Guru sudah datang dan duduk di kursinya. Leo, Daffa, Bintang dan Bima menelan ludahnya. Sangat disayangkan, guru yang mengajar kali ini adalah Bu Meta, wanita yang terkenal galak serta sangat disiplin. Dia tidak suka jika ada anak muridnya yang tidak mengerjakan tugas pemberiannya. Tidak peduli murid itu bertampang tampan ataupun memiliki otak pintar. Semua diperlakukan sama jika ada yang lupa mengerjakan tugas, yaitu diberikan hukuman.
“Baiklah anak-anak! Tugas minggu kemarin yang ibu berikan silahkan kalian kumpulkan didepan. Dan yang tidak mengerjakan pergi keluar, bawa kursi berdiri sampai pelajaran ibu selesai!”
Senja tersenyum pada keempat temannya. Dia maju kedepan mengumpulkan bukunya. Sedangkan Bintang dkk membawa kursinya pergi ke luar. Bu Meta menggelengkan kepalanya saat melihat keempat muridnya itu. Diluar sana, Daffa menggoda Bintang karena cewek yang berkaca mata itu lewat di depan mereka.
“Lumayan cakep bro, sabi kali buat dijadiin pacar.”
“Culun ah,” sambung Leo.
“Yeah nggak boleh gitu, biasanya yang culun tuh suhunya. Jangan lihat dari luarnya doang, bisa jadi tuh cewek mafia. Bwahaha,” sahut Bima.
“Buset mafia nggak tuh! Tapi bener juga, yang culun tuh bisa jadi suhu coy!” seru Daffa.
“Berisik lu ah!” ucap Bintang.
Ketiga cowok itu langsung diam menutup mulutnya. Bisa dilihat jika Bintang sangat kesal akan godaan dari mereka. Teman-temannya pun tidak lagi menggoda, raut wajah Bintang sudah terlihat malas. 2 jam berlalu, kini pergantian jam pelajaran. Bu Meta keluar dan menyuruh empat murid tersebut untuk masuk dan mengikuti pelajaran berikutnya.
Bima menghela napasnya lega. Dia benar-benar pegal berdiri selama 2 jam sembari mengangkat kursi yang cukup berat. Senja yang melihat teman-temannya kelelahan pun malah tertawa.
Di tempat lain. Ara dan Galang tengah mengobrol diteras depan rumahnya. Ternyata mereka berdua telah menikah dan memiliki seorang anak perempuan yang sangat menggemaskan. Disaat sedang asik berbincang, datanglah Biru membawa kantong plastik berisi camilan dan buah-buahan. Dia memberikannya kepada adik tersayang dan keponakannya.
“Gimana kabarnya kalian? Sorry nih baru bisa datang ke sini. Sibuk sama usaha,” ungkap Biru mengelus rambut Shena.
“Om, om. Permen lolipop kesukaan Shena nggak ada kah?” tanya gadis kecil yang berumur 4 tahun itu. Biru menepuk jidatnya tanda dia lupa jika gadis yang tengah berada didepannya sangat menyukai lolipop. Dia tersenyum memegang kepala Shena dan meminta maaf.
“Nggak papa Om, nanti Ayah yang beliin lolipopnya. Iya kan, Yah?” ucapnya.
“Iya sayang, nanti Ayah yang belikan lolipopnya, sana lanjut main lagi. Ayah sama Ibu akan mengobrol dengan Om Biru,” jawab Galang dengan suara lembut. Tak disangka, cowok yang dahulu terkenal sangat kejam dan nakal kini berhati lembut. Dia benar-benar berubah banyak saat bersama dengan Ara. Cinta telah membuatnya berubah menjadi cowok yang lebih baik.
Shena pergi bermain boneka didalam, sedangkan kedua orangtuanya berbincang bersama Biru. Sampai siang hari, perbincangan itu pun selesai. Biru pamit pada adiknya karena harus memeriksa usahanya. Sekarang dia telah memiliki banyak cabang, dikenal sebagai pemuda sukses.
Kembali ke sekolah. Senja dan teman-temannya tengah bermain basket di lapangan. Semua siswa yang menonton bersorak ria. Keringat yang bercucuran pada keempat teman cowoknya membuat mereka nampak terlihat keren. Pada gadis memegangi dadanya karena merasa meleleh saat melihat itu semua.
