Perkelahian pun terjadi, para warga yang ada di sana tidak ada yang membantu Senja. Padahal orang yang tengah melawan preman tersebut seorang perempuan. Tak membutuhkan waktu lama bagi gadis itu mengalahkan si preman, baru saja akan kembali memukul tiba-tiba saja Biru datang menghentikan aksi Senja.
“Pergi lu!” ucap Senja mengusir para preman tersebut.
Si pedagang yang diganggu mengucapkan terimakasih, dia memberikan beberapa dagangannya namun ditolak oleh Biru. Setelah itu dia mengajak pergi Senja, menuntunnya menuju motor. Sesampainya dirumah, terlihat Pak Arya sedang berbincang dengan seorang perempuan muda. Senja dan Biru saling pandang, mereka berdua penasaran siapa sosok perempuan tersebut.
Lalu Pak Arya memperkenalkan perempuan itu kepada anaknya. Raut wajahnya terlihat bahagia disaat dua perempuan itu bersalaman dan saling menyebutkan nama. Biru mengerutkan keningnya begitupun dengan Senja, setelah berkenalan dia langsung menuju dapur bersama Omnya.
“Siapanya Papa sih?” tanya Senja sibuk mengeluarkan semua bahan masakan.
“Calon istri mungkin,” jawab Biru mengangkat bahunya.
Senja melempar salah satu sayur yang dipegangnya. Matanya begitu sinis saat sang Om berkata seperti itu. Sedangkan Biru tertawa akan mimik wajah gadis didepannya, dia tahu bahwa Senja tidak suka akan perempuan tadi.
“Papa udah tua gitu, mana ada perempuan muda yang mau sama Papa. Apalagi dia cantik kenapa harus sama yang tua?”
“Harta.”
“Harta? Ah iya, pasti perempuan itu ngincar hartanya Papa. Senja nggak suka Om, gayanya itu loh kayak perempuan nggak baik-baik. Dari wajahnya aja udah kelihatan banget, pokoknya kalo itu beneran calon istri Papa Senja bakal nolak!”
Biru hanya memberikan senyum pada gadis itu, lalu mereka berdua memasak bersama untuk makan malam. Pukul 19.00, perempuan yang tadi sore masih juga berada dirumah Pak Arya. Dia justru ikut makan malam bersama keluarga itu, Senja yang sejak awal melihatnya tak suka setelah makan langsung pergi ke kamarnya. Biasanya gadis itu akan berkumpul terlebih dahulu bersama Papa dan Omnya di ruang tamu.
Pak Arya bertanya kepada Biru tentang sikap Senja yang seperti itu. Namun, cowok di sampingnya itu hanya menjawab jika Senja kelelahan dan harus istirahat dikamar. Pak Arya pun mengangguk sembari menyantap makanannya. Biru menyadari jika si perempuan yang berada di samping Papa Senja itu selalu mencuri pandang terhadapnya.
“Kalo begitu saya pamit pulang, terimakasih atas makan malamnya. Salam buat Senja, maaf tidak bisa menginap dulu karena harus melihat kedai.”
“Oh baiklah. Kamu sudah Om anggap seperti anak sendiri, pengganti Andi. Terimakasih telah menjaga Senja hati-hati dijalan.”
“Iya, saya pamit.”
Biru pergi meninggalkan kediaman Senja. Si perempuan yang masih berada didalam bertanya siapa laki-laki barusan kepada Pak Arya. Perempuan tersebut juga berkata bahwa dirinya sangat menyukai Senja, dia sangat memujinya.
“Nanti kapan-kapan aku akan menyuruh Senja berbicara berdua dengan kamu, biar kalian tambah akrab.”
“Iya mas, aku harap Senja juga menyukaiku. Nggak sabar menjadi istri kamu,” jawabnya tersenyum centil.
Didalam kamar, gadis itu terus menggerutu. Dia benar-benar tidak menyukai perempuan yang bersama Papanya. Senja berpikir tidak ada lagi perempuan yang bisa menggantikan Mamanya. Kalo pun sang Papa akan menjadikan perempuan tersebut istri, dia tidak akan pernah memanggilnya dengan sebutan Mama.
Karena merasa bosan, dia mengirimkan pesan kepada teman-temannya. Tidak ada lagi tempat untuk dirinya menghibur diri selain bermain dan menjahili kelima sahabatnya.
