Bab 4

"Bunda, terserah saya selama saya bisa membagi waktu dengan kuliah saya, tetapi saya belum bertanya pada ayah angkat saya, apakah saya boleh ataukah tidak," jawab Relea.

"Kamu bekerja di sini harus memilih Relea, karena kamu akan full mengurus schedule saya, jika suatu mendesak dan menuntut kau untuk tinggal di apartemen, itu pun harus kamu lakukan, karena saya butuh seseorang yang full time, aku tak membutuhkan ijazah yang sesuai dengan pekerjaan ini, aku butuh loyalitas penuh, jadi begini, sekarang kau pulang dulu meminta ijin pada Ayahmu dulu, untuk masalah kuliah yang ku perbolehkan di sini adalah sistem daring jadi kalau niat mu sambil kuliah aku yang menentukan jam dan siapa dosen pembimbing kamu." kata Setta tegas.

"Jadi bagaimana, Pak?" saya di terima ataukah tidak?"

Relea masih duduk dan menunduk tajam, menunggu jawaban dari seseorang duduk di depanku.

"Kamu belum diterima dan tidak di tolak, jadi sekarang kamu pulang dulu bawa file ini dan di isi di rumah serta minta tanda tangan ayah angkat mu," jelas pria itu pada Relea.

"Jika saya tidak dapat tanda tangan dari ayah angkat saya itu artinya saya tidak bisa bekerja di sini?" tanya Relea.

"Ya betul apa yang kau katakan kau tak akan bisa bekerja di tanpa tanda tangan Itu, selamat berjuang," jelas Setta sambil mempersilakan Relea untuk keluar dari ruangannya.

Dengan langkah gontai Lea keluar dari ruangan itu, sedih sekali rasanya ketika keinginannya tak terwujud, jelas tak mungkin dia bertemu dengan sang Ayah angkat, karena selama ini seolah dia tidak ingin bertemu dengannya apa salah dia padahal dia hanya membalas kebaikannya itu.

Saat dia tengah dalam kegalauan suara dering telpon berbunyi di dalam tasnya, dia segera mengambilnya dan tertera nama bundanya lalu segera menerima panggilan, setelah salam terdengar suara Bunda Dea dari telpon selulernya itu.

"Kamu dimana sekarang, Nak?" tanya Dea

"Aku masih di kantor dan akan pulang, Bun," jawabnya sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Kenapa pulang? Gak langsung kerja hari ini kamu, Nak?" tanya Bunda Dea.

"Enggak, CEO-nya minta sarat harus ada surat persetujuan Daddy padahal aku gak perna bertemu dengannya, paling dia hanya berbicara lewat telepon itu hanya dia yang bisa telpon kalau Lea balik telpon gak ada jawaban kan jadi sedih Bun," jawab Lea pada Dea.

Dea tertawa. "Sudah jangan sedih tadi Daddy mu telpon Bunda, kalau dia ingin bertemu dengan kamu jam delapan di restoran western, itu sebabnya sekarang kamu harus ke sini ke kantor Bunda ada yang mau Bunda omongin sama kamu," jelas Dea.

"Ahhh, Senangnya Bunda," teriaknya tanpa sadar, hinga Zain yang sedang berjalan menuju ruang Setta terkejut dan bertanya, "ada apa Dek?"

Mendengar suara bariton dari seorang membuat ia menutup mulutnya sambil menatap lelaki yang berdiri di depan pintu ruangan CEO.

"Maaf, Pak, saya terlalu bahagia jadi gak sadar kalau saya masih sini dan saya sedang berbicara dengan seseorang di telpon.

"Ok! Silakan lanjutkan," kata pria itu sambil masuk kedalam ruangan itu.

Relea melanjutkan perbincangannya dengan sang bunda, lalu bergegas masuk kedalam lift

Semua itu tidak luput dari pengawasan Setta dari CCTV terhubung dengan laptopnya.

"Kau beri apa dia sampai girang seperti itu?" tanya Zain pada Setta

"Tidak ku berikan apa-apa," jawabnya dengan wajah datar.

"Tidak mungkin gadis itu berteriak kegirangan tanpa kau janjikan apa-apa Bos," jawab Zein.

"Hahaha itu kan pikiranmu saja Zain, ngapain kamu ke sini?"

"Aku mau minta tanda tanganmu, Bos," katanya pada Setta sambil meletakkan file di meja.

Setelah mengambil file-file itu dan menandatanganinya, ditengah kesibukannya itu dia bertanya, "Bunda bagaimana sudah sehatkan Zain, aku sudah transfer ke rekeningmu barangkali kau butuh untuk Bunda."

"Ta, Bunda gak apa-apa sudah sembuh dan sudah pulang dari rumah sakit, Ratna juga telaten merawat Bunda jadi cepat sehat, gak usah transfer uang lagi, kamu sudah banyak kemarin bantu Bunda," kata Zain pada Setta.

"Itu tidak seberapa Zain hutangku pada Bunda itu sangat besar tidak bisa di tebus dengan uang berapa milyar pun, di saat aku tidak punya apa-apa beliau menyerahkan sertifikat rumahnya padaku untuk meminjam uang dan membangun perusahaan ini menguatkan aku saat terpuruk, dan tidak takut aku membawa lari uangnya," katanya pada Zain.

"Trimakasih, Ta, aku tak akan ikut campur dengan apapun yang ingin kau lakukan pada gadis itu tapi ketika api di hatimu telah padam sayangi dia sepenuh hatimu sepertinya dia tidak seperti orang tuanya karena di bawa asuhan Dea," kata Zein pada Setta sahabatnya.

"Hemm," jawab Setta sambil terus menandatangani file-file yang dibawa oleh Zein tadi. Pria itu tahu bahwa hati sahabatnya itu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

...----------------...

Relea sudah sampai di lantai dasar dengan langkah lebar dan semangat empat lima berjalan ke parkiran menuju motornya dengan cepat dia menaikinya dan mejalankannya dengan kecepatan sedang hati-hatinya sedang berbunga-bunga karena nanti malam keinginannya untuk bertemu dengan ayah angkatnya itu akan terlaksana, dia hanya beberapa kali mendengarkan suaranya dan itu pun hanya beliau lah yang bisa menelponnya dia tidak akan bisa menelpon kembali pria itu karena pasti nomer itu tidak aktif.

Beberapa menit kemudian dia sudah sampai dan ternyata beliau sudah menunggu di luar.

"Bunda sudah lama nunggu aku?" tanyanya

"Enggak baru saja, sampai sini, ayo kita ke butik teman Bunda," ajak Dea langsung naik di kebelakang Lea yang belum turun dari motornya.

"Ok! Nanti Bunda kasih tau ya, arahnya karena Lea gak tahu," pinta Lea pada bunda Dea.

Mereka pun pergi meninggalkan tempat kerja Dea, setelah berjalan sekitar dua puluh lima menit mereka sampai di butik, mereka pun masuk kedalam seorang pramuniaga menyambutnya keramahtamahannya.

"Wah Bunda, sudah lama gak ke sini, mari Bun, gaun apa yang Bunda cari silakan Bunda pilih sendiri yaa," kata Naila salah satu karyawati dari butik tersebut.

"Ratna kemana Nai?" tanya Bunda Dea pada Naila.

"Itu Bu Ratna sedang menjaga oma Wina, tapi kabarnya beliau sudah pulang dari rumah sakit.

"Loh, kok dia gak mengabari aku sih?" gerutunya.

"Beliau melarang, katanya akhir-akhir ini anda sedang sibuk jangan di ganggu," kata Naila.

"Tapi Bunda Wina sudah gak kenapa-kenapa kan sekarang?" tanya Dea kembali pada Naila.

"Insyaallah sudah sehat bu Ratna juga akan ke sini besok Bun," kata Naila

"Ya sudah tolong bantu putriku untuk memilih gaunnya, untuk makan malam yaa Nai, pilihkan yang paling cantik dan cocok buatnya ya, karena ini sangat spesial," kata Bunda Dea sambil mengerlingkan matanya.

Terpopuler

Comments

Gadis Bar-bar

Gadis Bar-bar

Lanjutkan

2023-06-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!