Serangan Bajak Laut

Gajah Lembana menoleh ke arah suara yang menyapanya,

dilihatnya Wiraksara sudah berdiri di geladak kapal dengan membawa buntalan

siap berangkat ke China menjalankan tugasnya.

“Wiraksara, kemana saja kamu ini, orang tuamu bercerita kau

sudah pergi dari rumah tanpa pamit. Mereka terkejut ketika kami mencarimu di

rumah, mereka pikir kamu sudah berada di Wilwatikta untuk bertugas kembali di

sana.  Aku sudah menunggumu di kapal ini,

untuk memberikan pengarahan kepadamu jika nanti bertemu dengan Kaisar Yongle.  Sebentar lagi angin muson Utara berakhir,

kalau kau terlambat pergi kita harus menunggu 6 bulan lagi untuk dapat pergi ke

China,” ungkap Gajah Lembana dengan wajah lega karena akhirnya dia bertemu

dengan Wiraksara.

Wiraksara yang merasa tidak enak dengan Gajah Lembana meminta

maaf

“Maafkan saya Paman Patih.”

Gajah Lembana yang sudah hafal dengan kelakuan Wiraksara

hanya mengheka nafas

“Ah sudahlah, kemarilah aku akan menyampaikan pesan-pesan

Raja kepadamu dan dan apa yang harus kau katakan jika bertemu Kaisar Yongle.”

Malam itu kapal berangkat menuju China. Wiraksara berangkat

dengan ditemani 30 orang prajurit, 2 orang bawahannya dan beberapa awak kapal.  Mereka juga membawa persenjataan lengkap untuk

mencegah serangan bajak laut yang biasa menyerang di kepulauan Natuna. Cetbang,

meriam dan senjata tajam sudah siap di dalam kapal. Kapal berbendera Majapahit

Getah Getih dengan gagah berkibar di tiang kapal.

Melewati kepulauan Natuna tiba-tiba Wiraksara melihat ada

sebuah kapal dagang tampaknya kapal dagang dari Jawa terlihat dari model

kapalnya. Kapal itu berhenti di tengah laut, disampingnya terdapat kapal yang

berukuran lebih kecil, tipe kapal penyerang untuk berperang di tengah laut.

“Ada Bajak Laut,” desis Wiraksara.

Wiraksara berteriak kepada jurumudi kapal

“Paman, ada orang yang dibajak, kita akan menolong mereka!”

Perintah Wiraksara.

Seorang petugas pengawas meluncur turun dari menara pengawas

di tiang kapal dan berkata

“Ndoro, itu kapal bajak laut Zheng Zhilong, apakah Ndoro

tetap mau melawannya?”

Wiraksara berkata dengan yakin

“Kenapa tidak, persenjataan kita lengkap, ada prajurit di

sini, kita harus bantu mereka. Serangan bajak laut Zheng Zhilong ini memang

meresahkan. Aku akan menyampaikan kepada Kaisar Yong Le soal ini.”

Kapal Wiraksara merapat mendekati kapal dagang yang di bajak

itu, di atas geladak kapal terlihat para bajak laut itu sudah mulai melompat ke

atas geladak kapal dagang itu. Wiraksara memberi aba-aba untuk menyerang Zheng

Zhilong di atas kapal dagang itu.

Melihat kapal berbendera Majapahit datang menyerang, Zheng

Zhilong dan anak buahnya menyerang awak kapal Wiraksara. Para prajurit

Majapahit dengan bersenjatakan Cetbang (sejenis senapan buatan Majapahit) menembakan

peluru cetbang kepada anak buah Zhilong di kapalnya. Para bajak laut itu

sebagian roboh terkena peluru cetbang, sedangkan yang lain berhamburan

menyelamatkan diri menceburkan diri ke laut. Melihat anak buahnya dilibas habis

oleh pasukan Majapahit, Zhilong memerintahkan semua anak buahnya untuk

menyerang ke kapal Majapahit.

“Serang mereka!” teriak Zhilong kepada anak buahnya.

Para bajak laut itu kemudian menyerang kapal Wiraksara, Zheng

Zhilong melompat masuk ke kapal Wiraksara, para prajurit itu dengan mudah

dikalahkan Zhilong.  Kini Wiraksara

berhadapan dengan Zhilong.

“Huh, ternyata kapal ini hanya dipimpin oleh seorang bocah

tak berguna. Kalian pergilah, jangan ikut campur urusan kami!” Seru Zhilong.

“Kau ini cuma bajak laut liar, apa maumu mengganggu kapal

dagang dari negeri kami?” Tanya Wiraksara.

“Sudahlah, tak usah sombong, negara kalian itu sudah lemah,

banyak negeri bawahan kalian yang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit,”

ejek Zhilong.

