Nadia dan Arka yang menyadari kehadiran Senja serta teman-temannya pun memanggil mereka semua. Menyuruhnya duduk bersama, Bima tersenyum lalu melirik ke arah Arka.
“Om, dapat istri kayak Tante Nadia dimana sih? Bima juga mau,” ujarnya.
Arka terkekeh mendengar perkataan Bima. Dia menjelaskan jika Tuhanlah yang telah memberikan Nadia kepadanya, sedangkan remaja itu hanya manggut-manggut saja akan ucapan lelaki didepannya. Mendengarkan kisah cinta Arka dan Nadia saat dulu dengan raut wajah yang sangat serius. Tak lama Biru datang, dia mencubit pipi Senja. “Kebiasaan! Pulang sekolah bukannya kerumah malah ke sini. Pasti mau makan gratis kan?”
“Hehe..., tahu aja Om Senja yang satu ini. Iya nih perut aku sama teman-teman udah kelaparan, mau cepat-cepat merasakan cake buatan Om lagi.”
Sikap Senja begitu berbeda saat disekolah dan di basecamp dibandingkan saat bersama Biru. Gadis itu seketika berubah menjadi perempuan hangat. Biru masuk kedalam, lalu membawakan cake yang masih utuh untuk dimakan oleh Senja dan temannya.
“Kenapa cemberut?” tanya Biru.
“Ini mah terlalu bagus buat dimakan, Om. Mending disimpan aja cakenya deh nggak usah di santap.”
“Weh! Enak aja lu, ini Om Biru ngasih buat dimakan. Seenak jidat buat disimpan, kita udah pada lapar Sen,” ujar Bima mengambil cake yang ada didepan Senja.
“Bim! Balikin nggak cakenya,” seru Senja memicingkan matanya tajam pada Bima. Cowok itu tersenyum, dia langsung mengembalikan cake yang tadi diambil. Biru hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah kelima remaja tersebut. Dia kembali teringat saat dulu masih muda, lalu pikirannya terlintas wajah Andi.
“Nad, Ka. Lu berdua habis makan di sini mau kemana lagi?” tanya Biru.
“Kita mau kemana Yang?” tanya Arka pada istrinya.
“Nggak kemana-mana. Emangnya kenapa Bi?”
“Gue kangen sama Andi, lu berdua mau ikut nggak ziarah ke makamnya. Udah lama juga kita nggak ke sana,” jawabnya. Senja yang mendengar itu langsung berdiri, dia berkata ingin ikut ziarah ke makam Andi. Biru mengangguk, gadis itu diajaknya untuk ikut ziarah.
Pada malam harinya. Senja diam-diam berjalan keluar rumah. Dia mengambil kunci motornya dengan sangat pelan agar tidak diketahui oleh Papanya. Setelah berhasil, kini gadis itu hendak menyalakan motornya lalu pergi. Namun, siapa sangka, Biru telah menunggunya diluar gerbang. “Mau balapan lagi?”
Senja menoleh kesamping. Dia tersenyum menatap Omnya yang tengah berdiri sembari memegang pinggang. “Woah Om! Ngapain tengah malam berdiri di sini? Kayak hantu aja.”
“Kamu sendiri ngapain keluar tengah malam? Anak gadis kelayapan malam-malam, nggak baik! Masuk sana, nggak ada main saat malam lagi.”
“Sekali ini aja Om, urgent soalnya. Nanti pulang jam satu deh, janji.”
“Nggak boleh!!” seru Biru menggeleng.
Diam-diam Senja menyalakan motornya lalu mengegasnya melaju pergi meninggalkan Biru. Lagi dan lagi laki-laki itu menggeleng, tidak habis pikir dengan Senja. Gadis tersebut sangat susah untuk di nasihati. Biru hanya bisa menghela napasnya, dia masuk kedalam rumah karena hari itu dia disuruh untuk menginap oleh Pak Arya.
Ditempat lain, seorang lelaki tengah memandangi poto seorang perempuan. Dia menyunggingkan senyum, lalu memakai jaketnya dan pergi menggunakan motor. Setelah itu, lelaki tersebut berhenti disebuah rumah, memperhatikan keadaan sekitar.
“Udah hidup bahagia ternyata!”
