Bab 2

"Dia hanya lulusan SMU, Pak, apa Bapak tidak ada orang yang lebih kompeten untuk mengisi lowongan pekerjaan ini," tanyanya pada atasan itu.

"Kerjakan saja, aku punya alasan lebih penting dari itu," jawab Setta.

"Apa dia putri dari Sinta dan Arga?" tanya Zain mulai mengubah percakapannya menjadi tidak formal, sebagai seorang sahabat yang tahu betul bagaimana saat Setta terpuruk, membuatnya mengerti mengapa selama ini bosnya menghindari gadis ini.

"Hemm," jawab Setta sambil membuang muka ke arah lain menghindari tatapan sahabatnya.

"Apa yang ingin kau lakukan padanya? Apa kau tidak bisa berdamai dengan masa lalu?" tanya Zain pada sahabatnya itu.

"Jika kau mengalami hal yang sama denganku apakah kau bisa melupakannya Zain? Bahkan dengan entengnya mereka menitipkan putrinya padaku seolah mereka tidak punya salah apa pun pada ku Zain, dan tololnya aku tak sanggup membiarkan gadis kecil itu hidup sendirian," kata Setta sambil menyipitkan matanya menatap pria yang menjadi sahabatnya itu yang selalu mendampinginya saat suka dan duka itu.

"Baiklah, akan ku urus ini dan aku tidak akan ikut campur dengan apa yang ingin kau lakukan padanya, hanya ingatlah dia juga sama dengan mu, kehilangan ke dua orang tuanya, bahkan di saat dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri, mungkin di hatinya kau lah pelindungnya," kata Zain sambil berdiri meninggalkan ruangan itu.

Zain melangkah dengan cepat kembali ke ruangannya, lelaki itu menghela napas panjang, masih teringat olehnya kisah cinta mereka berempat Dea dengan Arga dan Setta bersama Sinta.

"Aku iri dengan kalian selalu bersama kemanapun kalian pergi sedangkan aku masih menjomblo, kadang jadi malas jalan dengan kalian," kata Zain pada mereka.

"Makanya lekas cari pasangan dan menikah di hari yang sama pasti seru," timpal Arga sambil melirik Sinta

"Mana serunya seperti itu, yang ada justru tidak bisa menghadiri pernikahan satu sama lain," jawabku pada Arga yang memeluk Dea tetapi tatapan matanya pada Sinta yang bergelayut manja.

"Serunya saat kita melakukan pesta sendiri di sebuah Vila dengan pasangan masing-masing, setelah kita berpesta bersama keluarga kita, betulkan sayang," kata Arga sambil mencium pipi Dea.

"Kalian kenapa sih, tidak bisa berhenti bermesraan, jika ada aku, kalian sama sekali tidak menghargai ku sebagai seorang yang masih jomblo," protes ku pada mereka.

"Maaf ya, Zain, kita memang sengaja agar kamu cepat cari pasangan, apa kau tak ingin di belai seperti ini," jawab Sinta sambil membelai pipi Setta lalu mengecup dengan sangat mesra.

"Ahh, setan kalian semua, yaa!" protes ku pergi meninggalkan mereka.

Zain memejamkan matanya, dia tidak pernah mengira bahwa persahabatan mereka akan hancur menjadi serpihan dan melukai dua orang yang begitu dalam.

Dea menatap jendela kaca kamarnya hujan membasahi bumi. Namun tak sanggup membasahi hati yang kering karena luka, kenangan indah bersama sang kekasih dan badai itu terus mengusik relung hati yang paling dalam.

Tak sanggup membenci dan tak sanggup mencintai putri dari kekasih dan sahabatnya sendiri. Namun itu yang harus dia lakukan bahkan luka itu tak sempat kering karena tersayat lagi dan lagi, setiap melihat Relea luka itu seperti terbuka kembali.

"Dea aku mencintaimu apa kau tak percaya? Hanya ini yang bisa kita lakukan agar orang tuaku setuju aku menikahimu kau harus hamil anakku dulu baru mereka akan terpaksa menikahkan kita," kata Arga pada Dea dan saat itu mereka berada di sebuah kamar di hotel.

"Bagaimana kalau orang tuamu tidak setuju dan aku terlanjur hamil anak mu? Aku takut Ar," kata Dea menatap Arga kekasihnya itu.

