Dari sana Milly bisa melihat taman kecil di samping kafe yang penuh dengan bermacam tanaman bunga bermekaran.
Dan ada juga sebuah air mancur yang di buat di tengah taman bunga itu. Suara air dan pemandangan yang indah akan menambah ketenangan hati Milly.
Setelah tadi memesan coklat panas, sekarang pesanan itu pun sudah ada di atas meja. Milly pun mulai menikmati pesanan nya.
***
Di parkiran kafe
Seorang pria baru saja turun dari mobilnya. Pria itu memakai setelan kemeja biru dengan jas hitam dan celana hitam. Memakai sepatu pentofel berwarna hitam juga. Dia berjalan dengan gagah menuju ke dalam kafe.
Beberapa kelompok wanita yang nongkrong di kafe itu terlihat kagum akan ke tampanan pria itu. Sebagian mereka terlihat berbisik-bisik sambil mencuri-curi pandang pada pria itu.
Ada juga yang terang terangan menyapa nya. Pria itu hanya membalas dengan senyuman yang membuat mereka makin terpesona.
Mengedarkan pandangan keseluruh ruangan kafe, untuk mencari tempat duduk. Tak sengaja pandangan nya menangkap seseorang yang sedang duduk menikmati minuman nya.
Senyuman terukir di wajah ganteng pria itu. Dengan langkah pasti dan hati yang berdebar, pria itu menghampiri sang wanita.
Saking fokus nya, wanita itu tidak menyadari seseorang sudah berdiri di dekat nya.
"Apa saya boleh duduk di sini?" Tanya si pria tersebut.
Wanita itu langsung menoleh dan cukup kaget melihat siapa yang berdiri di depan nya. Dan beberapa saat kemudian, bisa kembali menguasai diri nya.
"Ini tempat umum, jadi siapa saja boleh duduk," jawab Milly datar.
Karna tidak ada penolakan, pria itu pun duduk di kursi berhadapan dengan Milly. Pelayan kafe pun datang memberikan daftar menu. Pria itu menawarkan Milly untuk memesan lagi. Tapi milly menolak nya.
Setelah memilih sebentar pria itu memesan cappuccino latte. Pelayan pun pergi membuat kan pesanan. Pria itu kembali melirik Milly yang seperti terburu buru meminum minumannya.
Setelah habis, Milly langsung berdiri dari duduk nya.
"Aku permisi dulu ya," kata Milly.
Pria itu pun berdiri dan reflek menahan pergelangan tangan Milly.
Milly menatap pergelangan tangan nya, pria itu pun mengerti maksud Milly dan segera melepas pegangan nya dari tangan Milly.
"Maaf Milly, aku tak bermaksud apa-apa, hanya saja ... " pria itu menggantung kalimat nya.
"Bolehkan, kita berbicara sebentar?" lanjut Dean.
"Maaf Dean, aku harus segera pulang, ibu menunggu ku di rumah."
"Sebentar saja, Milly, temani aku ngopi sebentar ya," pinta Dean.
Milly berfikir sebentar, kemudian kembali duduk di kursi nya. Dean pun kembali duduk mengikuti Milly.
"Aku pesankan minuman lagi ya, atau kamu mau pesan makan. Biar aku yang traktir kamu."
"Tidak usah, terima kasih," tolak Milly.
"Permisi, ini pesanan nya Pak. Silahkan di nikmati."
Pelayan datang membawakan pesanan Dean.
"Terima kasih," ucap Dean.
Pelayan itu pun berlalu.
"Oh ya, Milly, jadi sekarang bu Rina tinggal di sini juga. Bagaimana kabar beliau, Mil?" tanya Dean.
"Iya, sudah setahun ini ibu tinggal di kota. Sekarang ibu sedang sakit."
"Sakit? Kalau boleh tau bu Rina sakit apa, Mil?" tanya Dean lagi.
"Ibu mengalami stroke sekitar dua bulan yang lalu, tangan dan kaki ibu lumpuh. Tapi untuk berbicara ibu masih bisa. Sampai berapa hari yang lalu, ibu jatuh, dan sekarang ibu kesulitan berbicara. Untuk makan saja ibu sangat susah. Makin hari tubuh ibu makin kurus, aku sangat sedih dengan kondisi ibu," lanjut Milly.
Beberapa saat kemudian Milly langsung menunduk kan kepalanya. Dan terlihat mengusap sudut mata nya yang mulai berair.
Dean yang menyaksikan itu merasa jika Milly sedang melepaskan beban hati nya.
Pengen rasa nya Dean menggenggam tangan Milly, untuk menenangkan nya. Tapi dia takut jika Milly, nanti akan salah faham.
"Aku ikut prihatin ya, Mil, dengan keadaan ibu kamu, kamu yang sabar ya. Aku tau, kamu wanita yang kuat.
Jika kamu butuh bantuan, sekarang aku juga tinggal di kota ini. Insyaallah aku akan bantu sebisa ku," kata Dean tulus.
"Makasi Dean," ucap Milly.
Kemudian dia langsung menunduk. Dia takut Dean melihat air mata nya yang mulai menetes.
"Mil ... kamu baik-baik saja kan?" tanya Dean.
"Ya, aku baik-baik saja.
"Maaf Dean, seperti nya aku harus pergi. Ibu sendiri saja di rumah," lanjut Milly.
"Emang nya, ayah kamu gak ada di rumah?"
"Gak, ayah sudah tidak tinggal bersama kami lagi," jawab Milly.
"Terus, ayah kamu tinggal di mana?"
"Tinggal di rumah istri baru nya, ayah sudah menikah lagi. Ayah sudah berpisah dengan ibu," jelas Milly.
"Maaf ya, Mil, aku benar-benar tidak tau. Maaf, jika pertanyaan ku membuat mu sedih."
"Tidak apa-apa, lagi pula aku sudah mengikhlas kan semua yang terjadi," jawab Milly.
"Apa sekarang, aku boleh mengunjungi bu Rina? Sudah lama tak bertemu, aku ingin melihat langsung keadaan beliau?" tanya Dean.
Milly hanya diam, sepertinya dia sedang berfikir.
"Boleh saja, tapi jangan sekarang," kata Milly.
"Oke ... tapi aku bolehkan, minta nomor ponsel kamu. Biar nanti aku telpon jika mau berkunjung."
Dean melihat Milly hanya diam saja. Seperti ragu untuk mengabulkan permintaan Dean.
"Aku kan harus ngabari dulu, jika mau berkunjung, aku kan gak tau sekarang kamu tinggal di mana.Terus aku mau hubungi siapa ,kalau bukan kamu,iya kan."
Dean berusaha meyakin kan Milly. Kali ini dia tidak boleh gagal mendapatkan nomor ponsel Milly.
Beberapa saat kamudian Milly mengambil ponsel nya. Kemudian dia mencari kontak nya yang sengaja dia simpan. Lalu memperlihat kan nya pada Dean. Dean pun segera mencatat nya.
Ponsel Milly berdering, satu panggilan masuk dari nomor tidak di kenal.
"Makasi ya, Milly. Itu nomor ponselku, di save ya. Jika kamu butuh bantuan ku, silahkan hubungi saja. Insyaallah aku akan bantu sebisa ku," jelas Dean.
Milly hanya menanggapi nya dengan satu anggukan kepala.
"Aku permisi ya," kata milly.
"Aku antar, boleh?"
"Makasi,aku bawa motor sendiri."
"Ya sudah,hati hati ya."
Milly segera meninggalkan Dean dan langsung keluar, setelah membayar minuman nya.
Dean memandangi Milly dari tempat duduk nya. Pengen rasa nya, ia mengikuti Milly. Tapi Dean tidak mau membuat Milly risih dan terganggu dengan itu. Dean tidak mau seperti dulu lagi.
