Nggak usah Mas!

Tok.. tok.. tok..

"Assalamualaikum," tak lama kemudian ibu membukakan pintu.

"Waalaikumsalam, baru pulang teh. Oya, kenapa matamu sembap, teteh habis nangis? Tanya ibu penuh curiga.

"Nggak papa bu, teteh hanya capek karena kerja 2 shift sekaligus." ucapku berbohong.

Ibu menatapku penuh curiga, entahlah aku hanya berharap Ibu percaya.

" Ya sudah bu, Teteh mau langsung tidur," ucapku sambil berjalan menuju kamar.

Tak lama kemudian ibu menutup dan mengunci pintu lalu kembali ke kamarnya.

***

Suara adzan berkumandang, waktu subuh sudah tiba. Aku langsung bergegas bangun untuk melaksanakan sholat subuh, lalu mandi.

Setelah selesai akupun kedapur membantu Ibu menyiapkan sarapan.

"Ade belum bangun bu?" tanyaku sambil menghampiri ibu.

Yah, aku mempunyai seorang adik laki-laki berusia 14 tahun, adik satu-satunya yg aku sayangi.

"Susah ade mu teh, dari tadi ibu bangunkan tapu nggak mau bangun." ucap ibu kesal, karena memang adikku itu paling susah dibangunkan.

"Ya sudah bu, biar teteh yg bangunkan." ucapku, akupun segera berjalan menuju kamar adikku.

"De, bangun udah pagi. Nanti sekolahnya telat loh," namun belum juga bangun, akhirnya aku kedapur mengambil air es untuk ku basuhkan ke wajahnya.

"Aduh, dingin," ucapnya sambil mengusap air yang basah diwajahnya dengan selimut.

"Teteh apaan sih kenapa harus pake air es, dingin tau." omelnya kesal.

"Lagian kamu susah banget dibangunin, dah sana mandi sholat lalu sarapan, siap-siap sekolah." ucapku sambil menarik selimutnya.

Akhirnya diapun bangun lalu pergi ke arah kamar mandi, aku pun kembali ke dapur untuk membantu ibu menyiapkan sarapan.

"Udah bangun ade mu, teh?" tanya Ibu sambil menyiapkan sarapan dimeja makan.

"Udah bu." jawabku singkat.

"Oya, semalam kamu pake baju siapa? Ibu baru lihat," tanya ibu penasaran.

Degh...

Dadaku seakan berhenti berdetak, apa yg harus ku katakan, tak mungkin aku berkata sebenarnya.

"Oh itu bu, teteh pake bajunya Mbak Sinta. Baju teteh robek tersangkut paku di gudang." jawabku berbohong.

Maafkan aku Ibu, aku terpaksa.

"Oh.. pantas saja ibu baru lihat." Ibu sepertinya percaya.

Tak lama kemudian bapak dan adikku duduk di meja makan, seperti biasanya kami diwajibkan sarapan sebelum beraktifitas. Walaupun hanya dengan nasi goreng dan tempe goreng, aku bersyukur masih bisa berkumpul bersama.

***

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu terdengar dari luar rumah, aku pun segera mengampiri lalu membukakan pintu.

"Assalamualaikum," ucap Raka.

"Wa'alaikumsalam." betapa terkejutnya aku, ternyata Raka yang datang bertamu.

" Mas Raka, ada apa?" tanyaku penuh dengan penasaran.

"Kamu lupa yah, kan semalam saya bilang, hari ini saya mau ngajak kamu jalan-jalan. Kamu lupa?" Ucapnya sambil tersenyum.

Aku terdiam membisu, mengingat kejadian semalam.

"Oh iya, silahkan masuk mas. Saya mau siap-siap dulu yah," ucapku sambil mempersilahkan.

Raka pun duduk di sofa tua yang Bapak beli sejak aku masih dibangku sekolah dasar.

Akupun bergegas membuatkan minuman untuk Raka.

"Silahkan diminum Mas, maaf cuma ada teh saja." ucapku sambil menghidangkannya.

Tiba-tiba ibu datang dengan membawa tentengan belanjaan yang baru saja Ibu beli di warung sebelah.

"Eh ada nak Raka, dari tadi?" Sapa Ibu basa-basi.

"Nggak kok bu, baru saja sampai." ucap Raka sambil menyalami Ibu.

Aku langsung meninggalkan Ibu dan Raka yang tengah berbincang. Akupun segera mengganti pakaian yang lebih bagus, lalu memoles wajah sedikit agar terlihat fresh.

Tak lama kemudian akupun segera keluar kamar, dengan tas yang sudah ku selempangkan di bahuku.

"Udah siap?" Tanya Raka.

Aku hanya mengangguk.

"Oya bu, saya ijin untuk mengajak Maria jalan-jalan sekalian refreshing. Saya janji sebelum magrib Maria sudah saya antar pulang," Ucapnya pada Ibu.

"Iya, Ibu ijinin. Tapi inget yah jangan sampai malam pulangnya." ucap Ibu.

"Iya, bu.. Ya udah bu teteh pamit yah. Assalamualaikum." Ucapku sambil menyalami tangan ibu, begitu pun Raka.

Aku dan Raka berjalan keluar lalu masuk kedalam mobil.

"Hati-hati dijalan," ucap Ibu sambil melambaikan tangannya ketika kami mulai pergi.

***

Dua puluh menit berlalu, Raka menghentikan mobilnya disebuah parkiran Mall.

"Kita mau kemana Mas, katanya mau jalan-jalan. Tapi kok ke Mall?" tanyaku bingung, karena aku kira Raka akan membawaku ke sebuah pantai atau ke perbukitan.

"Udah ikut aja, kamu pasti suka." jawabnya.

Akupun hanya terdiam mendengar jawabannya.

Tak lama kemudian, Raka menarikku masuk kedalam sebuah toko ponsel.

Dia melihat-lihat ponsel yang terpajang di etalase.

"Maria, kamu mau ponsel yang mana?" tanya Raka.

"Maksudnya?" tanyaku bingung.

"Ya kamu pilih ponselnya, ponsel kamu rusak kan?" Ucapnya.

"Nggak usah Mas, saya belum ada uang. Nanti saja nunggu gajian, baru saya beli." ucapku menolak, bukan tak ingin membeli namun uangku belum cukup, uang yang tersisa hanya untuk ongkosku bekerja.

"Jangan khawatir, saya yang akan membayarnya. Sudah pilih saja."

"Ngak usah Mas," ucapku menolak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!