"Aku akan berusaha mempertahankan mu Dea, percayalah aku sangat mencintaimu dan ingin memilikimu seutuhnya," kata Arga sambil membuka kancing kemeja Dea, Dea menghentikan tangan Arga sambil menatap dengan sendu.

"Aku takut, setelah ini kau akan meninggalkan ku, Ar, hanya ini yang ku punya," jelasnya.

"Karena hanya itu yang kau punya maka buktikan cintamu padaku Dea dengan apa yang kau punya, jika kau mencintaiku Kau akan dengan sukarela memberikannya padaku sebagi tanda cinta dan perjuangan menuju restu dari orang tua kita," kata Arga menyingkirkan tangan Dea.

lelaki itu mencium bibir kekasihnya dan berbisik," jangan takut aku juga sama ini yang pertama untukku."

Dea menerima ciuman hangat dan menuntut hingga dia tak sadar sudah dalam keadaan polos dan terkungkung oleh tubuh kekasihnya yang sama-sama polosnya, terjadi sesuatu yang seharusnya tidak boleh terjadi.

Setelah kejadian di hotel itu setiap kali ada kesempatan Arga memintanya kembali, dan itu menjadi sebuah rutinitas yang biasa mereka lakukan.

"Ar, sepertinya aku hamil," kata Dea disaat mereka hanya duduk berdua di taman sekolah sambil menunduk tajam dan air matanya terus menetes membasahi pipi putihnya itu.

"Hai, jangan menangis, aku akan bertanggung jawab kita sudah lulus tidak ada alasan untuk melarang kita menikah, aku akan segera mengurusnya, percayalah Dea dan aku sudah bicara dengan Setta, dia setuju menikah di tanggal yang sama dengan kita," kata Arga pada Dea.

Dea memejamkan matanya dan mengelus perutnya.

'Aku menyesal kenapa aku mencintaimu Ar, tetapi apa gunanya, aku kehilanganmu dan anak kita kau yang membunuh anak kita Ar, aku berusaha mempertahankannya andaipun kau telah membuang ku,' rintihnya dalam hati.

Ketukan pintu membuat Dea segera menghapus air matanya, terdengar suara dari luar kamarnya. "Bunda ini Lea, boleh aku masuk."

"Masuklah, Nak," kata Dea sambil berusaha menentramkan hatinya.

Pintu terbuka Relea tersenyum manis dan duduk di samping Dea.

"Bunda nangis? Bunda marah pada Lea?" tanya Lea pada Dea.

"Enggak, Bunda hanya teringat dengan putri bunda saja, dia setahun lebih tua darimu Lea, setiap kali melihatmu bunda selalu ingat akan putri Bunda," jawab Dea sambil menatap Relea dengan sendu.

"Bunda jangan sedih, kan sudah ada Lea, Lea selalu akan jadi anak bunda, walaupun bukan terlahir dari rahim bunda," kata Lea sambil memeluk Dea.

"Trimakasih, kau memang putri Bunda sejak kau di bawah ke sini, Lea," kata Dea sambil membelai rambut indah Lea.

Dea menatap lekat pada gadis itu. "Apa yang ingin kau katakan padaku, Lea? Katakan saja!" pinta Dea.

"Bunda, Lea dapat panggilan kerja, tetapi Lea tidak punya baju dan sepatu," katanya sambil menunduk memainkan jemari tangannya.

Dea terkekeh. "Bunda kira apa hanya minta baju dan sepatu saja kenapa takut? Sebentar bunda ambilkan ya," katanya sambil bangun dari tempat duduknya dan berjalan menuju lemari pakaiannya, Dea membukanya dan mengambil amplop berwarna coklat lalu menutupnya kemudian dia kembali menghampiri Lea yang duduk di bibir ranjangnya.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

gombal... rayuan tipu toh... jika cinta tidak ada paksa ato melakukan hubungan seksual tanpa ikatan perkawinan. tidak menghargai namanya perkawinan

2024-10-30

0

martina melati

martina melati

shrsny dr awal dtolak aja drpd jd beban seumur hidup

2024-10-30

0

Gadis Bar-bar

Gadis Bar-bar

Semangat update nya

2023-06-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!