Wiraksara begitu marah ada orang mengejek Majapahit, tanpa

banyak basa-basi dia mulai menyerang Zhilong. Wiraksara memukul Zuyi tepat di

perutnya, namun Zhilong hanya tertawa terbahak-bahak

“Ha ha ha ha ini sih rasanya cuma seperti dipukul perawan,

ternyata cuma segini kekuatan tentara Majapahit.  Pantas saja negaranya bubar,” ejek Zhilong.

Celaka, aku masih tidak dapat mengerahkan tenaga dalamku,

aduh bagaimana ini mana anak buahku sudah pada kelelahan lagi, batin Wiraksara.

Namun dia masih mencoba menutupi keadannya dan bersikap

tenang

“Iitu baru permulaan saja, aku kan masih ingin bermain-main

denganmu,” ejek Wiraksara.

Mendengar kata-kata Wiraksara, Zhilong semakin marah dan

kembali menyerang Wiraksara. Kali ini Zhilong menghunus pedangnya dan menyerang

Wiraksara, pedangnya menyambar ke arah kepala.  Wiraksara berkelit menghindar

dari serangan Zhilong. Namun Zhilong terus meneternya tanpa memberi kesempatan

pada Wiraksara hingga ada saatnya perut Wiraksara terkena tendangan Zhilong. Wiraksara

terdorong mundur ke belakang dan muntah darah. Dia berusaha keras tetap berdiri

agar tidak jatuh walaupun kakinya sudah bergetar lemah mau rubuh. Untunglah di

sebelahnya ada tiang kapal yang bisa dipakainya untuk bersandar.

“Ha ha ha ha sungguh tidak sebanding dengan omonganmu, kau ternyata

ini cuma bocah besar mulut!”

“Ndoro Wiraksara, tadi kan sudah kubilang jangan lawan Zhilong,

sekarang lihat, apa yang mereka lakukan pada Ndoro,” kata anak buahnya dengan

ketakutan.

Wiraksara begitu marah, tangannya bergetar dia tak rela

negaranya dihina oleh orang asing, tiba-tiba saja sebuah kekuatan yang dahsyat

menyelimuti tubuhnya.  Wiraksara

menghunus pedang Maha Aji yang dibawanya lalu melangkah menghampiri Zhilong.

Bajak laut itu terkejut melihat tiba-tiba Wiraksara datang dan menyerangnya

dengan gencar.

“Hiyaaaa …,” Wiraksara berteriak menikamkan pedangnya ke

arah Zhilong.

Zhilong menghindar, namun sambaran pedang  Wiraksara masih terasa di tubuhnya.

Bocah ini tidak selemah yang kuduga, huh Pedang  berbahaya juga ini, batin Zuyi sambil

menghindari serangan Wiraksara.

Wiraksara menggeram kesal melihat serangannya luput, kembali

dia melompat menyerang Zhilong yang masih terus menghindar dari sambaran pedangnya.

Namun suatu saat,  Wiraksara berhasil

memukul Zhilong hingga terlempar ke laut.  Tubuh Zhilong jatuh tenggelam ke dasar laut

membuat anak buahnya panik dan segera menceburkan diri menolongnya. Melihat

Ketua mereka dapat dikalahkan dan jatuh ke laut, anak buah Zhilong yang lainnya

ketakutan dan mengikuti ketua bajak laut itu masuk ke laut dan berenang menuju

kapalnya untuk melarikan diri.

Wiraksara sudah bergerak hendak mengejar Zhilong namun

nahkoda kapal mencegahnya

“Biarkan dia pergi,  kita masih punya tugas yang lebih penting.  Waktu kita sudah mepet,  kita harus segera tiba di kota Peking  secepatnya.”

Kapal Wiraksara merapat ke kapal dagang itu, terlihat para

penumpang masih ketakutan akibat trauma diserang bajak laut. Nahkoda kapal

datang menghampiri Wiraksara dan berkata

“Terimakasih Ki Sanak, untung kapal anda segera datang.  Kalau tidak,  habis barang dagangan kami dirampok,” kata Nahkoda itu.

“Kalian akan berlayar ke mana?” Tanya Wiraksara.

“Kami akan ke Champa setelah itu ke China,” kata Nahkoda

itu.

“Baiklah, tujuan kita searah, kami akan berlayar di belakang

kalian mengawal kapal,” kata Wiraksara menenangkan para penumpang dan awak

kapal dagang itu.

Terpopuler

Comments

Chezzy

Chezzy

tolong untuk penulisan, kalo belum waktunya jangan tekan enter 2x jadi susah bacanya.

2023-11-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!