Sedikit banyak Dean mulai belajar dari pengalaman dahulu. Dia tidak mau Milly menjauhi nya lagi.
***
Jarak kafe ke kos Milly cukup dekat. Dia sengaja mencari kos yang dekat dengan tempat kerja nya. Agar dia bisa pulang saat jam istirahat kantor. Untuk memberi makan ibu nya.
Sesampai dirumah, Milly langsung ke kamar ibu nya. Ternyata ibu Milly sedang berbaring, tapi tidak sedang tidur. Milly pun menyalami ibu nya. Hal yang selalu di lakukan Milly jika mau pergi dan pulang bekerja. Kemudian Milly memeriksa diapers sang ibu. Ternyata ibu nya buang air besar.
Dengan cekatan Milly membersihkan tubuh ibunya. Sedikit melap badan ibunya dengan air hangat, memakaikan diapers yang baru, dan juga menggantikan pakaian nya.
Setelah memastikan ibunya kembali berbaring dengan nyaman. Milly pun pergi ke kamarnya.
Merebahkan tubuh sebentar di kasur. Kemudian bergegas membersihkan diri ke kamar mandi.
Baru saja milly selesai mandi dan kembali ke kamar. Ponsel nya berbunyi, menandakan ada pesan masuk.
Milly mengambil ponsel dan duduk di sisi tempat tidur.
(PERNIKAHAN AKAN DI LAKUKAN BESOK SIANG. AKAN ADA YANG MENJEMPUT MU.TIDAK PERLU MEMPERSIAPKAN APA-APA. SEMUA SUDAH SAYA URUS.CUKUP MENIKAH SIRI SAJA.JADI TIDAK ADA YANG HARUS KAMU SIAP KAN.)
Sebuah pesan masuk dari bu Vania. Pesan yang membuat kepalanya kembali pusing. Setelah tadi merasa sedikit segar saat mengguyur tubuhnya dengan air hangat.
Dia tidak mau membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah pernikahan besok.
Salah atau pun benar keputusan yang diambilnya, tak lagi di fikir kan oleh Milly. Sekarang fokusnya hanya pada sang ibu.
Bagaimana secepat nya terbebas dari hutang yang di bebankan ayahnya.
Milly tidak membalas pesan itu. Dia tau jika bu Vania tidak mengharap balasan dari nya. bu Vania hanya memberi tahu, lebih tepat nya memberi perintah.
Meskipun pernikahan nya besok hanya lah pernikahan siri, itu pun terjadi karna ada kepentingan beberapa pihak di dalam nya. Tapi Milly tetap ingin pernikahan itu terlaksana dengan baik. Dan baik yang di maksud Milly adalah pernikahan yang sah di mata Allah.
Bagai mana ke depan nya dan akhirnya nanti biarlah Allah yang menentukan nya. Dan Milly akan ikhlas menjalani apa yang menjadi takdir nya nanti.
Meskipun kecewa dengan sikap sang ayah, tapi karna ayah nya masih hidup, Milly tetap ingin ayahnya yang akan menikah kan nya nanti.
Tapi bagaimana cara dia mau memberi tau sang ayah, sedangkan dia tidak tau nomor telpon ayah nya. Satu satu nya jalan adalah menemui langsung ke rumah ayah nya.
Milly pun memutuskan untuk pergi ke rumah ayah nya setelah selesai sholat magrib.
Perjalan ke rumah sang ayah dari rumah Milly, memakan waktu lebih kurang satu jam. Milly memperkirakan nanti dia bisa kembali ke rumah sebelum tengah malam.
Ada sedikit takut di hati Milly mengingat itu. Mau bagai mana lagi, itu harus di lakukan Milly.
Jika di lakukan besok pagi, Milly takut jika waktu nya akan mepet. Jika terlambat datang, itu akan membuat bu Vania marah.
Ini saja, pasti akan membuat nya marah. bu Vania tidak tau jika Milly akan mengajak ayah nya .
Tapi Milly sudah mempersiap kan alasan nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments