HAPPY READING!!
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
...#$*? ¿? *$# ...
Mereka berdua duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumah Tini, sembari menunggu Tini menyiapkan minuman untuk Alhan dan juga Clarista. Setelah beberapa saat bukannya Tini yang datang, tetapi Elvin yang habis selesai mandi dan telah berpakaian rapi.Seketika Clarista pun berdiri dan menghampiri Elvin, Clarista pun langsung memeluk Elvin.
"Elvin gua kangen tau gak sama lo," ucap Clarista yang sedang memeluk Elvin.
"Lebay banget tau gak."
Kemudian Clarista melepaskan pelukannya lalu menatap Elvin dengan tatapan yang aneh. "Lo mau kemana?."
"Mau jalan ama temen."
"Temen apa temen?" ledek Clarista.
"Temen cowok anjir," ucap Elvin dengan tersenyum.
"Iya deh percaya," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Mau ikut gak loh?"
"Gak ah, malu tau gak sama temen lo."
"Yaudah.Tapi besok temenin gua ya."
"Kemana anjir?." tanya Clarista dengan heran.
"Jalan jalan keliling kota."
"Tapi toko roti gua?"
"Kamu punya toko roti?."
"Gak sih, punya bokap gua."
"Ohh kirain punya lo."
"Tapi gua di suruh ngurusin toko roti itu. Jadi toko roti itu jadi tanggung jawab gua."
"Berarti lo gak bisa dong besok?"
"Bisa kok bisa, santai aja."
"Beneran?"
"Iya beneran."
"Yaudah gua pamit dulu ya takutnya udah di tungguin lagi," pamitnya.
"Hati hati loh."
Kemudian Elvin pergi meninggalkan Alhan dan Clarista yang ada di sofa, karena Elvin hendak pergi jalan jalan bersama temannya. Dari luar terdengar suara mobil Elvin yang kian menjauh, bersamaan dengan itu Tini datang dengan membawa dua teh hangat untuk Clarista dan juga Alhan yang sedang duduk di sofa.
"Ini tehnya udah jadi," ucap Tini dengan berjalan menuju ke Alhan dan Clarista berada.
"Ih tante jadi repot repot aja deh," ucap Clarista dengan tersenyum malu.
"Ih, seperti baru pertama main ke rumah tante aja kamu."
Tini menaruh kedua teh itu ke meja yang ada di depan Alhan dan juga Clarista.
"Di minum teh nya gak usah malu malu Alhan."
"Iya, Bu." ucap Alhan dengan tersenyum ramah.
Kemudian Tini duduk di sofa satunya yang ada di hadapan sofa, yang di duduki Clarista dan juga Alhan.
"Oh iya, jadi rumah yang akan kamu tempati itu kamarnya ada dua tapi gak terlalu besar sih."
"Gak apa apa kok, Bu," ucap Alhan dengan tersenyum ramah.
"Semoga kamu betah ya tinggal di rumah, Ibu."
"Iya Bu, sebelumnya makasih banyak ya Bu."
"Santai aja Alhan," ucap Tini dengan tersenyum.
"Om Deno mana ya Tante kok gak kelihatan?"
"Om Deno ke luar negri ada kerjaan di sana soalnya."
"Oh," ucap Clarista dengan mengangguk.
"Oh iya Clarista, Tante mau ngomong nih sama kamu."
"Ngomong apa Tante kok seperti serius banget gitu?"
Alhan yang faham jika dia tidak berhak untuk mendengar pembicaraan dari dua wanita yang umurnya berbeda jauh itu pun memutuskan untuk keluar rumah.
"Bu saya izin keluar ya, takutnya nanti ganggu lagi."
Bukannya mengizinkan Alhan untuk keluar malahan Tini menyuruh Alhan untuk tetap di dalam, sehingga membuat Alhan pun bingung.
"Kamu di sini aja Han, gak usah keluar."
Alhan hanya bisa menuruti perintah wanita yang umurnya sangat jauh dari umurnya itu, untuk tetap berada di tempat itu.
"Jadi sebenarnya Tante pengen banget punya cucu, kamu mau gak jadi menantu Tante?."
Clarista pun bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh wanita yang telah dianggapnya sebagai ibu itu.
"Maksudnya gimana ya tante?" tanyanya dengan wajah heran.
"Ya,kamu mau gak jadi istrinya Elvin."
"Kok tiba tiba aja gitu tante," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Gimana kamu mau gak?" tanya Tini.
"Elvinnya mau gak tante?."
"Tante udah tanyain ke Elvin katanya juga mau kok nikahin kamu."
"Tapi kasih Clarista waktu ya Tante, buat mikirin semuanya."
"Iya Clarista."
...EGSATO...
Setelah cukup lama melakukan pembicaraan di rumah Tini, Clarista pun menemani Alhan untuk menata barang barangnya di rumah milik Tini yang akan di tempati Alhan.
"Gua kaget banget tau gak, tiba tiba aja Tante Tini ngomong kek gitu."
Kemudian Clarista duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
"Mungkin itu jodoh kamu," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Iya kali ya Han, tapi aneh gak sih temen yang dulunya akrab banget, terus menjadi suami istri."
"Gak apa apa kali, keren tau gak."
"Keren apanya anjir, kek gak romantis tau gak," ucapnya dengan tersenyum.
"Tapi terserah kamu aja deh, Mbak." ucap Alhan dengan tersenyum.
"Kok manggilnya mbak mulu sih Han," ucap Clarista dengan kesel.
"Gak apa apa kali, kan emang umur kamu lebih tua dari aku," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Terserah kamu juga deh Han, kamu mau manggil aku apa," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Yaudah aku ke dalam dulu menata baju baju ini," pamitnya.
"Perlu aku bantuin gak nih."
"Gak usah Mbak, sedikit kok bajunya."
"Yaudah kalau begitu, aku tungguin di sini."
"Iya Mbak."
Kemudian Alhan masuk ke salah satu kamar yang ada di rumah ini dan dia pun langsung memasukkan pakaian pakaiannya di dalam almari yang ada di dalam kamar itu. Setelah selesai menata pakaian pakaiannya di dalam almari, Alhan pun kembali keluar menghampiri Clarista yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumah kontrakannya.
"Sudah nata pakaiannya?"
"Udah Mbak."
Kemudian Alhan duduk di samping wanita cantik yang umurnya terpaut jauh dari umurnya.
"Mbak makasih banyak ya telah banyak bantu aku."
"Santai aja kali Han, gua malah seneng kok bisa bantu orang," ucapnya dengan tersenyum.
Kemudian Alhan pun teringat dengan cerita Seto waktu di mobil, tentang anaknya yang meninggal. "Mbak aku boleh nanya gak?"
"Nanya apa?"
"Mbak dulu punya adik ya?"
"Kamu tau dari mana?"
"Tau dari pak Seto."
Seketika air mata Clarista mengalir, membuat Alhan merasa menyesal menanyakan hal itu.
"Aku tidak bisa melupakan kejadian itu Han," ucapnya dengan air mata yang mengalir dari mata indahnya itu.
"Kehilangan adik yang paling aku cintai," lanjutnya.
"Mbak yang sabar ya, mungkin Tuhan lebih sayang sama adik mbak."
"Iya Alhan," ucapnya yang terus mengeluarkan air mata dari mata indahnya itu.
"Maaf ya mbak, tapi kecelakaannya itu satu keluarga mbak atau gimana?"
"Iya Han, tapi hanya adik aku yang meninggal."
"Saat itu kami sekeluarga akan liburan ke candi Borobudur, sesuai keinginan adik aku karena pada saat itu adik aku berhasil menjadi ranking satu di kelasnya," lanjutnya.
"Kok aku jadi ikutan sedih ya mbak."
"Gak usah ikutan sedih juga kali, btw umur kamu berapa tahun ya?."
"Baru juga 19 tahun mbak, lulusan tahun ini."
"Mungkin sekarang adik aku seumuran sama kamu."
