“Ngger, orang-orang
itu mengejarku karena pedang Maha Aji ini, aku tidak ingin pedang ini jatuh ke
tangan yang salah. Terimalah pedang Maha Aji ini, pedang ini terbuat dari batu
bintang berusia ribuan tahun dan sudah menyatu denganku selama bertahun-tahun.
Aku tahu kau adalah orang yang baik yang tidak memiliki sikap tamak, iri dan
dengki. Maka aku memilihmu untuk mewarisi ilmu Maha Aji ini. Terimalah pedang
ini Ngger,” kata laki–laki itu.
Wiraksara menerima pedang Maha Aji, pedang itu terasa berat
di tangannya. Ketika menerima pedang dari tangan orang misterius itu, hampir
saja pedang itu terjatuh dari genggamannya. Dilolosnya pedang Maha Aji dari
sarungnya yang terbuat dari kulit ikan pari. Pedang itu tampak seperti pedang
biasa saja tidak ada hiasan emas permata seperti layaknya pedang pusaka yang
hebat.
Setelah itu, laki-laki misterius tadi menempelkan tangannya
ke dada Wiraksara. Dada Wiraksara terasa sesak sebuah gelombang energi dahsyat
yang panas memasuki tubuhnya. Wiraksara tak tahan lagi dengan panasnya energi
itu, di saat rasa sakit yang dialaminya kian memuncak, tubuhnya tiba-tiba
terasa ringan, dan terlempar di sebuah ruangan kosong yang sangat terang.
“Tempat macam apa ini? Tidak ada benda apapun di sekitar
sini yang ada hanyalah sebuah cahaya terang serba putih. Apakah aku sudah mati
dan berada di perbatasan dunia dan akherat,” gumam Wiraksara sambil berkeliling
melihat-lihat ruangan itu.
“Ruangan apa ini, begitu terang, luas dan tidak ada
batasnya,” gumam Wiraksara sambil mondar-mandir mengelilingi ruangan.
Tiba-tiba terdengar suara
“Ngger, kemarilah, aku ingin memberi sesuatu untukmu,” ujar
suara itu.
Wiraksara menoleh ke arah suara itu, dilihatnya sebuah sosok
berpakaian serba putih seperti pakaian seorang Brahmana. Namun betapa
terkejutnya Wiraksara manakala melihat wajah sosok itu. Wajah sosok itu begitu
mirip dengan dirinya.
“Siapa sebenarnya dirimu Ki Sanak, mengapa kau menampakan
wujudmu dengan wajah yang mirip dengan diriku?” Tanya Wiraksara dengan heran.
Laki-laki itu hanya tersenyum kemudian berkata
“Aku adalah Mpu Sengkala, penguasa seluruh Tanah Jawa. Tidak
masalah jika aku menampakan diriku dalam wujud yang mirip denganmu. Aku dapat berwujud menyerupai siapa saja yang
kuinginkan. Kemarilah aku akan mengajarkanmu jurus-jurus untuk menggunakan pedang
Maha Aji ini.”
Usai berkata tiba-tiba di tangannya tergenggam sebuah pedang
yang diberikan orang misterius tadi.
Tanpa sadar Wiraksara meraba pinggangnya, bingung mencari pedangnya. Melihat kelakuan Wiraksara,Mpu
Sengkala tertawa terkekeh
“Pedang itu ada di
sini, ini ambilah!” Katanya sambil melempar pedang ke arah Wiraksara.
Wiraksara terkejut, barulah dia sadar ketika tubuhnya
terlempar dalam ruangan yang terang, dia tidak membawa pedangnya. Pemuda itu gelagapan saat menerima lemparan pedang Maha
Aji. Ketika pedang sudah berada di tangannya, tangannya terasa
kesemutan, pedang itu terasa berat seperti membawa besi puluhan kilo, hampir
saja Wiraksara menjatuhkan pedang itu karena sudah tak kuat.
“Ki Sanak, pedang apa ini, mengapa berat sekali?” Tanya Wiraksara
sambil memegangi pedang dengan kedua tangannya agar tidak jatuh. Wiraksara merasa
heran, dia sendiri merasa pedang itu sangat berat dan harus dipegangi dengan 2
tangan, namun laki-laki didepannya itu memegangnya dengan mudah seperti memegang
sapu lidi saja.
“Ah, masa sih berat? Pedang pendek ini tidak berat, biasa
saja,” kata orang itu lagi.
Wiraksara terbengong-bengong mendengar jawaban laki-laki itu
“Ini Pedang yang ringan?” Tanya Wiraksara.
Mpu Sengkala mengangguk
“Ya benar, kau harus menyatukan jiwamu dengan pedang ini
maka pedang ini akan terasa ringan. Wiraksara, separuh jiwamu sudah berada di
dalam pedang ini, jangan anggap ini hanya sebuah benda, tetapi pedang Maha Aji
itu adalah dirimu sendiri. Jangan
kuatir, aku akan mengajarkanmu cara menggunakan pedang ini.”
“Darimana aku harus memulainya?” Tanya Wiraksara.
“Tadi muridku telah membuka jalur tenaga dalammu yang
tersumbat, itulah sebabnya tenaga dalammu selama ini tidak dapat mengalir
dengan lancar,” kata orang itu.
“Oh begitu, jadi selama ini tenaga dalamku tidak dapat
mengalir dengan lancar ya. Pantas saja Guruku bilang pukulanku tidak cukup
berenergi dan mengatakan akuu adalah muridnya yang paling tidak becus berkelahi,”
kata Wiraksara.
“Setelah aku
memberimu ajian Maha Aji dan membuka jalur utama untuk aliran tenaga dalammu,
sekarang kau memiliki kekuatan yang sangat besar. Tapi kau harus bisa mengendalikan
kekuatan itu, jika tidak kekuatan itu akan menghantam dirimu sendiri,” kataMpu
Sengkala.
Mereka duduk bersila saling berhadapan,Mpu Sengkala mulai
memberinya pengarahan.
“Coba kau rasakan hawa murni yang terkumpul di pusarmu,
terasa hangat kan? Sekarang pikiranmu harus bisa memerintahkan energi itu
mengalir ke tempat yang kau mau,” kataMpu Sengkala.
Wiraksara mencoba mengikuti petunjuk orang itu, tetapi yang
terjadi adalah aliran hawa murni itu hanya berputar-putar saja di dalam
badannya tanpa bisa diperintah untuk di arahkan ke tempat tertentu. Hawa
murninya memang terasa lancar mengalir namun aliran itu tidak terkendali dan Wiraksara
tidak dapat mengendalikannya dan mengarahkannya sesuai keinginannya.
“Ki Sanak, aku tidak bisa mengarahkannya sesuai yang
kuinginkan,” keluh Wiraksara.
Kusumowicitro memperingatkannya lagi
“Coba pusatkan lagi
keinginanmu, kemana kau ingin mengalirkan tenaga dalam?”
Wiraksara mencoba mengikuti arahan Mpu Sengkala dengan susah
payah. Akhirnya dia bisa mengendalikan
energinya yang meledak-ledak membuat tubuhnya terasa panas dan meriang. Ketika
dia membuka matanya,Mpu Sengkala melemparkan pedangnya ke arah Wiraksara yang
segera menangkapnya dengan kedua tangannya.
“Coba rasakan apakah pedang ini masih berat untukmu?” TanyaMpu
Sengkala.
Wiraksara menimang pedangnya, sekarang. Betapa terkejutnya Wiraksara
ketika merasakan pedang itu kini berubah menjadi lebih ringan.
“Hei, lihat pedang berat ini sekarang jadi ringan,” ujar Wiraksara
sambil mengayunkan pedangnya dengan gembira.
Setelah itu mulailah orang itu mengajarinya jurus-jurus Maha
Aji. Wiraksara mengikuti semua gerakannya
dengan seksama sampai hafal. Dengan kecerdasannya Wiraksara dapat menghafalkan
jurus-jurus itu dengan mudah. Mpu Sengkala tersenyum puas melihat kemajuan yang
diperoleh Wiraksara.
Sekarang coba kau serang aku!” Perintah Mpu Sengkala.
Wiraksara segera menyerang dengan pedangnya menggunakan
jurus-jurus yang diajarkan tadi. Melihat caranya bertarung, kembaran Wiraksara
itu tampaknya cukup puas melihat kemajuan yang diperoleh Wiraksara.
“Bagus seranganmu sekarang sudah lebih terarah. Tetapi kau
masih belum dapat menggunakan potensi energimu yang sangat besar itu. Sehingga
sambaran pedangmu terasa kurang berenergi. Kau harus sering berlatih mengendalikan
tenaga dalammu,” kata Mpu Sengkala.
Wiraksara yang merasa senang karena memperoleh peningkatan
dalam ilmu kanuragannya, berlutut di depan Mpu Sengkala dan berkata
“Mulai sekarang, aku akan memanggil anda dengan sebutan
Guru, terimakasih sudah memberiku pelajaran yang berharga ini.
Mpu Sengkala mengangguk gembira dan berkata
“Tidak semua orang dapat memperoleh ilmu ini Ngger, ilmu ini
diturunkan tidak berdasarkan keturunan dan tidak bisa diajarkan kepada
sembarang orang. Hanya orang-orang yang terpilih yang bisa menguasai ilmu ini.
Kau adalah pemuda yang baik, cerdas, memiliki tulang dan otot yang bagus, tidak
memiliki sifat jahat, iri dan dengki. Sebelumnya ilmu ini dikuasai oleh muridku
Singasardhula, pria yang kau temui di pantai kemarin. Akulah yang membawa dia menemuimu di pantai. Kasihan Singasardhula, dia harus mati di
keroyok para pendekar, dicurangi dengan racun karena keserakahan orang-orang di
dunia persilatan yang memburu Pedang Maha Aji itu,” tuturMpu Sengkala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Eko Subagyo
mantab Ki sanak lanjutkan 👍❤️🙏
2023-09-02
0