Berteriak memanggil nama Bintang, Leo, Daffa dan Bima. Sedangkan murid cowok meneriaki nama Senja. Dalam loker mereka, terdapat banyak surat serta makanan ringan yang diberikan oleh para siswa-siswi lain. “Emang ya jadi good looking itu enak. Lihat aja, tanpa harus membeli sudah ada didepan mata. Gue kadang kasian aja sama mereka semua, udah tahu cinta mereka bertepuk sebelah tangan, tapi masih aja dilakuin. Yang ada rugi sih,” ujar Leo memandang beberapa snacks yang ada didalam lokernya.
“Hak mereka juga, lagipula kita semua nggak pernah minta. Kalo kata bokap gue sih rejeki jangan ditolak. Hehe,” sahut Daffa.
“Ah lu mah gratisan terus,” sambung Bima.
“Toilet dulu, ada yang mau ikut buat ganti baju?” tanya Leo.
Ketiga temannya mengangguk. Setelah berganti baju mereka menghampiri Senja yang sedang duduk seorang diri melihat handphonenya. Gadis itu terlihat sangat serius memperhatikan pesan yang masuk. Bima yang penasaran pun mendekat dan melirik apa isi pesan tersebut. Senja terkejut mendapati Bima yang seperti itu.
“Ngapain sih Bim? Kepo amat lu!”
“Lah lu serius banget lihatnya. Pesan dari siapa sih? Jangan-jangan pacar ya....?”
“Bukan. Ini ada pesan masuk tapi gue nggak tahu dari siapa. Katanya sih dia tahu tentang gue dan keluarga gue. Dia juga tahu tentang masa lalu Om Biru.”
“Wah siapa tuh? Coba gue lihat pesannya,” seru Daffa.
Mereka terdiam, dalam pesan tersebut orang itu seperti ingin mengatakan semua masa lalu Senja dan keluarganya. Namun disengaja tergantung agar membuat si penerima pesan semakin penasaran padanya. Leo mengembalikan ponsel teman perempuannya, dia menyuruh Senja untuk menghiraukan pesan tersebut.
“Dah lah. Pulang sekolah ke kedainya Om gue yuk? Makan gratis nanti di sana,” ucap Senja sembari tertawa kecil.
“Gass poll! Sekalian mau lihat Tante Nadia yang kece badai itu, semakin tua malah semakin menarik buat dijadiin istri,” ujar Bima.
“Cari mati nih anak, mau lu di mutilasi sama Om Arka?” sahut Bintang. Cowok itu baru mengeluarkan suaranya. Entah mengapa daritadi dia lebih banyak diam, matanya pun selalu melirik Senja tanpa sepengetahuan teman-temannya.
Pukul 15.00, bel pulang telah berbunyi. Seperti yang disepakati, mereka akan pergi ke kedai Biru untuk makan cake gratis. Senja yang tidak dijemput menumpang kepada Bintang. Mereka keluar dari gerbang sekolah.
Diperjalanan saat lampu merah, seorang nenek yang akan melintas terlihat jalan sangat lambat. Padahal sebentar lagi lampu berubah menjadi hijau. Suara klakson dari mobil yang berada disamping Senja membuat gadis itu kesal. Bintang turun tanpa membuka helmnya, dia menghampiri si nenek lalu membantunya jalan lebih cepat.
Setelah itu, saat lampu berubah hijau. Senja mengacungkan jari tengahnya kepada orang yang tidak sabaran tersebut, begitupun dengan keempat temannya. Beberapa saat kemudian mereka semua sampai di kedai, terlihat Nadia yang tengah duduk berdua dengan Arka.
“Berisik banget tadi bapak-bapak. Nggak sabaran jadi manusia,” gerutu Bima.
“Lu harusnya marah didepan bapaknya, bukan pas di sini.”
“Hehe, badannya itu loh, gede banget. Bisa dibanting nanti,” jawab Bima terkekeh.
“Eh Bim, ada Tante kece tuh sama suaminya. Katanya lu mau godain, sana samperin.”
“Ada laki nya woy! Lu mau gue dihajar sama Om Arka hah?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Oh di sini nih sambungan hubungan mereka..Terus Ara udah ketemu belum sama Langit/Nugraha anaknya?? Dan gimana dgn Biru udah married lom ya?
2025-02-27
0
Qaisaa Nazarudin
Kalo Cinta ngomong,Jangan di pendam,Ntar ketikung tau rasa kamu lho. 🤣
2025-02-27
0
Qaisaa Nazarudin
Jangan bilang pesan itu dari Heru atau Sasa..
2025-02-27
0