Alhan pun mengerti bahwa kehilangan orang tercinta itu sangat berat, sama seperti yang di alaminya waktu kakeknya yang dia sayangi, meninggal dunia tapi bagaimanapun itu adalah takdir dan tidak bisa di batalkan.
"Kalau kamu punya saudara kandung gak?"
"Punya Mbak, dua dan aku adalah anak yang terakhir," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Oh, perempuankah?."
"Iya Mbak, dua duanya perempuan."
"Umur berapa kira kira?."
"Yang pertama 31 tahun dan yang kedua sama seperti Mbak," jawabnya.
"Oh, btw maaf ya jadi kepo sama keluarga kamu," ucapnya dengan tersenyum.
"Gak apa apa juga kali mbak, santai aja,"ucap Alhan santai.
"Kamu gak pengen kuliah Han? seharusnya sih seumuran kamu itu kuliah terlebih dahulu."
"Iya sih aslinya Mbak, tapi gak ada biaya Mbak, jadi ya mau gak mau aku harus kerja di Jakarta Mbak."
"Oh, semangat ya Alhan," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Makasih, Mbak," ucap Alhan dengan tersenyum.
Kemudian Clarista meminta saran kepada Alhan tentang perkataan Tini tadi yang membuatnya begitu kaget.
"Han, menurut kamu aku Terima gak permintaan tante Tini tadi?."
"Terserah Mbak aja deh, kan itu hak Mbak."
"Masalahnya mama dan papa aku pengen banget melihat aku menikah."
"Terima aja kali Mbak, tapi ngomong ngomong mbak suka gak sama Elvin?"
Clarista mengerutkan keningnya. "Gak tau juga sih Han.Tapi hanya Elvin satu satunya cowok yang aku percaya," jawabnya.
"Tuh kan mbak, tinggal tunggu apa lagi," ucap Alhan.
Setelah itu Clarista melihat jam tangannya."Mbak pergi dulu ya Han," pamitnya.
"Yah sendiri dong aku habis ini," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Makannya cepat cepat cari istri kamu, biar ada temennya," ledeknya.
"Masa ada yang mau Mbak, cewek Jakarta sama aku," ucapnya dengan santai.
"Ya mungkin aja ada, atau perlu mbak carikan nih," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Mbak aneh aneh aja deh, kerja aja belum becus udah mau di carikan istri aja."
Clarista hanya tertawa mendengar perkataan Alhan itu."Siapa tau kan kamu udah pengen gitu Han."
"Belum pengen mbak."
"Yaudah," ucap Clarista dengan tersenyum manis.
Kemudian Clarista dan Alhan pun berdiri, Clarista hendak pulang ke rumahnya, karena adzan sebentar lagi akan segera berkumandang.
"Mbak pulang dulu ya Han?" pamitnya.
"Iya Mbak, hati hati loh."
Clarista perlahan berjalan keluar rumah kontrakan Alhan, lalu menghampiri motornya yang ada di halaman rumah Tini. Sementara Alhan langsung berjalan menuju ke dalam kamar untuk beristirahat sebentar, sembari menunggu adzan ashar berkumandang. Setelah Alhan sampai di kamar, dia langsung membaringkan badannya di kasur yang ada di kamar itu.Ini adalah hal yang baru bagi Alhan, hidup tanpa kedua orang tuanya, keluarga keluarganya dan juga teman temannya yang ada di desa.
Mungkin itu begitu berat bagi Alhan namun demi melanjutkan kehidupannya Alhan rela pergi jauh dari orang tuanya. Dia tak ingin selalu menjadi beban orang tuannya dan juga dia rela tidak kuliah seperti teman teman seusianya. Setelah itu dia pun mengambil handphonenya yang ada di saku celananya, lalu Alhan menyalakan handphonenya dia lupa jika sedari tadi dia telah mendapatkan pesan dari kedua kakaknya bahkan mereka berdua telah menelponnya beberapa kali namun tak kunjung menjawabnya karena handponenya dia matikan datanya.
........... ...
.... ...
.... ...
...LANJUT GESS...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments