PEKERJAAN

HAPPY READING

.... ...

.... ...

.... ...

.... ...

.... ...

...#$#*? ¿? *#$# ...

...S...

eto pun mengajak Alhan pergi ke toko miliknya untuk Alhan bekerja di sana, Alhan begitu bahagia bisa mendapatkan pekerjaan di Jakarta dan Alhan tak sabar untuk memberitahukan kabar ini kepada keluarganya yang ada di desa tempatnya dia tinggal.

"Rumah kamu jauh banget dari Jakarta?" tanya Seto dengan penasaran.

"Jauh banget pak di Jawa Timur." jawab Alhan.

"Jauh gak dari Surabaya?."

"Lumayan jauh sih pak, kalau dari Surabaya."

"Kalau saya gak terlalu tau daerah sana, cuma tau nya ya Surabaya sama Malang aja," ucap Seto dengan tersenyum.

"Iya, Pak."

"Sampai di sini dari kapan?" tanya Seto dengan penasaran.

"Baru tadi pak, berangkatnya tadi malam soalnya." ucap Alhan dengan tersenyum.

"Ohh."

"Toko itu milik istri saya loh aslinya, istri saya buatin toko saat habis menikah dulu." Ceritanya dengan tersenyum.

"Tapi bapak punya perusahaan juga, kan?"

"Iya, saya memang punya perusahaan juga," jawabnya.

"Setiap melihat anak anak remaja seusia kamu, bapak selalu kepikiran dengan anak bapak dulu,rasanya pengen banget bertemu lagi," ucap Seto dengan raut wajah sedih.

"Maaf pak sebelumnya, anak Bapak meninggal ya?."

"Iya, waktu dia masih sd kelas 5 karena kecelakaan mobil kala itu."

"Mungkin sekarang dia seusia kamu," ucap Seto dengan raut wajah sedih.

"Ngomong ngomong bapak punya anak berapa?" tanya Alhan ingin lebih akrab dengan Seto.

"Aslinya bapak punya anak 2 dan kini anak bapak tinggal 1," ucap Seto dengan raut wajah sedih.

...EGSATO...

Setelah beberapa saat perjalanan, mereka berdua sampai di toko yang lumayan besar milik Seto dan terlihat modern.

"Kita udah sampai.Sekarang kita turun!" perintah Seto.

"Iya, Pak. "

Kemudian Alhan turun terlebih dahulu, setelah itu di susul oleh Seto.

"Yaudah ayo masuk sekarang!" ajak Seto.

"Iya Pak," ucap Alhan dengan mengangguk.

Seto pun berjalan terlebih dahulu, di ikuti oleh Alhan di belakangnya, Seto pun membuka pintu toko itu yang terbuat dari kaca. Setelah Alhan masuk, Alhan mencium bau pendingin ruangan yang begitu khas dari toko yang lumayan besar ini.

Setelah itu datanglah wanita yang mungkin seumuran dengan Seto, menghampiri mereka berdua yang baru masuk ke dalam toko. Kemudian wanita itu mencium tangan Seto.

"Mas kok tumben ke sini?."

"Iya soalnya tadi ke mushola bentar, habis ini juga balik ke kantor," jawab Seto.

"Oh yaudah kalau begitu, Mas."

Kemudian wanita itu menoleh ke arah Alhan dan menatap Alhan dengan tatapan yang aneh, "Ini siapa?calon suaminya Clarista ya."

Alhan yang mendengar perkataan itu pun sedikit kaget dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh istri Seto, Alhan heran kenapa harus calon suami terlebih dahulu yang di tanyakan, bukannya menanyainya sebagai karyawan baru.

"Kamu gimana sih? katanya butuh karyawan baru lah ini aku carikan karyawannya."

Kemudian wanita itu mengelus dahinya."Oh iya mas aku lupa, kirain tadi calon suaminya Clarista," ucapnya dengan tersenyum.

Seketika Alhan berjabat tangan dan mencium tangan wanita itu.

"Namanya siapa ya?" tanya wanita itu.

"Alhan, Bu," jawab Alhan dengan tersenyum ramah.

"Kalau ibu, namanya Junia Pratiwi panggil aja Ibu Nia," ucap wanita itu.

"Iya, Bu," ucap Alhan dengan mengangguk.

"Nanti kamu langsung ke gudang itu ya, minta anterin Mbak kasir itu."

"Iya, Bu."

Setelah itu Nia memanggil wanita kasir itu."Linda," panggilnya dengan nada yang agak tinggi.

Wanita kasir itu pun langsung menghampiri Nia.

"Iya, Bu."

"Ini anterin Alhan, karyawan baru toko ini!" perintahnya.

"Oh iya, Bu," ucapnya dengan mengangguk.

Kemudian wanita kasir yang bernama Linda itu pun mengajak Alhan untuk pergi ke gudang toko bertemu dengan karyawan karyawan yang lain.

"Ayo ikut aku!" ajaknya dengan tersenyum manis.

"Iya mbak," ucap Alhan dengan mengangguk.

