Perlawanan

Setelah memasuki mobilnya aku hanya terdiam kesal.

"Kamu kenapa diem aja?" Ucapnya lembut sambil tersenyum.

Aku masih saja terdiam, tak menanggapi ucapannya.

Tak lama kemudian adzan berkumandang.

"Maaf, tolong berhenti di masjid depan itu yah. Kalau kamu mau pulang dulu silahkan, saya mau sholat dulu." ucapku dengan harap dia mau pergi meninggalkanku.

"Ok, saya tunggu," ucapnya

Ya Allah, kenapa dia nggak mau pergi.

Akupun bergegas turun lalu memasuki masjid. Lima belas menit berlalu akupun keluar, lalu menyelinap lewat pintu belakang, berharap tak bertemu dengan Raka.

Tapi apesnya, ternyata Raka sedang berada diwarung belakang, sepertinya Raka membeli sesuatu. Dia pun melihatku lalu berjalan mengahmpiriku.

"Udah selesai?" Tanyanya.

"Udah." jawabku.

"Tapi kenapa kamu lewat belakang? mobil saya kan ada didepan," Ucapnya terheran.

" Nih minuman buat kamu, kamu pasti haus kan." Ucapnya sambil memberikan minuman yg baru saja dia beli.

Aku pun langsung menerimanya karena memang kerongkonganku terasa kering.

"Terimakasih." ucapku singkat, akupun langsung memutar tutup botol minuman lalu meminumnya.

" Mari, saya anatar ke rumah temanmu," Ucapnya.

" Nggak jadi." ucapku.

" Loh kenapa?" tanyanya sambil mengerutkan alisnya.

" Emang kamu nggak bisa yah tiinggalin saya? saya mau pulang sendiri!" ucapku kesal karena merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.

"Ya sudah, kalau itu mau kamu, silahkan pergi pulang sendiri." ucapnya santai.

Aku pun langsung pergi meninggalkannya dan berdiri ditepi jalan menunggu angkutan umum lewat.

Kulihat dia masih belum bergerak, masih duduk di kursi kemudi mobilnya sambil memandangku yang berdiri kepanasan ditepi jalan.

Entahlah, apa yg ada dipikirannya.

Enatah berapa lama aku menunggu, belumm juga aku dapatkan. Silih berganti berlalu dihadapanku namun semuanya terisi penuh.

Tiba-tiba mobil yang dikendarai Raka mengahampiriku, dia pun perlahan membuka kaca jendela mobilnya.

"Udah, pulang bareng saya aja. Panas loh, ini kan jam pulang kerja, susah dapet angkutan umum." Ucapnya.

"Nanti juga dapet," ucapku ketus.

Namun dia malah turun dan mengahampiriku, kemudian menggendongku lalu mendudukanku. Sontak aku terkejut karena sikapnya.

"Apa-apain sih kamu lancang banget gendong-gendong aku segala," ucapku kesal sambil membetulkan bajuku yg sedikit berantakan.

"Habisnya kamu gemesin, susah banget sih. Malah mempersulit hidup sendiri." ucapnya sambil membenarkan duduk nya dikursi kemudi, lalu melajukan mobilnya untuk mengantarkanku pulang.

***

"Assalamualaikum," salamku saat tiba dirumah.

" Wa'alaikumsalam, udah pulang teh?" tanya ibu.

Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaan ibu.

"Itu, kenapa nak Raka gak mampir dulu?" Tanya ibu kembali.

" Ngapain bu, dia bukan siapa-siapa," jawabku kesal karena ibu sepertinya menyukai Raka.

Kemudian ibu keluar menghampiri Raka yg sedang memutar arah mobilnya untuk pulang.

"Nak Raka, nggak mampir dulu?" panggil ibu.

Ngapain juga coba ibu menawarinya mampir, tambah gede kepala aja tuh orang.

" Iya bu, lain kali saya mampir. Tapi untuk sekarang belum bisa ada kerjaan yg harus diselesaikan," jawabnya ramah pada ibu.

"Ya sudah hati-hati dijalan." jawab ibu.

Akhirnya dia pun pergi, lega rasanya setelah seharian melihat wajahnya yg menyebalkan itu. Aku pun langsung membersihkan diri lalu mengganti seragam yg aku kenakan seharian.

Kurebahkan tubuhku diatas ranjang sambil memainkan ponselku. Namun tiba-tiba pesan masuk, ternyata dari pak hendi kepala toko tempatku bekerja.

"Maria, besok masuk 2 shift yah, soalnya mbak Okta ijin tidak masuk, karena salah satu keluarganya meninggal. Kamu tau kan toko kita kekurangan kasir, jadi saya harap kamu bisa." isi pesan pak Hendi.

"Baik pak" jawabku.

Walau aku keberatan tapi mau gimana lagi tak ada pilihan lain karena memang keadaan tokoku itu sesuai yg pak hendi katakan.

***

"Maria, hari ini saya tidak bisa antar & menemanimu kerja," pesan Raka lewat ponselku.

Masa bodo, aku malah senang karena Raka tak menggangguku hari ini.

Tak lama kemudian pesannya masuk kembali.

"Kalau ada apa-apa hubungi saya, saya pasti datang."

Aku tak menjawab pesannya kembali, namun aku simpan nomor ponselnya, aku pikir tak ada salahnya hanya sekedar menyimpan.

Aku pun bergegas melangkahkan kaki berjalan menuju tepi jalan raya untuk menunggu angkot, beberapa menit kemudian sebuah angkot berhenti dihadapanku. Tanpa berpikir panjang aku langsung bergegas masuk.

Hampir satu jam lebih akhirnya aku sampai, lalu akupun segera masuk.

"Baru dateng kamu?" ucap Romi.

"Iya mas, maaf telat," jawabku sambil mengetikkan NIK dilayar komputer.

Dia hanya diam, aku langsung bergegas menaruh barangku lalu mengambil kemoceng untuk sekedar membersihkan area kerjaku.

Hari ini aku bekerja ditemani 3 orang laki-laki, Romi, muhit dan Agus.

Setelah sekian lama, tepat jam 1 siang, Romi memberi tahuku bahwa pak Hendi hari ini tidak bisa masuk kerja karena istrinya mau melahirkan.

Aku sedikit kecewa, karena jujur saja aku tak nyaman dengan Romi. Romi telah lama menyukaiku namun aku selalu menolaknya, namun dia tak henti-henti selalu berusaha mendekatiku.

Namun entah hatiku tak tersentuh sama sekali, entahlah aku pun tak mengerti padahal dia baik.

Akhirnya mau tak mau aku harus bekerja lembur dengan Romi dan hanya ditemani kak Adi untuk malam nanti.

Tak terasa waktu menunjukan jam 10 malam, akupun bergegas membereskan semua kerjaanku.

Namun, Adi pamit pulang duluan, karena harus menjemput adiknya yg baru datang dari jawa, kampung halaman Adi.

"Mas Romi, saya ijin pulang dulu, adik saya dari jawa datang sekarang sedang menunggu di terminal." ucap Adi pada Romi.

"Iya, gak papa," jawab Romi.

"Maria, maaf yah saya pulang duluan," ucapnya.

"Iya gak papa, lagian kasian adiknya nungguin diterminal sendirian, bahaya." ucapku.

Setelah selesai akupun kebelakang untuk mengambil tas dan jaketku, kulihat ternyata ada Romi tengah membereskan uang hasil penjualan hari ini, lalu menaruhnya dalam berangkas toko.

Namun ketika hendak aku keluar Romi mengahampiriku.

"Maria, aku dengar kemaren kamu diantar dan ditemani seorang laki-laki." ucapnya.

Degh, seketika jantungku berhenti, dari mana dia tau.

" Iya mas." jawabku singkat.

"Oh, jadi karena laki-laki itu kamu menolak saya?" Tanya Romi dengan nada marah.

"Enggak kok, emang saya nolak mas Romi karena memang saya tidak suka dengan mas Romi."jawabku kekeh.

Namun tiba-tiba Romi mengunci gudang, aku pun mulai takut, karena melihat sorot mata Romi merah seakan dia ingin menelanku.

Inilah yg saya tidak suka dari dia, dia mudah emosi & tempramen.

Mas Romi kemudian mendekatiku,namun aku langsung menghindar.

"Mau apa kamu, buka pintunya saya mau keluar," teriakku.

"Saya akan membukanya setelah saya memilikimu seutuhnya dan tak akan ada yang bisa memilikimu." ucapnya sambil melangkahkan kakinya mendekatiku.

Aku mulai ketakutan dengan sikap dia, aku berusaha melawan namun tak mampu.

"Mau kemana kamu sayang, kamu tak bisa keluar." ucapnya dengan nada lembut namun menakutkan bagiku.

Aku langsung berteriak meminta pertolongan, namun na'as diluar sudah sepi tak ada siapapun.

Terlebih sekeliling toko ini hanya toko-toko biasa yg sudah tutup.

Aku mulai panik, bagaimana caranya untuk bisa keluar. Romi semakin beringas saat melihat perlawananku, tak henti-hentinya aku berteriak meminta tolong & memohon agar Romi tidak bertindak diluar batas.

"Tolong... Tolong..." Aku terus berteriak, namun tak ada seorang pun mendengarku.

"Tolong mas Romi, jangan lakukan apapaun saya mohon. saya mohon maaf atas penolakan waktu itu, saya janji aku akan berusaha menerimamu, tapi tolong jangan lakukan ini." ucapku memohon berharap Romi mengabulkan permintaanku.

Namun, tiba-tiba Romi menarik hijabku.

"Aku tak akan melepaskanmu sayang, hanya dengan ini saya bisa memilikimu." ucapnya.

Seketika aku teringat Raka, aku langsung mengambil ponselku dalam saku celana, lalu kutekan kontak yg tertulis Raka, aku segera menekan panggilan sebelum Romi kembali mendekat.

Namun ketika panggilan berlangsung Romi merebut ponselku & melemparkannya.

"Halo.. halo," suara Raka diponselku.

Ada sedikit mempunyai harapan.

"Tolong Raka tolong, aku disekap digudang belakang toko, mas Romi ingin melecehkanku tolong hiks.. hikss," teriaku sambil menangis.

Namun Romi kembali mengambil ponsel ku dan membantingkan nya hingga hancur.

"Nggak akan ada yg bisa menolongmu sayang." ucapnya sambil tertawa.

Kemudian dia mendekatiku kembalu manarik baju ku hingga robek.

Aku terus melawan sebisa mungkin, hingga aku melayangkan tendangan ke daerah sensitifnya. Romi terlihat kesakitan, aku langsung berlari kearah pintu berusaha mendobraknya namun karena keterbatasan kekuatanku pintu tak kunjung terbuka.

Romi menarikku kembali, sampai aku berada dipelukannya. Romi pun melancarkan aksinya dengan berusaha menciumku namun aku berhasil menepisnya.

Melawan sebisa mungkin, ku gigit tangan yg mecengkramku dengan keras. Namun emosi Romi semakin menggila, Romi mendorongku hingga terjatuh.

Terpopuler

Comments

Fumiko Sora

Fumiko Sora

hallo kakak... aku mampir di karya kakak.. ☺☺☺

kalau aku baca dari bab 1 sampai 3 mungkin terlalu banyak dialog. coba ditambah sedikit narasi yang bisa menggambarkan situasi, ataupun emosi juga ekspresi para tokohnya kak... aku rasa akan jauh lebih bagus. sehingga pembaca seakan ikut larut dalam alur cerita.

untuk dialog tag, sebelum tanda petik di kasih koma ya kak. misal..

"Ayo aku antar. Bahaya, cewek sepertimu sendirian jalan malam-malam seperti ini," ajak Raka.

semangat ya kak.. semoga sukses ☺

2023-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!