Setelah berkata demikian, dia pergi kembali. Sebelum itu tidak lupa dirinya mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang. Senja yang sudah sampai di basecamp nya disambut hangat oleh yang lain. Dia merebahkan tubuhnya sebentar, lalu meminta salah satu orang untuk membelikannya minuman.
“Sampai sini langsung rebahan, kalo gitu mending dirumah aja Buketu, bukannya Om Biru ada dirumah lu ya? Kok bisa sih keluar?”
“Bisa lah, cuman Om Biru.”
“Jadi kita kumpul di sini mau ngapain nih? Gue ngantuk, cepetan!” ujar Bintang.
“Tumben lu Bin, biasanya paling senang kalo datang ke basecamp. Kenapa lu? Ada masalah sini cerita ke kita-kita,” seru Bima.
“Nggak ada! Gue cuman capek aja hari ini.”
“Ya udah mending balik sana Bin, atau tidur di sini aja bareng anak-anak lain. Lagipula besok libur,” sahut Senja sembari menyeruput minuman yang dibawakan temannya.
Bintang menganggukkan kepalanya, dia pergi kedalam. Merebahkan diri di sofa dan tak lama matanya terpejam. Entah apa yang membuat cowok itu kelelahan, padahal mereka semua setelah dari kedai Biru tidak pergi ke tempat manapun lagi. Senja berbincang-bincang dengan teman-teman lainnya, hanya dia perempuan seorang yang berada di sana. Akan tetapi tidak ada yang berani berbuat macam-macam padanya, mereka tahu siapa Senja.
Malam semakin larut, sebuah notif pesan dari nomor yang tidak Senja kenal kembali muncul. Orang itu mengirimkan sebuah poto bayi dengan bertulisan “Ayah merindukanmu....”
Jelas saja hal itu membuat Senja bingung. Siapa sebenarnya orang yang selalu mengirimkan pesan aneh kepadanya. Pukul 01.30, gadis itu pamit pada yang lain untuk pulang, Bintang bangun dari tidurnya dan menyuruh teman lain mengantarkan Senja. Tapi gadis itu menolak untuk diantarkan.
“Udah larut banget, nurut sama gue,” ujar Bintang.
“Gue bisa jaga diri Bin, nggak usah khawatir. Kayak nggak tahu gue aja,” jawabnya.
“Tetap aja gue khawatir. Biasanya jam segini gengnya Aldo kumpul dipinggir jalan sana.”
“Nah benar tuh Sen, kita semua nggak mau lu kenapa-kenapa. Gue aja yang antar gimana?” seru Leo.
“Iya, lu pulang bareng Leo aja.”
Senja menghela napasnya menurut akan perkataan Bintang. Cowok itu selalu tidak suka jika perintahnya ditolak. Leo pun pergi mengantarkan Senja pulang kerumah. Sesampainya di sana, Biru masih setia menunggu gadis kesayangannya diluar.
Setelah memasuki gerbang, Biru menyuruh Senja untuk segera pergi ke kamarnya. Namun gadis tersebut memanyunkan bibirnya berkata bahwa dirinya lapar. Biru menghela napas, dia membawa Senja ke dapur, membuatkan gadis remaja itu semangkok mie dengan sedikit toping sosis. Disela makannya, Senja bercerita bahwa dirinya akhir-akhir ini selalu mendapatkan pesan dari seseorang yang tidak dia kenal.
Merogoh ponselnya dari saku jaket lalu memperlihatkan isi pesan itu pada Omnya. Biru terdiam memperhatikan pesan tersebut dengan teliti. Dan setelah itu dia mengingat seseorang yang dulu menjadi pusat masalah dalam kehidupannya.
“Jangan hiraukan pesan ini, kalo bisa kamu blok saja nomornya. Habis makan cuci kaki, terus tidur.”
“Om Biru kenal sama orang itu?”
“Nggak! Orang aneh atau iseng doang kali.”
“Tapi Om, katanya dia tahu tentang masa lalu keluarga kita,” ungkapnya.
“Udah-udah nggak usah bahas itu. Cepetan makannya, bukannya besok mau ikut ke makam Andi?”
“Ah iya, ini udah abis. Ya udah Senja ke kamar dulu,” jawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Heru kah?
2025-02-27
0
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
biru lo masih single...... 34 loh
2024-03-14
2
Mari ani
Bima-Bima, ada2 saja
2023-06-04
2