Kemudian mereka berdua meninggalkan pasangan suami istri itu.

"Anak kamu kalau di suruh nikah bandelnya minta ampun ya."

"Biarin aja kali Mas, kan dia juga belum bisa nemuin lelaki yang cocok."

"Tapi kalau begitu terus kan bisa jadi perawan tua dia."

"Iya juga sih, umurnya  udah 27 tahun."

"Tapi gak apa apa juga sih Bu, kan dia juga mau nurutin perintah kita selama ini, dia juga mau kita kuliahkan di Inggris hidup jauh dengan kita."

"Iya juga ya, Mas."

Setelah itu datanglah Clarista yang habis bekerja di toko kue milik papa nya sendiri.

"Mama Papa." panggilnya dengan wajah yang begitu bahagia.

"Anak papa udah pulang."

"Pa di sini ada lowongan pekerjaan gak?"

"Gak ada, udah di isi tadi."

"Kalau di perusahaan papa ada gak?."

"Ada, tapi untuk siapa sih?" tanya Seto dengan heran.

"Gak kok, tadi itu cuma ada seseorang dari jauh lagi cari kerjaan. Kasihan tau Pa."

"Coba telpon aja orangnya."

Kemudian Clarista mengambil handphonenya yang ada di tas kecilnya itu, Clarista mencoba menghubungi Alhan pria yang di temuinya waktu itu, namun handphone Alhan tidak aktif membuat Clarista tidak bisa menghubungi Alhan.

"Gak aktif Pa orangnya."

"Yaudah nanti coba hubungin lagi."

"Iya, Pa," ucap Clarista dengan mengangguk.

Kemudian Nia memberikan pertanyaan tentang keinginan Clarista untuk menikah.

"Ngomong ngomong kamu gak pengen nikah apa, Nak?" tanya Nia.

"Kan belum ada calonnya, Ma." jawabnya dengan tersenyum.

"Mama jodohin ya?" tawarnya.

"Gak mau Ma, takut suaminya jahat lagi, emang Mama mau anak Mama yang cantik ini, di sakitin sama lelaki," ucapnya dengan raut wajah manja.

Kemudian Nia mencubit pipi putri kesayangannya itu."Ya gak mau dong, kan ini anak kesayangan Mama."

"Tapi kamu jadi perawan tua loh nanti," ucap Seto dengan tersenyum.

"Biarin pa, gak nikah sekalian juga gak apa apa," ucapnya santai.

"Ada ada aja kamu itu." ucap Nia dengan mencubit pipi Clarista.

Kemudian tak sengaja tatapan Clarista terfokus dengan tas yang ada di kursi toko itu, terlihat tidak asing di mata Clarista.

"Seperti pernah lihat deh tas itu, tapi di mana ya?" Clarista bertanya tanya pada dirinya sendiri sembari mengelus dagunya.

Tak lama setelah itu jawaban dari pertanyaan itu pun tiba, Alhan pun keluar dari gudang toko dan menghampiri keluarga kecil Seto.

"Pak saya izin mau cari tempat tinggal dulu."

Seontak Clarista pun menatap Alhan. "Kamu yang tadi itu kan ya?."

"Mbak yang di toko kue tadi itu ya?."

"Iya, padahal baru saja tadi mau aku telpon udah dapat kerja ternyata," ucap Clarista dengan tersenyum.

"Jadi Alhan yang tadi kamu mau carikan pekerjaan?" tanya Seto.

"Iya, Pa," jawab Clarista.

Seto pun menoleh ke arah Alhan. "Iya Alhan, kamu cari tempat tinggal aja dulu, besok kamu mulai kerja." ucap Seto.

"Makasih banyak, Pak," ucap Alhan.

Setelah itu Alhan mengambil tasnya, kemudian Alhan pamit kepada Seto, Nia dan juga Clarista.

"Yaudah saya pamit dulu ya pak, Bu," pamitnya.

"Iya Alhan hati hati loh."

Baru saja mau keluar Alhan pun tiba tiba di cegah oleh Clarista.

"Tunggu dulu," ucap Clarista.

"Kenapa kamu cegah Nak?" tanya Nia.

Alhan pun bingung dengan Clarista yang tiba tiba mencegahnya.

"Aku mau nganterin dia cari kontrakan di dekat sini Ma, kasihan dia juga belum tau daerah sini," ucap Clarista dengan tersenyum.

"Gak usah Mbak,aku bisa sendiri kok," ucap Alhan dengan tersenyum.

"Gak apa apa Alhan."

"Nanti ngerepotin mbak lagi," Alhan mencoba menolak.

"Gak apa apa kali Han, aku juga gak kerepotan kok, justru aku senang bisa bantu orang lain," ucap Clarista dengan tersenyum.

"Iya Alhan gak apa apa," ucap Nia mencoba meyakinkan Alhan.

"Yaudah deh,kalau begitu," ucap Alhan dengan tersenyum.

Kemudian Clarista menghampiri Alhan.

"Nanti pakai motor aku ya, Han."

"Iya, Mbak."