Saat esok paginya, Senja bangun lebih awal. Dia pergi kesekolah menggunakan motornya tanpa Biru. Saat sudah sampai didepan gerbang sekolah, gadis itu tidak sengaja menabrak seorang lelaki yang tengah membenarkan tali sepatunya. “Woy! Benerin tali sepatu jangan ditengah dong!” omelnya.
Cowok yang ditabrak membalikkan badannya melihat ke arah Senja. Dia menunduk meminta maaf sedangkan gadis yang menabraknya pergi begitu saja menuju parkiran. Di sana sudah ada Bima dan Daffa yang menunggu. Tak lama datanglah Leo, mereka bertiga menanyakan kenapa dengan wajah Senja yang sepertinya sangat murung.
Tidak ada jawaban dari teman perempuannya. Mereka bergegas saja berjalan ke kelas. Saat sudah dekat dengan pintu kelas, terdengar suara para siswi yang berbisik-bisik tentang seorang lelaki tampan. Bima dkk pun penasaran siapa orang yang dimaksud teman sekelasnya. Cowok yang ditabrak Senja ternyata Langit, dia telah sampai di Indonesia dan mendaftar sekolah ditempat yang sama dengan teman kecilnya.
Langit memandang geng Senja yang tengah berdiri diambang pintu sembari melihatnya. Dia memberikan senyuman kepada mereka berempat, namun hanya Senja seorang yang tidak membalas senyuman tersebut. Dia langsung saja duduk di kursinya tepat belakang Langit. 20 menit kemudian bel masuk berbunyi, guru yang masuk menyuruh Langit memperkenalkan dirinya.
“Hay nama aku Pram, murid pindahan. Semoga bisa berteman baik dengan kalian,” ucapnya menyapa dengan ramah. Tak lupa memberikan senyuman yang membuat para siswi terpesona padanya.
Setelah berkenalan pelajaran pun dimulai. Di saat guru memberikan soal pertanyaan, Pram mengacungkan tangannya untuk menjawab soal tersebut. Sang guru mempersilahkan dia untuk maju kedepan. Baru saja masuk kesekolah namun Pram sudah banyak disukai oleh para murid. Bel istirahat tiba, tanpa diduga-duga Pram mengulurkan tangannya kepada Senja. Dia ingin berkenalan dengan gadis yang telah menabraknya waktu pagi.
Ketiga teman cowoknya tersenyum, siapa yang tidak akan terpesona kepada Senja. Gadis cantik, pintar, dan jago dalam berbagai hal. “Aku Pram, salam kenal.”
Senja hanya melihat uluran tangan cowok didepannya saja. Dia tidak membalas uluran tersebut dan malah pergi meninggalkan Pram.
“Sorry bro! Maklumin aja, dia kulkas berjalan. Btw nama tuh cewek Senja,” ujar Bima menepuk pundak Pram.
Pram mengucapkan terimakasih kepada Bima karena telah memberitahu nama gadis itu. Entah mengapa dia tertarik kepada Senja sejak pertama kali melihatnya. Dia tidak ingat akan nama teman kecilnya dahulu, begitu juga dengan Senja, dirinya tak tahu bahwa sebenarnya laki-laki yang mengajaknya berkenalan adalah Langit.
Seperti biasa, 5 orang bersahabat itu selalu menghabiskan waktunya di lapangan bermain basket. Mereka sangat gemar akan olahraga tersebut, bahkan jika ada perlombaan hanya Senja satu-satunya perempuan yang masuk dalam tim laki-laki. Padahal gadis itu bisa saja masuk ke tim perempuan, namun dia lebih memilih bersama keempat sahabatnya. Para guru pun tidak melarangnya, sebab kelima muridnya itulah yang selalu memenangkan lomba jika bertanding melawan sekolah sebelah.
Pram duduk dikelas, dia memperhatikan permainan Senja dkk. Dia terus saja memuji gadis itu. “Baru kali ini lihat ada cewek kayak dia, udah cantik pintar main basket lagi. Mana temennya semua cowok,” ucapnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
wew langit ketemu kakak lo itu senja
2024-03-14
1
Elisabeth Ratna Susanti
keren banget 😍
2023-06-23
1
Rita
dan dia temen masa kecilmu plus saudara sm Ayah
2023-06-03
2