Alhan dan Clarista pun keluar dari toko itu, untuk mencari tempat tinggal baru.

"Han kamu bisa nyetir gak?."

"Bisa dong Mbak."

"Manggilnya gak usah Mbak gitu juga kali."

"Gak apa apa, kan Mbak nya lebih tua dari aku."

"Walau begitu Han, aku jadi ngerasa tua tau gak," ucapnya dengan tersenyum.

"Yaudah deh iya.Kalau gitu aku panggilnya apa?."

"Panggil Clarista aja ya," jawabnya dengan tersenyum.

"Oh iya deh."

Kemudian Alhan naik ke motor matic warna merah milik Clarista, di susul oleh Clarista yang duduk di belakangnya. Alhan pun langsung menjalankan motornya.

"Dimana sih kontrakannya Clarista?" tanya Alhan dengan penasaran.

"Dekat lagi kok Han."

"kontrakannya itu rumah kosong gitu ya?" tanya Alhan.

"Iya Han, rumahnya itu udah lama gak di tempati.Mungkin aja bisa di kontrakin ke kamu."

"Tapi seram gak sih rumahnya?."

"Gak lah, masih sering di rawat  sama pemiliknya."

"Pemiliknya pindah gitu ya?."

"Iya, tapi anehnya orangnya itu pindah tepat di sampingnya." jawabnya dengan tersenyum.

"Kok bisa gitu, pindahnya di samping rumahnya yang lama," ucap Alhan dengan bingung.

"Aku juga gak paham maksudnya," ucap Clarista dengan tersenyum.

Mereka menikmati perjalanannya dengan canda tawa itu, walaupun mereka baru saja bertemu tapi mereka sudah begitu akrab. Beberapa saat perjalanan akhirnya mereka pun sampai di tempat yang di maksud oleh Clarista.

Terlihat ada rumah yang tak terlalu besar berwarna biru, yang nampak kosong. Sementara rumah rumah yang ada di sampingnya pun berbeda. Clarista menyuruh Alhan untuk memarkirkan motornya di halaman rumah besar, yang ada di samping rumah kosong itu.

"Ini rumahnya teman SMA aku dulu loh, Han."

"Masa sih?"

"Iya Alhan, teman akrab lagi, tapi orangnya sekarang lagi menempuh pendidikan di Amerika."

"Dulu kalau aku ke sekolah, pasti barengan sama dia, ” tambah Clarista.

Tak lama setelah itu ada wanita yang terlihat sudah berumur sekitar 50 tahun, keluar dari dalam rumah itu. Seketika Clarista dan Alhan pun menghampiri wanita itu.

"Hai Tante Tini," sapanya.

"Eh Clarista, makin cantik aja nih sekarang. "

"Tante bisa aja deh," ucapnya dengan tersenyum.

"Oh iya, Elvin baru pulang loh tadi malam, katanya tadi dia kangen sama kamu."

"Masa sih Tante."

"Iya loh, soalnya dia udah lulus kuliahnya."

"Mana orangnya sekarang tante?." tanya Clarista dengan penasaran.

"Ada di dalam sedang mandi."

Kemudian Tini menoleh ke arah Alhan. "Ini temannya Clarista ya?."

"Iya bu," ucap Alhan dengan tersenyum ramah.

"Ini namanya Alhan Tante, orang Jawa Timur."

"Oh, kerja di tempat Papa kamu ya?."

"Iya tante.Kebetulan dia sedang cari tempat tinggal, kira kira rumah tante yang itu di kontrakin gak?."

"Sebenarnya gak tante kontrakin sih, tapi kalau seumpama nak Alhan mau tinggal di rumah tante yang itu juga gak apa apa gak usah bayar," ucap Tini dengan tersenyum.

Kemudian Clarista menoleh ke Alhan, "Gimana Han mau gak?," tanyanya.

"Tapi kalau gak bayar aku gak enak sama ibunya Clarista," ucap Alhan dengan berbisik.

Kemudian Clarista menoleh kembali ke Tini. "Gak mau Tante dia, kalau gak bayar."

"Kok ngomongnya gitu sih." ucap Alhan.

"Katanya kamu tadi bilangnya gitu."

Tini pun tersenyum mendengar pembicaraan mereka berdua."Yaudah  kalau begitu bayar berapa pun akan Tante terima."

Clarista menoleh kembali ke Alhan. "Gimana Han?," tanyanya.

"Iya deh Bu gak apa apa," ucap Alhan dengan tersenyum ramah.

"Yaudah ayo masuk dulu, tante buatin minum."

"Gak usah repot repot tante," ucap Clarista dengan tersenyum.

"Gak usah gaya malu deh Clarista," ledek Tini.

"Ih Tante."

"Yaudah ayo masuk, pokoknya gak boleh nolak."

"Iya deh Tante," ucap Clarista dengan tersenyum.Kemudian Clarista menoleh ke Alhan."Ayo Alhan!"

"Iya Mbak."

Kemudian mereka pun masuk ke dalam rumah Tini.

.... ...

.... ...

.... ...

.... ...

...LANJUT GESS...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!